Bab 12 - di mall

44 12 3
                                    

Kiara dan kiran berjalan bersama mengelilingi area dalam Mall, dan tujuan utama mereka tentu saja mencari makanan untuk mengisi ulang energi dalam tubuh. Terlebih kiran yang hampir kehabisan tenaga setelah berteriak sambil loncat-loncat  ketika menonton pertandingan basket tadi.

Mereka pun memilih sebuah meja di bagian ujung  foodcourt, karna kiara yang tidak terlalu nyaman dengan suasana keramaian. Beruntung meja sebelah tempat mereka duduk itu kosong, dan sedikit lebih jauh lagi dengan meja yang berisi beberapa pengunjung.


Selesai mereka berdua memesan makanan dan minuman, tak heran jika kia selalu mengisi waktunya untuk membaca novel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selesai mereka berdua memesan makanan dan minuman, tak heran jika kia selalu mengisi waktunya untuk membaca novel. Dan karna itu membuat kiran sedikit merasa jengkel.

“lo bisa ga sih kalau kemana-mana ga bawa novel, masa iya gue di kacang-in terus”.

“Ya emang kenapa? Kalo lo mau ngobrol juga pasti gue sahuti ko”.

“beda kali, fokus lo jadi ga ke satu titik.. yaudah terserah lo deh, gue mau main teka teki silang aja”.
Kiran segera mengambil ponsel lalu membuka layar kacanya.

Kiara mengamati ke area meja “emang ada majalah TTS di sini?” .

“ga ada lah.. zaman sekarang itu serba canggih, game aja ada aplikasi nya kok di hp”.

Kia bergumam sambil mengangkat bahunya.

“sembilan kotak ke arah kanan, ibu kota negara Belanda.. apaan ya? Gue lupa lagi”. Kiran memainkan ponselnya sambil melirik ke arah atas untuk berpikir dengan kepala sedikit di miringankan.

Amsterdam”. Celetuk kia yang pandangan matanya masih fokus pada buku novel.

“nah iya bener” kiran mengetik.

“enam huruf menurun, penyakit yang ditularkan anjing.. rabies pasti nih”.

“alat musik yang di petik,  tujuh huruf menurun, apaan ya”.

ukulele”. Sahut kia.

“ tokoh pahlawan yang di beri gelar the guardian of aceh kingdom.. lah mana gue tau, gue kan asli jakarta.. heran susah-susah amat sih ini TTS”. Omel kiran.

“Berapa kolom huruf?” Tanya kia.

“sepuluh”.

Laksamana malahayati, berarti isinya Cuma nama belakang aja”.

“bentar gue coba”. Kiran mengetik.

“Eh ia bener, cerdas juga lo”.

“nama lain batang tenggorokan... nah gue tau nih... TRIAKIA”.

Kia menoleh sambil membulatkan matanya, “heh.. ngaco lo!. Trakea kali”.

Kiran menyeringai, “ iya tau gue,, kalo triakia mah musuh bebuyutan namanya”.

“serah lo deh”. Ketus kia.

Tak lama berselang akhirnya makanan pesanan mereka tiba, lalu mereka berdua menghentikan kegiatan membaca dan bermain teka-teki silang itu dan melanjutkan untuk mengisi energi dalam tubuh.


***


Satria bersama ke empat kawannya berjalan di dalam area mall tempat kia dan kiran berada. Alasannya sama, mereka mencari makanan setelah lelah bertanding. Karna kantin sekolah tutup, maka mereka pun pergi ke tempat itu karna memang lokasinya dekat dengan sekolah.
Satria dan reyhan berjalan mencari area foodcurt dengan santai. sedangkan edo, Juan dan riko? Jangan tanya tentang apa yang di lakukan mereka, karna ketiga sahabat satria itu memang sangat hobi bercanda dan sering menggoda setiap wanita cantik yang mereka temui.

“Bro, lo tau ga saskia anak sebelas IPA 3 yang anak OSIS? Dia follow instagram gue coy.. gue yakin dia suka sama gue pasti”. Ucap edo sambil memamerkan akun sosial media- nya pada riko dan Juan.

Juan mendecih, “paling-paling dia lagi ga sadar tuh abis kerusakan demit penanggu toilet sekolah”.

“Atau engga, ga sengaja ke klik sama adeknya itu”. Sambung riko.

Edo menoyor kepala keduanya, “sirik aja lo, kayak tau aja saskia punya ade”.

“Duh gendut, sialan lo”. Juan membalas.

Edo lari terbirit-birit agar terhindar dari serangan balik kedua temannya itu. Kemudian Juan dan riko mengejar edo yang pada akhirnya tertangkap karna langkah Juan dan riko lebih cepat di bandingkan edo yang memiliki bobot tubuh lebih besar dari mereka.

“Hah, kena lo”. Ucap riko.

Satria dan reyhan hanya tersenyum tipis melihat tingkah ke kanak-kananan teman-temannya itu, pandangan mereka tetap fokus ke arah mereka kemana berjalan untuk mencari makanan.

“eh tunggu!”. Ucap edo sambil mengangkat kedua tangannya.

“apa lo? Mau kabur lagi?”  Juan masih melingkarkan tangannya pada leher edo, sedangkan riko memegang kedua tanga edo agar tidak melawan.

“Gue serius anjir, lihat di sana? Kiran sama anak baru itu”. Edo menunjuk ke arah kiara dan kiran yang sedang makan.

“tria, cewek baru itu lagi makan di sana, ganggu yuk”. Ucap Juan ketika satria dan reyhan berjalan lebih mendekat ke arah mereka.

Satria mengedipkan kedua mata pertanda setuju.

Juan, riko dan edo berjalan lebih awal. Kemudian mereka pun segera duduk di bangku yang masih satu meja makan dengan kiara dan kiran.

hallo, cantik” edo menggebrakkan meja sambil tersenyum.

Kiran dan kiara yang tak menyadari kehadiran mereka karna fokus dengan makanan yang mereka santap dan posisi kepala yang tertunduk, membuat mereka sedikit terkejut bahkan kiran sempat tersedak.

Ukhuk! Ukhuk!.

Reyhan yang menyadari dari kejauhan, ia pun segera berlari kemudian mengambil air mineral yang di jual di  counter minuman dekat meja makan kiran.

“bang ambil dulu bentar”.

Lalu reyhan segera membuka tutup botol itu dan memberikannya pada kiran, “kalo makan hati-hati, lagian bukannya beli air mineral malah minum es berwarna”.

Kiran mengambil botol itu kemudian meneguk air di dalamnya hingga tenggorokan sedikit merasa lega.

Kiran tercengang. Ia tidak menyangka atas kepedulian reyhan padanya yang sangat cepat bertindak untuk menyelamatkan kondisinya saat itu.

“Makasih yah kak”.

“sama-sama”.

“weh keren lo bro, gercep juga penanganannya”. Riko menepuk pundak reyhan.

“keren keren, kalian ngapain usil gitu? Udah tau orang keselek malah diem lagi”. Omel reyhan pada ketiga temannya.

“Ya sory, gue juga shock tadi”. Edo merasa bersalah.

“udah kak, aku gapapa ko”.

Edo, Juan, dan riko yang merasa bersalah pun tiba-tiba diam, sedangkan kiran yang tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bertatap wajah dengan pria pujaan hatinya itu malah meletakkan makanannya seolah-olah ia seperti menekin yang berada di depan reyhan.

Kia menatap kedatangan satria yang baru mendekat di meja mereka dengan tatapan tak biasanya, karna setiap melihat kedatangan satria ia selalu ingin mengeluarkan emosinya, namun kali ini tidak. Mungkin karna kemarin satria sudah berbaik hati menolongnya hingga mereka makan malam bersama ibunya.

Satria membalas tatapan kia. namun ketika kia menyadarinya, ia pun segera memalingkan wajahnya dan coba menegur kiran yang sudah cukup lama terdiam menatap reyhan.

“woy, kesambet lo”. Kia menepuk pundak kiran.

Kiran mendecih, “sirik aja sih lo”.

Tatapan kiran pada reyhan pun buyar karna ulah kiara.

“makanan lo basi tuh”.

“Gapapa basi, gue udah kenyang ko”. Kiran tersenyum lagi pada reyhan.

“Dih alay!”.

“pedro, pesenin makanan sana, terserah lo mau makan apa kitu ngikut”. Perintah Juan.

“Maksudnya apa nih? Kalian mau makan di sini?” ucap kiara.

“emang kenapa ga boleh? Lo pikir ini tempat punya kakek moyang lo?” satria menyahuti.

“ya kan bisa cari tempat lain, ga usah ganggu kita di sini”.

“Lo ga lihat tempat semuanya penuh?” satria menunjuk seluruh meja makan di tempat itu. “lagi pula, emang kita ganggu kalian?” kali ini satria bertanya pada kiran.

“oh, tentu tidak..kalian boleh ko makan di sini, masih muat juga kan bangkunya”. Ucap kiran dengan senyum bahagia.

God job!”. Edo mengacungkan jempol tangannya. “gue pesen makanan dulu”. Lalu ia berjalan menuju beberapa counter makanan yang akan ia pesan untuknya bersama ke empat temannya.

“kiran.. lo apa-apaan sih”. Bisik kia sambil menatap tajam kiran.

“berisik lo”. Kiran masih tak henti-hentinya menatap reyhan, walaupun reyhan sering memalingkan wajahnya untuk menangkap objek lain di tempat itu.

Kiara sedikit kesal, karna ia mulai tak nyaman dengan kehadiran beberapa pria pengganggu itu. Lalu ia pun segera mengacuhkan mereka dengan kembali membaca buku novel yang ia bawa.

“Beres, tinggal nunggu pesanan dateng”. Tiba-tiba edo datang dan segera duduk di antara Juan dan riko.
“buset, sempit anjir, ga nyadar body lo”. Protes riko. Sambil menggeser posisi duduknya.

“Yaelah, tadi kan gue duduk di sini muat, kenapa sekarang jadi sempit. Lo geser dikit kali”. Ucap edo.

“mending lo rebahan di sini aja, nanti tinggal kasi saos, kecap sama sambel”. Juan menepuk-nepuk meja.

“lo kira gue kambing guling”.

Kiara semakin merasa tidak nyaman dengan kebisingan yang di ciptakan kelima pria itu. Walaupun ia mengalihkannya dengan terus membaca buku, namun tetap saja raut wajahnya tampak sedikit kesal.

“kalian tadi itu keren banget tau, udah ga di raguin lagi soal basket, lawan manapun pasti team kalian menang”. Kiran memuji.

it’s eazy... itu mahh cetek”. Edo menyentil jarinya lalu menyilangkan kedua tangan pada dadanya.

Juan merasa jengkel lalu menoyor kepala edo,“Dih gendut, kerjaan lo Cuma lari-lari ga jelas aja belagu”.

“Yang penting menang kan”. Ucap edo.

“yang bikin menang itu satria, kalo ga ada mana bisa kita menang”. Riko menimpali.

“Oh iya kita belum kenalan yah, nama lo siapa? Gue juan” Juan menyodorkan tangannya pada kiara.

Kiara menoleh lalu membulatkan matanya, “emang belum yah?”.

“Dih ganjen lo, belajar ngajak kenalan segala” kali ini edo membalas Juan dengan menoyor kepalanya.

“sirik aja lo pedro herdianto”.

Satria yang membiarkan teman-temannya mengajak bicara kiara, ia berpura-pura sibuk dengan memainkan game online pada ponselnya.

Juan masih menyodorkan tangan, kemudian di balas oleh kia, “aku kiara”.

“Udah jangan lama-lama,  giliran gue”. Riko menepuk tangan yang saling berjabat itu, kemudian ia mendapati tangan kia lalu menjabatnya, “gue riko pahlevi, bisa di panggil sayang”.

“dih sayang... sayang banget jomblonya awet lo”. Dengus edo.


ANTITESIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang