CHAPTER 12

200 9 0
                                    

*****
HAPPY READING
DON'T FORGET TO VOTE
!!!

reja menatap bingung kearah Raka yang sedang duduk di hadapan nya, keduanya sedang duduk di meja makan rumah reja.

Bu Sofiah sudah izin pulang kembali ke panti asuhan sore tadi, jadilah malam ini hanya ada mereka berdua.

"lu mau makan atau mau senyum terus kearah tuh nasi?" sindir reja yang sukses membuat Raka mencebik.

"gak bisa banget liat gue seneng!!" seru Raka menatap tajam reja didepan nya.

reja mengerdikan bahunya acuh, memilih untuk memakan masakan sang ibu yang sudah tersaji.

"ehm.. eja-"

tanpa menyahut reja mendongak melihat Raka yang tampak ingin mengatakan sesuatu, reja menaikan alisnya tanda bertanya.

"e... kalo.. ehm.. kalo itu-hm anu.."

"yeuhh!! kalo ngomong yang jelas, gue gak ngerti kalo lu cuma a eu a eu..."

Raka sebenarnya ragu, apakah dia harus mengatakan ini pada reja atau hanya memendamnya sendiri. tapi Raka sudah menganggap reja sebagai kakaknya, dan dia rasa memang reja harus tahu.

"itu... aka sama kak Al-" belum selesai berbicara, Reja malah memotongnya lebih dulu.

"bang Al kenapa? lu ngabisin duit bang Al ya tadi pas jalan-jalan? kan udah gue bilang ka jangan ngerepotin bang Al, lu pasti jajan nya banyak tadi. yaudah nanti gue ganti duit nya bang Al" cerocos reja membuat Raka melongo.

Raka berdesis pelan saat reja terus menuduhnya merepotkan alshan, padahal bukan itu yang ingin di sampaikan nya.

"ish bukan itu. aka mau bilang kalo aka sama kak Al pacaran!"

"uhukkk!"

ucapan Raka barusan sukses membuat reja tersedak nasinya sendiri, remaja itu langsung meraih airnya dan meminumnya dalam sekali teguk.

setelah merasa lega dia langsung menatap Raka dengan nyalang, "apa lu bilang?"

melihat respon reja seperti itu membuat Raka takut, dia menunduk sembari memilih ujung kaos nya pelan tidak berani menatap reja.

"coba ulangi apa kata lu tadi"

Raka langsung menggeleng dengan brutal, sekarang reja terlihat menyeramkan. Raka takut!

"lu sadar gak sih apa yang lu bilang barusan ka, hm?" reja menghela nafas berat, dia melihat Raka yang merengut ketakutan merasa tidak tega juga.

"Raka denger! gue gak masalah kalo lu emang mau pacaran walau gue keberatan karna kita masih terlalu muda buat pacaran tapi kenapa harus sama bang Al? lu lupa siapa bang Al, kasta kita jauh beda sama bang Al! gimana kalo seandainya keluarga bang Al tau kalo anaknya pacaran sama orang miskin kaya kita terlebih pacarnya itu laki-laki"

"gue gak masalah lu mau pacaran sama laki atau perempuan, gue juga bukan homophobic tapi kenapa harus bang Al? kalian bahkan baru ketemu beberapa kali"

"t-tapi.. tapi aka cinta bang Al" cicit Raka pelan.

"cinta? lu masih terlalu kecil buat ngerti itu rasa cinta atau cuma rasa kagum semata. pikirin lagi apa yang gue bilang barusan!"

setelah mengatakan itu reja pergi dari sana meninggalkan Raka sendirian, bahkan dia tidak menghabiskan makan malamnya.

*****

Elshan menatap figuran berisi potret seorang wanita dengan tiga anak lelaki yang masih kecil, pikiran nya berputar membuat kepalanya terasa sakit. Elshan tau Wildhan bukan lawan yang gampang untuk di kalahkan, tinggal belasan tahun bersama lelaki paruh baya itu membuatnya mengenal secara baik karakter Wildhan yang sangat gigih dalam mendapatkan apapun.

"mah... El harus apa mah?" lirih elshan terus menatap foto Meyra. "El gak mungkin biarin adik kandung El sendiri mati di tangan papah, tapi El juga gak mungkin bisa lawan papah mah"

tanpa di sadari air mata mulai jatuh perlahan dari kelopak mata elshan, mungkin jika Al ada disini sekarang pemuda itu akan mengatainya habis-habisan.

sudah dua hari elshan tidak ke rumah sakit untuk bertemu yasha, jujur elshan merindukan adik kecilnya itu tapi elshan tidak ingin bertemu sang papah disana.

tok tok tok

dengan cepat elshan menghapus jejak air mata di wajahnya, pintu ruang kerja miliknya terbuka dan ada alshan disana.

"bang, lagi sibuk?"

elshan menggelengkan kepalanya dan menyuruh alshan untuk masuk, "masuk aja Al, Abang enggak sibuk"

"kenapa Al? tumben kesini?" lanjut elshan beranjak dari duduknya menghampiri alshan yang baru masuk.

dari wajah sang adik, elshan bisa melihat sebuah senyum tipis terpatri.

"kenapa kamu senyum-senyum gitu Al, kesambet setan kantor ini?"

"apa sih bang ngomongin setan siang-siang gini" sahut Alshan sedikit merengut. elshan sedikit terkekeh melihat wajah merengut Alshan yang sudah lama tidak dilihatnya.

"abis darimana hum? biasanya jam segini masih di rumah sakit"

Alshan mendudukan dirinya di sofa ruang kerja elshan bersama dengan kakak kembarnya itu, "ada papah disana, aku di suruh pulang sama dia"

elshan hanya mengangguk tanpa membalas lagi, mendengar kata papah mematik kembali pikiran nya yang runyam.

"bang..." alshan memanggil kakaknya itu dengan nada yang lain. elshan belum membalas, tapi dia memperhatikan adiknya  itu dengan penuh.

"Abang ada masalah sama papah? kenapa dua hari ini enggak ke rumah sakit? Yasha nyariin Abang"

Yasha..

elshan juga merindukan Yasha, sangat rindu dengan adik kecilnya yang menggemaskan. tapi bagaimana membayangkan nantinya Yasha akan mengambil seluruh hidup milik adik kandungnya yang lain, adik kandungnya yang tidak pernah dia ketahui sebelum ini dimana tinggalnya, adik yang baru di temukan kembali oleh dirinya, adik yang bahkan yang baru dia tahu masih hidup dengan sehat.

"oh iya bang hari ini Raka udah keluar dari rumah sakit, tadi aku nganterin dia pulang bareng reja. mereka titip salam sama Abang, katanya makasih udah bantuin mereka waktu itu"

"kamu nganterin mereka sampe rumahnya?" tanya elshan penasaran.

alshan mengangguk mengiyakan pertanyaan abangnya itu, "iya bang sekalian aku mau kesini tadi"

"anterin Abang ke rumah mereka sekarang!"


*****
TO BE CONTINUE

RAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang