Bab 40 - penyelidikan pertama

33 13 1
                                    

“Emang dasar ya itu para manusia jelmaan kuntilanak kali. Benci banget gue.”. Kiran yang terus saja menggerutu karena kesal pada lea dan vanya serta teman lea yang lainnya.

“Udah dong. Jangan marah marah terus ah”. Ucap kia menenangkan.

Mereka berdua berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju pintu keluar. Dengan satria yang mengikuti mereka dari belakang, namun kia tak sekali pun menoleh padanya karena ia terus saja menenangkan amarah kiran.

“Udah ya. Mulai sekarang lo jangan deket deket sama mereka lagi. Biar pun lo itu adiknya lea. Tapi lea ga pernah ngakuin itu. Jadi mulai sekarang lo mendingan gausah kenal lagi deh sama mereka”.

Kiara menarik sudut bibirnya ke atas ketika melihat tingkah menggemaskan sahabatnya itu, kemudian ia mencubit pipi kiran dengan pelan. “iya bawel banget sih lo”.

“Ya lagian gue jadi emosi sih”

Ketika dalam setengah perjalanan. Mereka pun berpapasan dengan dion. Ya, dia adalah mantan supir pribadi ayah kia yang beberapa waktu lalu membantu kia dan rosa mencari keberadaan makam ayah kiara.

“Loh. Kiara. Kamu ngapain di sini? Ibu kamu sakit?”. Tanyanya.

“eh, engga ko om. Aku kesini Cuma mau jenguk kak lea aja”. Sahut kiara.

“maksud kamu azalea?”. Dion memastikan dan kia mengangguk. “kamu kenal sama dia?”.

“Iya om. Kebetulan satu sekolah. Dan sekarang aku tahu kalau kak lea adalah anak dari istri pertama ayah”.

“jadi kamu sudah tahu istri pertama ayah kamu? Dan anak mereka?”.

“iya om, om sendiri ngapain di sini?”.

“Ini. Om Cuma ambil resep obat buat istri om. Tapi sekarang udah beres ko. Gimana kalau kita makan siang bareng di sana? Kalian pasti belum makan kan?”. Ajak dion dan mereka pun menyetujuinya.

***

“kayaknya aku pernah lihat om ini”  satria membuka percakapan setelah pesanan makanan mereka tiba. “om yang waktu itu anter kia dan tante Rosa ziarah ke makam om antonio yah?”.

“iya. Kamu kenal sama pak antonio?”.
Senejak satria melempar pandangannya ke arah kia kemudian kembali pada dion. “om antonio dulu adalah saingan bisnis papa saya om”.

Dion menyipitkan matanya dan menatap satria lebih dalam. “kamu anaknya pak haris?”.

“Iya. Om kenal?”.

“Saya sangat tahu bagaimana bencinya papa kamu sama mendiang pak antonio dulu. Bahkan dia pernah berbuat curang ketika mereka berebut tender. Mohon maaf ya jika om sedikit menceritakan keburukan papa kamu”.

“gapapa om. Papa saya memang licik orangnya. Saya  bahkan sudah merasa kecewa pada papa saya sendiri.  Tapi anehnya setelah om antonio meninggal kenapa papa saya malah berhubungan dengan tante vanya. Ternyata selama ini mereka selingkuh”.

Mendengar pernyataan dari satria membuat dion merasa terkejut dan ia hampir tersedak minumannya. “apa? Bu vanya selingkuh sama pak haris?”.

“Pelan pelan dong om minumnya”. Kia segera memberi selembar tisu pada dion untuk merapikan percikan air minum dion yang mengenai kemejanya.

“Makasih kia. Maaf tadi om kaget. Kayaknya masalah ini ada hubungannya dengan kecurigaan kita dulu”.

“maksud om?”. Ucap kia dan satria bersamaan hingga membuat kiran tak sungkan meledeknya.

“Ya ampun. Kompak banget sih kalian. Cocok deh”.

Kia yang awalnya saling melempar pandangan dengan satria setelah berbicara dengan kalimat yang sama, lalu tatapannya pun kembali ke arah kiran sambil mencubit tangannya kiran. “apaan si lo. Jangan ngaco deh”.

“Gini loh. Jadi om ngerasa janggal dengan kematian pak antonio. Bapak meninggal memang karna kecelakaan tunggal mobilnya yang nabrak pohon besar. Tapi bu vanya merahasiakan kematian pak antonio dari media”. Ketiga siswa SMA itu saling menatap dion dengan serius.

“ Bahkan dia berbohong pada media bahwa pak antonio di makamkan di Palembang, kota kelahirannya. Itu dia lakukan supaya wartawan tidak mengejar dia untuk mencari informasi lebih dalam. Dan dia juga menutup kasus ini dari kepolisian. Bahkan kia dan bu rosa tidak tahu di mana tempat pak antonio di makamkan. Untungnya waktu itu saya sempat bertemu sama bu rosa,  Jadi saya segera mengantar bu ros dan kia berkunjung ke makam pak antonio”.

“Maksud om, bisa jadi kematian om Antonio itu di sengaja sama tante vanya dan papa saya?”. Satria menebak.

“Ya. Itu baru perkiraan om”.

“tapi menurut gue, perkiraan om dion itu masuk akal juga deh.” Ucap kiran.

Kali ini mereka menatap ke arah kiran dengan serius. “ya bener kan? Bisa jadi tante vanya ketahuan selingkuh sama om antonio,  terus mereka sengaja bikin om antonio kecelakaan padahal mereka yang melenyapkan. Dan tujuannya supaya hubungan mereka aman aman aja. Iya kan?”.

“dan bisa jadi karna tante vanya ga terima dia di dua-in tapi dia sendiri mendua? Jadi dia gamau kebusukannya terbongkar?”. Kia ikut menyelidik.

“dan setelah suami tante vanya lenyap. Sekarang giliran istri papa yang akan mereka lenyapkan selanjutnya?”. Satria ikut menyelidik.

Dan kali ini giliran satria yang di tatap serius oleh mereka.

“Mama kamu kenapa?”. Tanya dion terkejut.

Sejenak satria mengatur nafas kemudian ia kembali bercerita. “mama saya mengalami depresi. Penyebab awal karna tahun lalu dia sempat kehilangan bayi dalam kandungannya. Tapi bukan itu ternyata sebabnya. Mama depresi karna sering mendapat siksaan dari papa. Mereka sering bertengkar hebat dan papa sering ninggalin mama sendirian di rumah. Mungkin itu juga yang menyebabkan kandungan mama ga bisa selamat”.

“Ya ampun. Setega itu?” ucap kiran spontan.

“Kalau rumah tangga orang tua kamu udah ga sehat, kenapa mereka ga memilih berpisah?”. Tanya dion dengan hati-hati.

“Papa saya ga akan pernah menceraikan mama om. Karna seluruh harta dan perusahaan masih atas nama mama. Karna itu semua warisan dari kakek saya. Papa saya kalau berpisah dengan mama dia tidak punya apa-apa.  Jadi mungkin jalan satu-satunya dia akan melenyapkan mama agar harta keluarga otomatis jatuh ke tangan dia”.

“om jadi makin yakin ada yang ga beres sama haris dan vanya”. Ucap dion.

“Tapi kita ga bisa sembarangan menuduh tanpa bukti om. Kita ga punya bukti apa pun soal kematian ayah yang murni kecelakaan atau memang sudah di rekayasa”. Kia menyahuti.

“sepertinya kita harus mencari bukti secepatnya. Kejahatan mereka harus segera terungkap”. Ucap dion.

“gimana caranya om?”. Tanya satria.

“kita datangi tempat kejadian pak antonio ketika kecelakaan. Mungkin di sana kita dapat sedikit info dari masyarakat sekitar atau mungkin ada cctv di sekitar sana”.

“Om benar. Kita berangkat sekarang om?" Tanya kia.

"Ya boleh boleh saja kalau kalian mau".

“boleh om”. Ucap ketiga siswa SMA dengan kompak.

“ya sudah. Kalian duluan ke sana ya. Om mau antar obat istri om dulu ke rumah. Nanti om susul kalian ya”.

Akhirnya mereka pun pergi dari tempat itu untuk menuju tempat tujuan mereka untuk mencari barang bukti tentang kecelakaan yang di alami ayah kiara beberapa waktu yang lalu.

ANTITESIS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang