Bab 20 - Kiara di culik

42 12 5
                                    

“Widih.. apa kabar lo?”.

Choki yang awalnya sedang memperbaiki sebuah motor milik pelanggan tiba-tiba bangkit ketika melihat kedatangan satria setelah memarkirkan sport bike- Nya di depan bengkel milik choki. Kemudian choki segera menghampiri satria sambil mengajaknya berjabat tangan kemudian merangkul tubuhnya.

“Lo baik-baik aja kan? Kata anak-anak lo udah hampir 2 minggu ini bolos sekolah yah?”.

Satria melengos berjalan masuk ke dalam dan duduk di bangku sambil meneguk sebuah minuman soda kaleng milik choki. “Lo lihat sendiri gue gapapa kan?”.

Kemudian ke empat teman satria pun tiba di bengkel choki dan mereka pun menghampiri satria yang sudah duduk di bangku dalam bengkel itu. Tak lupa juga mereka menyapa sambil menjabat tangan choki.

“Coki-coki makin ganteng aja nih”. Ucap edo ketika menepuk telapak tangan choki.

“mau apa lo gendut? Mau servis gratis lagi? Atau mau gue beliin ayam geprek plus nasi 2 porsi?”. Ledek choki sambil memukul perut edo.

“tau aja lo gue lagi laper”.

“Kalian kalo mau minum ambil di belakang aja ya, gue beresin motor ini dulu bentaran”. Ucap choki sambil kembali mengerjakan pekerjaannya.

“jadi kemarin lo kemana aja 2 minggu ngilang? Kita ke rumah lo juga malah sepi ga ada orang”. Juan membawa beberapa buah minuman kaleng yang kemudian ia simpan pada meja di depan sofa tempat teman-temannya duduk.

Satria memalingkan wajahnya dan menatap ke arah lain. “Nyokap gue kambuh lagi. Kali ini dia tiba-tiba nangis sambil marah marah dan berantakin barang-barang di kamar. Gue bawa dia kerumah sakit dan selama 2 minggu itu dia di rawat karna dia terus berontak”.

Mendengar cerita itu sontak membuat ke empat teman satria dan choki terkejut, kemudian choki yang semakin merasa penasaran pun segera menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan ia menyerahkan kembali kunci motor kepada pelanggan hingga orang itu pergi dan bengkel itu sudah tidak ada lagi orang selain genk mereka.

“terus keadaan tante rena sekarang gimana sat?” Tanya choki.

“Udah lebih tenang. Dia di rumah di jagain ART gue”.

“Jadi selama 2 minggu lo di rumah sakit nemenin tante renata?” Juan menambahi, dan satria hanya mengangkat kedua alisnya.

“Terus om haris kemana?”. Tanya riko.

“Itu dia. Bokap gue sampai sekarang ga ada di rumah. 2 minggu lalu pas malam gue balik dari sini nyokap tiba-tiba nangis di kamar, dan bokap udah ga ada. Pas gue tanya dia kenapa dia malah nangis makin kenceng dan berantakin barang-barang yang ada di kamar. Gue minta tolong satpam sama Art buat tenangin nyokap tapi ga bisa, obat yang biasa dia konsumsi juga malah dia buang. Jadi gue bawa ke rumah sakit dan selama itu nyokap di rawat”. Jelas satria.

“Bentar deh sat. Awal mula tante renata depresi kayak gitu karna kehilangan kandungan calon ade lo kan tahun lalu? Dan kalau lagi kambuh juga Cuma nangis aja kan? Tapi ko sekarang malah berontak yah?”. Ucap choki.

“ya. Dokter bilang ada sesuatu hal yang lebih menyakitkan dari pada kehilangan calon bayi nyokap gue waktu itu. Bisa jadi ada sebab lain dia depresi. Bukan karna keguguran tapi faktor lain”.

“om haris udah tau masalah ini?”. Tanya reyhan.

“Bokap sampai sekarang ga ada kabar. Gue jadi curiga nyokap kayak gini gara-gara dia. Tapi gue ga bisa tanyain ini ke nyokap, takut depresi dia kambuh lagi. Tanya ke art dan satpam juga ga ada yang tau masalah ini. Gue jadi tambah bingung”. Satria yang tampak lesu, ia pun mencengkram kuat rambut kepalanya sambil tertunduk.

ANTITESIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang