CHAPTER 9

157 5 0
                                    

*****
HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE
!!!

Alshan duduk disamping ranjang rawat Yasha, anak itu sempat mendapat penanganan intensif dari dokter Herman karna sempat mengalami sesak nafas.

saat ini adiknya sedang tidur sedangkan abangnya sedang keluar untuk makan, mereka akan bergantian menjaga karna sang papah juga belum pulang kerja.

"cepet sembuh dek, Abang khawatir" ujar alshan pelan.

"nanti kalo udah sembuh adek main sama Abang, kita ke Timezone kaya yang adek mau, nanti Abang anterin ke sekolah terus pulangnya Abang jemput juga"

"cepet sembuh yah" lanjutnya.

jemari mungil Yasha di usap satu persatu secara lembut, Alshan selalu memperlakukan si kecil ini dengan lemah lembut. Yasha bagaikan barang antik yang rapuh, memberi tekanan sedikit bisa membuatnya pecah.

Yasha sangat berharga!

tak berapa lama pintu ruangan itu terbuka, ada Elshan dan Wildhan yang masuk bersamaan.

"papah udah pulang?" tanya Alshan melihat wildhan melepas jas nya dan menyampirkan jas itu ke sofa yang ada disana.

"udah Al" jawab singkat Wildhan, "kata bang El kamu belum makan, sana cari makan dulu di kantin. jangan sampe kamu juga drop ya!"

Alshan langsung beranjak dari duduknya, dia memang belum makan dan berniat akan makan saat Elshan kembali kesana.

"yaudah Al makan dulu pah" pemuda itu kemudian pamit dan keluar dari sana. setidaknya dia tidak khawatir saat papah dan abangnya yang menjaga Yasha.

saat hendak menuju kantin, Alshan tidak sengaja berpapasan dengan Reja. anak itu terlihat bimbang saat melangkah, Alshan menghampiri reja untuk menanyakan dimana ruangan rawat Raka saat ingat Yasha terus merengek ingin bertemu Raka sebelum tidur.

"reja" panggil Alshan pelan, Reja sendiri langsung menoleh kebelakang dan menemukan Alshan disana.

"eh bang alshan-"

"kamu kenapa ja? keliatan bimbang gitu?"

reja menghela nafas pelan sebelum menjawab, "anu.. bang ehm- saya mau jemput ibu di panti asuhan, tapi saya bingung"

Alshan mengernyitkan dahi nya, apa yang Reja bingung kan jika dia hanya harus menjemput Bu Sofiah, namun Alshan hanya diam menunggu Reja melanjutkan ucapan nya.

"Raka enggak ada yang jaga di kamar rawatnya, reja bingung bang. dia baru tidur dan saya gak tega buat bangunin dia, takutnya pas dia bangun malah nyariin" sambung reja.

ah jadi seperti itu!

"gimana kalo Abang aja yang jaga Raka?"

alshan mengajukan diri untuk menjaga remaja korban kecelakaan itu, dia juga tidak sedang sibuk.

"b-beneran bang? Abang bisa bantu saya jaga Raka?" binar mata reja penuh harap menatap alshan, pemuda itu langsung mengangguk membuat Reja menghela nafas lega.

"makasih ya bang, makasih banyak!!" seru reja dengan semangat.

"ruangan nya dimana?" alshan menanyakan ruangan Raka karna dia tidak tahu dimana Raka dirawat sekarang.

"di lantai tiga bang, kamar nomor 202. Raka ada di ranjang nomer 4 bang" jelas reja.

setelah itu reja pamit pada alshan untuk menjemput Bu Sofiah, alshan sendiri langsung berjalan kembali kearah lift untuk ke lantai 3 menuju kamar inap Raka.

saat sampai disana alshan masuk kedalam ruang rawat itu dan berjalan kearah ranjang Raka, disibakkan tirai penghalang antara ranjang inap di ruangan itu.

seperti yang beritahu reja tadi, Raka sedang tidur. anak itu terlihat pulas sekali.

alshan mendudukan diri nya di kursi satu-satunya disamping ranjang itu, matanya menelisik Raka dengan seksama.

"bulu matanya bagus banget" ujar pelan Alshan.

wajah Raka terlihat sangat mulus walau tidak semulus wajah wanita tapi tetap saja terlalu mulus untuk ukuran remaja tanggung sepertinya. pipi itu cukup bulat, keningnya dihiasi perban kasa, nasal cannula yang semula dipasang sudah terlepas membuat wajah itu bersih kecuali area kening.

"kamu cukup manis untuk ukuran lelaki"

alshan merasa getaran lain di hatinya saat menatap wajah itu semakin lama, dia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.

perlahan alshan menggelengkan kepalanya menghalau rasa aneh serta pikiran nya sendiri. mungkin dia hanya terpesona karna Raka terlihat sangat manis, pikir nya.

"semoga aja ini bukan hal buruk"

*****

"tapi dia adik Elshan juga pah!!"

Wildhan menatap nyalang pada anak sulungnya, keduanya sedang terlibat berdebatan panas saat ini, hal ini menyangkut operasi jantung Yasha dengan Raka.

"sampe kapan pun Elshan enggak akan setuju, lagi pula kita butuh persetujuan dan donor jantung itu harus dari orang yang udah mati!!" Elshan terus berujar dengan sengit.

tatapan tajam yang Wildhan tujukan pada nya langsung di balas dengan tatapan tajam pula, dia tidak ingin kalah dari sang papah.

"anak itu bukan adik kamu Elshan, adik kamu hanya Yasha dan alshan. apa kamu lupa!?"

lupa? apa yang Elshan lupakan?

dia tidak merasakan melupakan sesuatu, Elshan mengingat semuanya. mengingat saat dirinya dibawa sang mamah bersama Raka, ingat saat sang mamah dengan teganya membohongi Raka dan menitipkan nya di panti, ingat saat meyra lebih memilih menikah dengan Wildhan dengan syarat menaruh Raka ke panti.

Elshan jelas ingat semuanya.

"apa yang Elshan lupa pah? semua momen menyakitkan itu yang berusaha Elshan lupain nyatanya terus terbayang di pikiran Elshan. gimana seorang anak 10 tahun lihat ibu kandungnya membuang adiknya ke panti demi menikahi pengusaha kaya raya yang tidak punya hati!!"

"ELSHAN JAGA UCAPAN MU!!" bentak Wildhan pada Elshan namun nampaknya pemuda itu tidak takut sama sekali.

"KENAPA!? oh apa karna papah tersinggung, maaf pah Elshan mengatakan kebenaran" nada bicara Elshan sedikit meledek dengan kekehan sinisnya.

Wildhan tentu saja marah melihat anak sulungnya tiba-tiba menjadi pembangkang seperti ini, Elshan tiba-tiba datang ke kantornya dan berkata bahwa anak korban kecelakaan yang di tolong nya tempo hari adalah adiknya yang 11 tahun di taruh di panti asuhan.

pemuda itu bahkan dengan tegas menolak agar Raka menjadi pendonor untuk Yasha, padahal jelas-jelas jantung milik Raka lah yang mereka cari selama ini.

"jadi kamu lebih memilih mempertahankan anak haram itu dibandingkan adik kamu Yasha!?"

Elshan terperangah mendengar kata 'anak haram' yang papahnya ucapkan, Raka anak haram? bagaimana mungkin?

"a-apa? anak h-haram?"

bibir wildhan terangkat sebelah, kini gantian dia yang tersenyum mengejek kearah Elshan. "kayanya kamu gak tau alasan ibumu membuang anak itu ke panti"

*****
TO BE CONTINUE

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang