Meet uncle

6.4K 703 41
                                    






Hybrid Baby Daily





"Lee Jaeyun...."

"Huh?!" Jaeyun menoleh, mencari asal suara lantas mendongak bertemu tatap dengan Heeseung di pintu dapur tengah berkacak pinggang.

Tatapan lugu dengan krim kue dan susu yang merata hampir di seluruh wajah membuat Jaeyun tampak sangat lucu. Surainya yang mengembang semerawut dan telinga puppy tegak antusias berhasil menggagalkan rencana marah ayahnya.

"Daddy hanya mandi sebentar dan kau sudah sekacau ini?" Dia menggelengkan kepala maklum, memilih mengabadikan momen lucu putranya yang justru menawarkan sisa potongan kue di depan kulkas yang terbuka.

Dia berjongkok di depan balitanya, menerima suapan Jaeyun yang langsung disambut pekikan senang. Dia melihat susu kotak yang tumpah membanjiri di sekitar Jaeyun dengan seperempat loyang kue yang sudah hilang ditelan buntalan lucu ini.

"Sudah kenyang?"

"Beyum," akunya. Dia berdiri kembali dan meraih kue lagi, "Jeyun mam!"

Ayah muda itu menebak-nebak siapa yang lupa menutup rapat pintu kulkas sampai bayinya bisa dengan mudah menerabas masuk dan mengacak-acak isi kulkasnya.

Ditebak lagi, bini Naya dan bibi Yura sedang pulang kampung begitupun dengan paman Kim. Jelas-jelas dirinya yang sempat meraih cola sebelum mandi dan teledor tidak menutup kulkasnya.

Jadi ini salahnya.

Terlalu sibuk menebak, Jaeyun sudah berhasil menumpahkan seloyang penuh kuenya sampai berceceran dimana-mana dengan piring terbalik.

"Daddy mam kue!" Bukan sekedar memakan, tangan bulat itu meremat-remat kuenya.

"Lee Jaeyun..." Desahnya lagi. Dia pusing membereskan kekacauan bayi ini. "Mau susu tidak?"

Jari telunjuknya menuding ke arah susu yang sudah tamat riwayatnya, "cucu."

Biarkan saja Jaeyun makan sampai kenyang, dia jadi tidak perlu repot-repot menyiapkan bubur bayi. Meraih gelas kecil gambar bebek, dia menuang susu yang baru. Menambahkan sedotan elastis dan memberikannya pada Jaeyun.

"Cucu cudah," dia mendorong susunya dan kembali makan. Mukanya sudah tidak tertolong. Benar-benar kotor semua.

Tangan Heeseung meraih tissue basah di rak penyimpanan, mengusap seluruh wajah cemong putranya yang memberontak menolak sentuhannya.

"Ande!"

"Mandi dulu, kita akan ke rumah paman Sunghoon."

"Paman cunghun?"

"Nde." Selagi Jaeyun berpikir, Heeseung buru-buru meraih ketiak Jaeyun dan membawanya ke kamar mandi. "Nanti jangan nakal disana ya?"

"Um!" Diiyakan saja, padahal mengerti juga tidak.

•••

"PARK JUNGWON JANGAN LARI-LARI! YA YA YA, JANGAN NAIK-NAIK KESANA!" Jay terus berteriak memanggil nama anaknya yang nakal bukan main.

Heeseung melirik Jaeyun yang lebih suka guling-guling di karpet sembari minum susu. Kemudian berujar, "sepertinya aku harus bersyukur Jaeyun anteng begini."

"HARUS!" Jay langsung merebahkan diri di samping bayi hybrid milik Heeseung setelah menyerah mengejar-ngejar Jungwon. "Waktu diadopsi dia sangat pendiam. Entah apa yang terjadi, dia menjadi sangat aktif. Mungkin bawaan sifat kucingnya."

"Kucing garong maksudmu?"

Jay mendelik, melempar bantal ke muka Sunghoon, "brengsek kau Hoon."

"Jaeyun juga tadinya serba takut, sekarang sudah mulai bertingkah," ucap Heeseung. "Pintar menjawab pula."

"Jeyun ande!"

"Kan, menjawab terus," tukas Heeseung gemas-gemas ingin menggigit tangan bulat itu.

Sedangkan yang sedari tadi mencoba mengusili Jaeyun bersuara, "bagaimana bisa kalian memutuskan untuk menjadi orang tua muda?"

"Orang tuaku yang mengadopsi Jungwon, aku tidak tahu jika mereka menjadikan aku sebagai papanya. Sekarang orang tuaku kabur ke Amerika. Katakan, aku harus protes dengan gaya apa lagi?" Jay terus menggerutu. Sekarang dia melihat Jungwon baru saja membalik mangkuk buah di lantai. "Jungwonie, kapan lelahnya?"

"Silo!"

"Shireo katanya— HAHAHHAHAHA!" Sejak kedatangan teman-temannya, Sunghoon belum juga berhenti tertawa. "Aku jadi ingin juga. Dimana aku bisa mendapatkannya?"

Heeseung berpikir sejenak, memperhatikan Jaeyun yang mulai mendusal-dusal di pahanya, minta dimanja. "Kalau Jay memang harus diberi anak supaya tobat dan berhenti one night stand."

"Oh shit, aku benci fakta itu— PARK JUNGWON!"

Lagi-lagi Sunghoon tertawa melihat Jay berlari panik menarik ekor kucing milik Jungwon sebelum balita berusia dua tahun itu kabur ke luar.

Tatapannya bertemu dengan mata bulat Jaeyun, sedari tadi bayi temannya ini tampak malu-malu terhadapnya, "akan sangat keren jika kita menjadi ayah muda bersama-sama. Lagipula aku muak ditanya kapan menikah padahal aku takut wanita."

"Bodoh, lalu kau akan menikahi pria?"

"Bukan begitu Jay Park brengsek."

"Belengcek!"

Heeseung langsung terperangah, dia menatap horor bayinya, "tidak boleh berkata seperti itu sayang."

"Wae?"

"Daddy tidak akan membelikan Puyo baju baru jika Jaeyun mengatakannya."

"Andeeee.. Jeyon ciyo. Belengcek ciyo!"

Sejurus kemudian Heeseung menatap Sunghoon tajam, "jaga kata-katamu Park."

Yang ditatap hanya cekikikan, menggelitik telapak kaki Jaeyun yang dibuahi tendangan sebal, "ANDEEEE!"

"Dia gampang kesal ya Seung." Makin menjadi keinginannya mengadopsi bayi hybrid. Dia akan memikirkan ini segera, "kemari dengan paman Sunghoon yang tampan ini Jaeyun-ah.."

"Kau terdengar menyeramkan breng—"

"PAPA BLENGSEK!" teriakan balita di gendongan Jay terdengar memotong kalimat Heeseung sembari menjambak rambut ayahnya sendiri. Balita itu terus mendorong-dorong wajah Jay, memberontak minta diturunkan.

"Blengsek sekali papa! Belengsek!"

"PARK JUNGWON!"

Sepertinya Heeseung akan segera memasukan Park Jungwon dalam daftar hitam teman Jaeyun.


𝐇𝐘𝐁𝐑𝐈𝐃 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐃𝐀𝐘𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang