“Vanya!” Ucap haris ketika ia membuka pintu ruang anggrek 4c dan di lihatnya sudah ada vanya yang sedang duduk di samping tempat tidur lea sambil mengusap puncak rambut putrinya.
“Mas haris” vanya menyahuti sambil berdiri untuk menyambut kedatangan haris. “Kamu kemana aja? Aku dari tadi nyariin kamu loh”.
Haris berjalan mendekat. Kemudian ia merangkul sambil mengusap punggung vanya. “Maaf tadi staf aku telepon soal kerjaan. Gimana lea udah sadar?”.
“Belum mas, dia masih tidur”.
“Vanya. Aku mau bicara sesuatu sama kamu”. Kali ini haris menatap vanya lebih dalam.
“Kenapa mas? Kamu ada masalah? Yaudah kita ngobrol di sofa yah”. Vanya pun menarik tangan haris dan membawanya duduk di atas sofa yang berada sekitar 2meter dari tempat tidur lea.
“Satria sudah tahu tentang hubungan kita”. Mendengar pernyataan haris tersebut membuat vanya sedikit terkejut.
“apa? Satria? Dari mana dia tahu soal hubungan kita mas?”.
“Ternyata dia masih ada di sini. Dan dia melihat aku datang ke rumah sakit ini untuk nemenin kamu”.
“Tapi kan kamu bisa kasih alasan ke dia kalau kamu Cuma mau menjenguk lea, karna dia putri ku, rekan bisnis kamu”.
“percuma vanya. Satria sudah lebih dulu tahu dari mamanya. Renata. Ternyata selama ini dia tidak diam aja. Dia sering berbicara hanya pada satria. Dan dia sudah ceritakan pada satria tentang perlakuan aku ke dia. Ini gawat vanya”.
Vanya kehabisan akal. Ia tidak dapat berpikir untuk memberikan solusi pada haris terhadap masalah yang kini mereka alami. “terus sekarang anak itu di mana?”.
“dia udah pulang. Aku gatau setelah ini dia akan berbuat apa”.
Vanya meraih tangan haris untuk memberikan rasa tenang pada kekasihnya yang sedang merasa cemas. “udah mas tenang aja. Lagi pula dia ga ada bukti soal kejahatan kamu pada renata kan?. Cctv di kamar kamu bukannya sudah kamu matikan? Jadi kamu ga perlu khawatir satria akan macam macam”.
Haris menarik ujung bibirnya dengan menebarkan senyuman manisnya pada vanya. “makasih ya. Kamu selalu bikin hati aku tenang”.
“iya mas. Sama sama”. Vanya membalas senyuman haris. “Oh iya kamu pasti belum makan malam kan? Aku baru aja pesan makanan, mungkin bentar lagi sampai”.
“apa ga takut lea bangun? Terus dia lihat kita kayak gini?”.
“Mas tenang aja. Pasien pascaoperasi siumannya cukup lama ko, kamu di sini satu jam lagi juga pasti lea belum bangun kan”.
“Kamu yakin?”.
“iya mas. Tenang aja”.
“Yaudah kalau itu mau kamu”.
“eh mas. Pesenan makan aku udah sampai. Aku ambil dulu ke luar ya”. Ucap vanya yang langsung beranjak pergi sambil terus menatap layar ponselnya.
Haris menatap ke arah lea yang masih berbaring tak berdaya di seberang sana. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini. Yang jelas, kini ia cukup merasakan banyak kecemasan.
“nih mas. Makan malamnya udah ada”. Vanya kembali dengan membawa sebuah totebag berisi makanan yang ia pesan via online.
“Apa itu?”.
“ ayam bakar mas. Aku lagi kepengen banget ini”.
***
Beberapa saat berlalu. Vanya dan haris menghabiskan makan malam bersama di ruang rawat lea sambil terus melempar canda tawa kebahagiaan mereka berdua. Tanpa mereka sadari, ternyata lea sudah sadar entah sejak kapan. Namun yang jelas lea sudah memahami perselingkuhan antara vanya dan haris. Tetapi, karna lea tidak ingin merusak suasana tenang dalam ruangan itu, membuat nya harus menunggu haris pulang untuk memastikan kebenaran hal itu pada vanya secara 4 mata, sehingga lea pun sampai saat itu masih berpura-pura tertidur.
Dan benar saja. Setelah haris pergi berpamitan untuk pulang. Dan vanya merapikan alat makannya. Lea langsung membukakan kedua kelopak matanya dan langsung memanggil vanya.
“Mami!”.
Vanya yang terkejut pun segera menoleh dan menghampiri lea sembari mengusap puncak rambut putrinya. “sayang. Kamu sudah sadar? Syukurlah mami seneng jadinya”.
“Jadi ini alasan mami larang aku buat deket lagi sama satria?”. Ucap lea langsung memojokkan.
“Maksud kamu apa sayang?”.
“aku udah tahu semuanya. Mami ada hubungan spesial kan sama papanya satria? Dan mami larang aku pacaran sama satria karna mami dan om haris ada rencana akan menikah, sehingga aku dan satria akan jadi saudara. Iya?”.
Vanya tampak terkejut. Ia melebarkan pandangannya dengan tangan sedikit bergetar sambil meraih tangan lea walaupun sempat di tepis olehnya. “mami bisa jelasin semuanya sayang. Kamu salah denger. Mami ga ada hubungan apa pun sama papanya satria”.
“mami ga usah bohong. Dari tadi om haris ada di sini. Kalian ngobrol bareng, makan malam bareng, ngomongin rencana pernikahan setelah om haris akan menceraikan tante renata. Aku dengar semuanya mi”.
“Tapi sayang_”
“mami jangan bohong lagi. Pokoknya aku ga setuju sama hubungan mami dan om haris, titik!”. Lea melepas tangan vanya yang masih menggenggam tangannya. Dan vanya pun mencoba kembali meraih tangan lea walaupun selalu di tepis olehnya.
“sayang. Mami cinta banget sama om haris, mami mohon kamu setuju sama hubungan kita ya”. Ucap vanya memohon.
“Gak akan! Sekarang juga mami keluar dari sini!”. Ucap lea sedikit meninggikan volume suaranya.
“Engga sayang. Mami ga mungkin ninggalin kamu di sini sendiri”.
“Aku ga peduli. Kalau mami masih berhubungan dengan papanya satria aku ga akan mau di urus lagi sama mami!”.
“iya iya sayang. Mami akan jauhi om haris. Mami janji. Tapi kamu jangan marah sama mami lagi yah. kamu harus cepet sembuh”. Ucap vanya memohon lagi.
Kini lea merasa sedikit tenang. Dan akhirnya ia tidak lagi menepis tangan vanya yang sedari tadi mencoba membujuk dirinya. Walaupun pada raut wajahnya masih terlihat marah.
“yaudah kamu makan dulu ya. Abis ini minum obat”. Ucap vanya yang mengambil piring Dan berisi makanan khusus untuk pasien rawat, kemudian ia coba menyuapinya pada lea.
Awalnya sempat di tolak oleh lea. Namun berkali-kali vanya memohon dan akhirnya ia pun mau di suapi makan dan minum serta obat yang telah di sediakan oleh pihak rumah sakit.
***
“Bu, apa benar kak lea memang kakak aku?”. Ucap kia dengan menatap mata Rosa dengan dalam.
Hujan deras di sertai suara petir yang bergemuruh membuat suasana malam ini sedikit menakutkan bagi kiara. Walaupun di luar sana ia memiliki sifat pemberani, cuek dan mandiri. namun tetap saja, jika bersama Rosa ia selalu merasa seperti gadis kecil yang selalu mencurahkan keluh kesahnya kepada sang ibu.
Kiara meminta agar malam ini rosa menemani tidurnya di kamar kiara untuk menghilangkan rasa takutnya. Tentu saja hal itu di setujui Rosa karna memang ia sangat menyukai sifat manja yang di miliki putrinya.
“Iya sayang. Ibu juga ga nyangka. Ternyata yang selama ini jahat sama kamu itu kakak kamu sendiri”.
“Pantes aja bu. Kalau kak lea jahatin aku aku ngerasa aku jangan marah sama dia, tapi justru kiran yang suka belain aku dan marahin kak lea”.
“Ya itu mungkin karna ada kontak batin antara kamu sama lea”.
“Jadi sebenarnya dulu yang salah siapa bu? Kenapa ayah menikah sama ibu padahal ayah masih suaminya tante vanya”.
Rosa menghela nafas lalu tersenyum. “ga ada yang salah sayang. Cuma salah faham aja”.
“Maksud ibu?”.
“ayah kamu ga pernah menceritakan tentang keluarganya sama kakek. Dan saat itu kakek sangat suka sama ayah kamu jadi kakek sering menjodohkan kita. Ayah dan ibu juga jadi saling cinta. Dan kakek jadi meminta agar ayah menikahi ibu segera sebelum kakek wafat karna memang kakek sudah sering sakit parah”.
“Berarti memang ayah ga ada komunikasi sama tante vanya ya. Makanya ayah jadi ga bilang ke ibu soal keluarganya di jakarta”.
“Mungkin_” Rosa melengkungkan bibirnya ke bawah sambil mengangkat kedua alis. “yaudah kamu tidur, udah malem”.
“oke bu”. Ucap kia kemudian ia pun coba menutup mata sambil memeluk erat tubuh sang ibu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [TAMAT]
Teen Fictionmenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...