Bab 04 - Satria

88 13 14
                                    

"Eh pakar, gimana kabarnya pak? Sehat?". Sapa edo sambil menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.

"Pakar pakar, kamu mikir pakar kesehatan apa!" Ketus guru TIK itu.
"Ah si bapak, jangan galak galak gitu dong, nanti gantengnya ilang loh". Goda edo lagi.

"Ya ampun kalian lelet banget sih, itu kerjaan belum selesai juga". Tiba-tiba terdengar suara teriakan bu neti yang mendekat ke arah ruangan itu dan menampakkan wajah kesal dengan kedua tangan yang ia taruh pada pinggangnya.

"Pak karyo maaf yah, mereka lagi saya hukum karna kasus tawuran kemarin buat bersihin ruangan ini. karna sudah lama tidak di gunakan jadi kotor, tapi saya kasih waktu mereka kurang dari satu jam malah lelet banget, pasti kebanyakan becanda ini". Omel bu neti.

"Terus gimana ini bu? Jadwal praktek pelajaran saya di mulai sekarang juga loh". Tanya pak karyo.

"biar kita bantuin aja pak, supaya cepat selesai". Kiara pun melangkah maju mendekat pada bu neti dan pak karyo.

"Kamu yakin?" pak karyo memastikan.

"iya pak, kiran lo bantuin gue kan?" kia melirik ke arah sahabatnya.

Kiran tak menyahuti pertanyaan kia, karna ia masih berdiri di ambang pintu itu sambil menyilangkan kedua tangan pada dadanya dan terus tersenyum ke arah satria dan kawan-kawannya.

Sekali lagi kiara memanggil kiran sambil menepuk pundaknya, " woy, ayo bantuin gue".

"Ah iya gue mau, kalau urusannya deket deket sama geng alaska gue pasti mau lah". Kiran yang baru tersadar dari lamunannya langsung saja ia berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut.

Kiara menatap sinis tingkah sahabatnya itu, "dih, cewek aneh".

"Kalian yang mau bantuin mereka bersih-bersih boleh juga yah biar cepat selesai" ucap pak karyo pada seluruh siswa yang masih berada di luar pintu ruang laboratorium itu, namun ternyata mendapat penolakan dari semuanya.
"engga ah pak, kotor, nanti tangan saya dekil lagi".

***

Kiara mengambil sebuah sapu kemudian ia gunakan untuk membersihkan lantai tersebut sambil melewati kumpulan pria itu dengan tingkah yang biasa saja bahkan menghiraukan mereka seolah-olah kia menganggap mereka tak ada, lalu kiran berjalan mendekat ke arah satria dan langsung menggodanya.

"sini kak, biar aku aja yang lap-in meja-mejanya, kakak udah istirahat aja nanti capek".

"Bantuin abang aja sini neng, abang pegel nyapu terus". Sahut edo sambil menggerakkan kedua alisnya.

"Dih ga minat yah, mending kak edo diet dulu sana, baru boleh godain aku". Ledek kiran sambil menjulurkan lidahnya.

"Jangan gitu neng kiran, gendut gendut gini gemesin loh, dari pada satria kurus kering gitu kayak kurang gizi". Sahut edo membela diri.

"Keren lo ndut, biar pun gendut tapi lo tetap bangga sama badan lo". Ucap riko sambil merangkul edo.

"udah jangan ngobrol terus, nanti lama lagi selesainya". Teriak bu neti.

"iya bu". Sahut kelima pria dan kedua gadis itu.

Mereka pun kembali fokus pada pekerjaannya karna kini di awasi oleh bu neti dan pak karyo, tentu saja hal itu membuat mereka tidak bisa melakukan pekerjaan itu sambil melempar candaan lagi.

Satria menatap fokus ke arah kiara yang sangat gesit dalam membersihkan lantai kemudian meneruskan mengelap bagian barang-barang yang masih berdebu. Hingga hanya butuh waktu 10 menit atas tambahan bantuan dari kiara dan kiran akhirnya ruangan itu pun menjadi bersih dan layak untuk segera di tempati. Lalu kiara pun segera membawa peralatan kebersihan itu untuk ia bawa menuju toilet untuk ia cuci dan ia taruh kembali ke tempat asalnya.

ANTITESIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang