Bab 48 - pengambilan obat

36 12 1
                                    

“Siang ini lo ada eskul voli ran?”. Tanya kiara ketika mereka berjalan menuju ruang kelas setelah kembali dari kantin pada jam istirahat sekolah.

“Tapi gue kalo ninggalin lo jadi khawatir si nenek lampir itu macem-macem lagi sama lo”. Sahut kiran yang berjalan sambil memakan ice cream yang ia bawa.

“Gapapa lo eskul aja jangan sampe absen. Lagian gue mau ke rumah sakit dulu di suruh ibu”.

“Kenapa? Tante rosa sakit? Perasaan tadi dia baik baik aja”.

“Engga ko. Cuma ambil obat asam lambung doang, biasalah ibu kadang suka tiba tiba kambuh asam lambungnya jadi pas stok di rumah abis langsung beli lagi”.

“oh gitu. Yaudah lo hati-hati ya. Apa gue suruh kak satria temenin lo biar aman?”.

Kia tampak panik ketika mendengar tawaran dari kiran, ia merasa takut jika hal itu akan terjadi. “ga.. ga usah. Nanti yang ada kak lea malah makin benci lagi sama gue”.

“Oh gitu. Yaudah”.

***

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, kiran dan kiara pun berpisah ke tempat sesuai tujuan mereka Setelah ini. Kia pun  berjalan sendiri menuju tempat parkir kendaraan dengan sedikit rasa cemas.

Sebetulnya kia sedikit merasa takut jika lea kembali akan menyerangnya, walaupun ia tahu hari ini lea bolos sekolah, namun tetap saja ia terus merasa cemas akan keselamatan dirinya.

Beruntung di sepanjang perjalanannya dari sekolah menuju rumah sakit yang jaraknya cukup dekat dari lokasi sekolah, kia tak mendapat serangan apapun atau masalah yang menimpanya seperti yang ia cemaskan. Ia tidak merasakan kehadiran lea sampai saat itu.

Ketika kia mendapati nomor antrean untuk pengambilan obat pesanannya, ternyata ia mendapat nomor urut ke 28 sedangkan yang saat itu sedang proses pengambilan obat ada pada nomor urut 15. Membuatnya harus sedikit menunggu giliran agar mendapatkan obat yang telah di pesan oleh ibunya.

Kia pun memilih duduk pada ruang tunggu di barisan nomor 2 dalam urutan vertikal dengan memilih bangku paling samping kanan, sambil mengisi waktu luang ia pun membuka lembaran novel koleksi terbarunya yang baru saja ia baca sekitar 50 halaman.

Tak lama kemudian tiba seorang wanita paruh baya yang ikut duduk di bangku samping tempat kia. Ia menyapa gadis itu dengan membungkukkan badan sambil tersenyum, yang tentu saja oleh kia di balas serupa seperti dia.

“saya boleh duduk di sini nak?”.
Tanyanya dengan ramah.

“iya tante, silahkan”. Sahut kia ramah
Wanita paruh baya itu duduk kemudian menatap kia yang sedang fokus pada buku novelnya. “kamu sekolah di wiramandala yah?”.

Kia pun menghentikan kegiatan membacanya dan menutup buku itu sambil menjawab pertanyaan wanita itu dengan menatap wajahnya. “iya tante”.

“Anak tante juga sekolah di sana lo, siapa tau kamu kenal, kamu kelas berapa?”.

“Aku kelas sebelas tante, anak tante kelas berapa?”.

“oh anak tante sudah kelas dua belas tahun ini dia lulus”.

“oh iya. Kalau kakak kelas aku belum kenal semua soalnya aku murid baru pindahan dari bandung tante”.

“Pantes aja, oh iya kamu suka baca novel ya?”.

“iya tante, suka aja berimajinasi sama cerita cerita di novel”.

“kamu di sini berobat? Kamu sakit apa?”.

“Engga tante, aku Cuma ngambil obat asam lambung ibu, soalnya ibu lagi kerepotan di toko jadi suruh aku yang ambil kesini”.

“Wah kamu memang anak baik ya, tante senang lihat anak muda yang peduli sama orang tua kayak kamu ini”. Tiba tiba saja wanita itu mengusap punggung kia yang membuat gadis SMA itu kini merasa akrab dengan wanita itu.

ANTITESIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang