Bab 23 - Kita selesai!

31 12 2
                                    

Salsa gelisah. Sudah hampir 10 kali ia menelepon dewa namun tak kunjung mendapat jawaban. Ia terus saja coba untuk kembali menghubungi dewa sambil mengaduk juice leci yang sudah ia pesan 5 menit yang lalu namun belum sempat ia minum.

Sesekali pandangannya terarah kepada sepasang kekasih yang saling bermesraan pada meja makan yang berada di sampingnya. Pandangannya malas.

Namun apa boleh  buat. Kedua sejoli itu berada dekat dengan salsa sehingga apa yang mereka lakukan dan katakan tentu saja di lihat dan di dengar jelas oleh salsa yang tengah duduk sendiri menanti kekasih yang tak kunjung datang.

Salsa kesal. Dia iri dengan pasangan kekasih lain yang selalu merasa di cintai penuh oleh kekasihnya. Sedangkan ia merasa dewa akhir-akhir ini sudah berubah. Ia sudah tidak pernah menanyakan kabar dan keadaannya ketika berkomunikasi lewat sambungan telepon, sekali pun mereka sering bertemu di sekolah.

Dewa selalu memberikan alasan pamungkasnya. Fokus belajar untuk menghadapi ujian nasional. Jadi kadang ia selalu lupa kewajibannya sebagai kekasih seorang princess salsa yang harusnya selalu memperlakukannya dengan istimewa.

Salsa awalnya memaklumi. Karna memang dewa salah satu siswa berprestasi. Dari ia kelas sepuluh sampai sekarang, peringkat kelas dewa tidak pernah turun dari ranking  satu.

Namun seiring berjalannya waktu, salsa mulai bosan. Ia tidak terima dengan hubungan yang sudah tidak ada effort untuk menunjukkan rasa cinta mereka. Terlebih semenjak kehadiran kiara di dalam kehidupan dewa yang sering menjadi alasan kecemburuan salsa.

“Kemana lagi sih dewa! Ngeselin banget jadi orang”. Salsa menggerutu.

Setelah percobaan ke- 17 kali. Akhirnya dewa menjawab panggilan dari salsa. Salsa menarik nafas dalam seolah sedang menyiapkan energi penuh untuk memarahi dewa.

📞iya sa, maaf aku masih di jalan

KEMANA AJA SIH LAMA BANGET!!.

📞Iya, iya bentar. Ini dikit lagi sampe kok. Tungguin ya.

#

#

“Awas aja kalo udah nyampe, ga akan aku kasih maaf!”. Salsa kembali menggerutu.

Dewa sampai pada Cafe itu dan pandangan matanya langsung mencari keberadaan salsa yang ternyata berada di urutan meja belakang. Kemudian ia berjalan dengan langkah cepat serta nafas yang terengah-engah.

“Maaf ya sayang. Tadi aku ada keperluan mendadak”. Dewa meraih kepala salsa sambil mengusap rambutnya. Dan ia berniat untuk mengecup kening salsa namun salsa menggibas kepalanya hingga tangan dewa terlepas dan niatnya mengecup kening salsa jadi batal.

“Kamu kenapa? Marah sama aku karna telat? Maaf sa tadi ada keperluan mendadak dulu”.

“Keperluan apa? Bantuin si cewek cupu itu buat bebas dari ramon? Iya!.”.

Dewa menyipitkan matanya dan menatap salsa curiga. “tahu dari mana kamu?”.

Salsa terkejut. Matanya terbelalak. Dan tutur katanya gugup. “a-aku...”.

Posisi wajah dewa mendekat ke arah salsa. Dan menatap gadis itu serius. “jangan bilang kamu dalang dari semua ini? Kamu bayar ramon buat culik kiara. Iya benar sa?”

Salsa semakin gugup ketakutan. “eng-engga lah. Kamu jangan nuduh ya!”.

“aku tahu tempo lalu kamu pernah cegat kia di tengah jalan dan jahatin dia. Jadi besar kemungkinan ini juga masih ulah kamu, iya kan?”.

“kamu ko Mojokin aku? Apa? Kamu suka sama si cewek cupu itu? Kamu jangan macem-macem ya dewa sama aku. Kalau engga_”. Salsa belum selesai berbicara namun dewa memotongnya.

“kalau engga apa? Kamu mau ancem cabut kerja sama papa kamu sama bapak aku? Kamu mau minta papa kamu buat cabut investasi modal usaha rumah makan orang tua aku. Iya?”.

Salsa mengepalkan kedua tangannya di atas meja. “jadi kamu bener suka sama si cewek cupu itu?!”.

“NAMA DIA KIARA. BUKAN CEWEK CUPU”.

whatever. Apa sih kelebihan dia di banding aku? Dia itu bukan level aku dewa, aku jauh lebih baik dari dia. Kamu sadar dong”.

“Sadar? Ya, bahkan aku lebih dari sadar. Kiara itu jauh lebih baik dari kamu. Dia perempuan baik, sederhana, cerdas, sopan, dan yang terpenting dia ga pernah memanfaatkan kekayaan orang tuanya untuk mengancam seseorang supaya nurutin semua apa kata dia”.

“oh jadi kamu jelek-jelekin aku? Ga malu mobil yang kamu pakai itu punya siapa? Hah!”.

“Oh mobil? Oke Aku balikin”. Dewa meletakkan kunci mobil itu di atas meja dengan hentakkan keras.

“maksud kamu apa dewa?” salsa mulai cemas.

“KITA SELESAI!!! CAPE AKU NGADEPIN ORANG KAYAK KAMU TERUS. SOAL BISNIS ORANG TUA KITA. TERSERAH KAMU MAU CABUT INVESTASI MODAL PUN AKU GA PEDULI!”. Dewa bangkit kemudian berjalan meninggalkan salsa.

“DEWA, TUNGGU!!”. Salsa berteriak namun dewa menghiraukannya. Malah para pengunjung menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh.

“APA KALIAM LIHAT-LIHAT? JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN GUE!”.

Salsa tidak menyangka dewa dengan spontan mengakhiri hubungan cinta dengannya. Karna selama ini dewa selalu tunduk dengan apa yang dikatakan oleh salsa. Dengan alasan karna orang tua salsa banyak membantu perekonomian keluarganya. Sehingga salsa dengan seenaknya selalu mengatur kehidupan dewa.

Salsa memang sangat mencintai dewa, baginya dewa pria yang sangat sempurna. Memang dewa lahir di keluarga dengan perekonomian rendah, sehingga ia meminta papanya untuk ber-investasi memberikan modal usaha untuk keluarga dewa membangun usaha rumah makan.

Namun cara mencintai salsa memang salah. Ia terlalu memanfaatkan kekayaan yang ia miliki untuk mengatur hidup seseorang agar sesuai dengan keinginannya. Termasuk dewa.
Ia pun segera berlari mengejar dewa. Berharap ia dapat kesempatan kedua yang ia janjikan dalam hatinya bahwa ia akan berubah.

Namun apalah daya. Dewa sudah terlanjur kecewa hingga ia meninggalkan salsa seorang diri di tempat itu. Kunci mobil milik dewa sudah ia serahkan kembali pada salsa. Mungkin ia merasa semakin muak dengan sifat salsa yang selalu ingin unggul dengan membawa nama besar ayahnya.

“DEWA..TUNGGUU!!!!” sekali lagi salsa berteriak meminta dewa agar tidak pergi meninggalkan nya. Namun tetap saja, dewa yang terlanjur kecewa dengan perkataan salsa itu membuatnya sama sekali tak menoleh ketika salsa memanggilnya.

Salsa menjatuhkan tubuhnya pada lantai tersebut Cafe itu. Ia menangis memohon agar dewa kembali padanya. Namun hal itu terasa mustahil karna bayangan dewa sudah menghilang dari pandangannya.

Tiba-tiba seorang satpam Cafe itu muncul dan coba membujuk salsa agar segera bangun karna mengganggu kenyamanan pengunjung.

“maaf mbak, jangan menghalangi jalan. Banyak yang mau lewat kesini”.

Salsa menepis tangan satpam itu yang berniat menarik tangannya agar segera pergi. “gue bisa sendiri!”.

Kemudian salsa bangkit dan ia mulai melangkahkan kakinya dengan terpaksa. Namun seseorang memanggil namanya dengan berteriak dari belakang.

“Mbak. Tunggu.. minumannya belum di bayar!”. Seorang pelayan berlari membawa selembar kertas berisi tagihan minuman yang salsa pesan.

“jadi mbaknya akting biar bisa kabur dan ga bayar makanannya?”. Tebak satpam itu.

“ENAK AJA LO! BERAPA SIH TAGIHANNYA? LAGIAN GUE GA MAKAN, CUMA PESAN MINUM. DAN BELUM GUE MINUM SETETES PUN!” ucap salsa marah di depan satpam itu.

“ya lagian mbaknya ngapain lari keluar kalau belum bayar?” ucap satpam itu lagi.

Salsa mengambil satu lembar uang seratus ribu dari dalam saku bajunya. Kemudian ia lemparkan pada wajah pelayan itu, “LO AMBIL SEMUANYA!!”. Kemudian ia segera pergi menuju mobil yang di berikan dewa padanya.

“Sombong banget jadi orang”. Ucap satpam itu.

“Udah pak biarin. Kita berdo’a aja biar dia ga balik lagi kesini”. Sahut pelayan itu.

ANTITESIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang