"Kia, sarapan kamu sudah ibu siapin di meja makan ya, ibu mau buka kios dulu." Teriak Rosa pada Kiara yang masih berada di dalam kamarnya dengan pintu yang masih terkunci.
"Iya bu." Seru Kia, hari ini sekolahnya libur selama 3 hari, karena murid kelas dua belas sedang melaksanakan ujian percobaan ujian nasional, sehingga hari ini ia sedikit bermalas-malasan di atas kasurnya dan memilih bersantai tidak terlalu buru-buru keluar dari kamar.
Polisi udah kasih kabar, katanya hari ini pelaku kejahatan yang kita laporkan akan segera di tangkap.
Kia merasa lega setelah mendapat pesan itu dari Satria, akhirnya kebenaran segera terungkap dan almarhum ayahnya akan mendapat keadilan. Karena itu, ia pun segera bangkit dari tempat istirahatnya dan hendak pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus mengganti pakaian yang ia kenakan.
Tapi, ketika ia selesai mandi tanpa melanjutkan kegiatan memoles wajahnya, tiba-tiba saja perasaannya berubah, ia teringat sang ibu dan seperti mengkhawatirkannya, kemudian ia pun segera merapikan rambut dengan sisir, lalu ia segera mencari keberadaan ibunya di luar.
Betapa terkejutnya ketika tiba pada ujung tangga, ia melihat wanita yang amat ia cintai tak berdaya di atas sebuah kursi dengan tubuh, tangan serta kaki yang diikat menggunakan sebuah tali, dan mulut yang di tutup oleh lipatan kain yang diikat hingga belakang kepalanya. Segera ia berlari untuk menyelamatkan, namun langkahnya terhenti karena di hadang oleh dua orang pria bertubuh kekar dengan menggunakan pakaian ala preman.
"LEPASIN IBU SAYA! KALIAN SIAPA? KALIAN MAU APA?" Kia berteriak, wajahnya memanas, matanya merah, serta kedua tangannya terkepal, air matanya mulai menggenang, tapi ia tidak mampu melepaskan jeratan ibunya karena ia sulit menepis tangan para penjahat itu.
Dengan tangan dan tubuh terikat, Rosa terus memberontak, ia seperti berteriak meminta tolong namun artikulasi berbicaranya tidak terdengar jelas karena tersumpal oleh lipatan kain yang diikatkan.
Kia mendengar suara hentakan kaki yang cukup keras, ketika ia menoleh, sepasang kaki menggunakan sepatu heels berjalan mendekat ke arahnya, dengan tangan yang di silangkan pada dadanya, ia tersenyum dengan satu ujung bibir yang diangkat ke atas, dia adalah...
Vanya.
"KENAPA TANTE JAHAT SAMA IBU? APA SALAH IBU?" Sekali lagi Kia berteriak, tapi ternyata malah membuat kedua penjahat yang memegang tangannya murka.
Salah satunya mengambil sebuah kain kecil dan mengikatkannya untuk menutup mulut Kia agar ia tak kembali berteriak, sehingga kini Kia tak mampu lagi melawan Vanya dan kini giliran wanita dengan penampilan ala wanita kantoran itu berbicara.
"Kamu mau tau apa salah ibu kamu?" ucapnya santai sambil mendekat ke arah Rosa kemudian ia mencengkeram ikatan rambut istri kedua suaminya itu, "SALAH KAMU KARENA SUDAH BANYAK MENGUSIK HIDUP SAYA!" ucapnya dengan nada tinggi.
Rosa terlihat meringis, namun suaranya tak terdengar, kia yang terkejut dengan apa yang dilakukan Vanya pun mencoba berjalan maju untuk menyelamatkan ibunya, tapi lagi-lagi kekuatan tubuhnya tak mampu mengalahkan jeratan kedua pria bertubuh kekar itu.
"Saya bisa aja ngelepasin kalian, asal kalian segera pergi jauh dari kota ini, dan jangan pernah anggap mas Anton bagian dari keluarga kalian." Vanya berucap dengan nada rendah kembali karena ia tahun bahwa kedua wanita yang sedang ia sandera itu tidak akan melawannya sedetik pun.
Wanita itu mengambil sebuah benda kecil dari dalam tasnya, ketika benda yang melipat itu dibuka, ternyata itu adalah sebuah pisau.
Manik mata Kia semakin melebar, ia semakin merasa ketakutan hingga air matanya yang membendung tak dapat ia tahan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTITESIS [TAMAT]
Teen Fictionmenceritakan seorang gadis yang pergi merantau ke kota bersama ibunya agar lebih sering mengunjungi makam ayahnya yang telah meninggal, namun di sekolah barunya ia bertemu dengan seorang pria berandalan yang hampir setiap harinya membuat keributan b...