Hybrid Baby Days
•
•
•
"Kau lapar huh?"
Pagi ini Heeseung bangun dengan panik, pagi pertamanya sebagai seorang ayah dimulai ketika Jaeyun menangis kencang lantaran merasa sesak dan sulit bergerak begitu ia bangun dari tidurnya. Salahkan Heeseung yang tidak sadar telah menjadikan bayi hybridnya guling semalaman penuh.
Dia yang belum sadar sepenuhnya langsung terjaga, ia menimang Jaeyun yang berujung pada tangisannya kian nyaring hingga Heeseung harus turun ke lantai satu untuk meminta pelayan membuatkan bayinya susu.
Sekarang bayi hybrid itu tengah tidur terlentang dengan botol susu di dipelukannya. Matanya berair, hidung dan pipi gembilnya memerah, menandakan seberapa keras ia menangis pagi ini.
"Maafkan a—daddy. Maafkan daddy okey?"
"eungg~"
Heeseung harus membiasakan diri agar jaeyun mengerti bahwa sekarang dia adalah ayahnya. Ia juga harus mulai terbiasa untuk mengurus Jaeyun dengan tangannya sendiri. seperti mengganti popok bayinya sekarang, Jaeyun sesekali bergerak gusar menjauhkan pantatnya karena Heeseung dengan usil memainkan ekornya.
"Sepertinya aku harus menyewa penjahit." itu karena ia sadar jika ekor Jaeyun harus memiliki ruang dengan cara melubangi celananya nanti.
"Daddy mandi dulu. Jaeyun habiskan susunya disini hm?"
"Janan pegi~"
"Hanya mandi. Daddy mandi disana." ia menunjuk pintu kamar mandi di dalam kamar pribadinya.
"Dicana?"
"Hm. Jaeyun diam disini dan jangan coba-coba untuk melompat dari sini."
Dua puluh menit Heeseung sudah keluar lagi dengan handuk membelit pinggangnya, tanpa baju dan rambut basah. Sontak ia terkekeh kala melihat buntalan kecil tengah tertidur pulas dengan dua tangan kecilnya ke atas sedang botol susu yang hanya tersisah sedikit sudah berguling di samping tubuh Jaeyun.
"Aih, bayi ini."
Ia berlalu untuk memakai baju, niatnya hari ini ingin bermalas-malasan di rumah sembari mencoba lebih dekat dengan anaknya. Bagaimanapun Heeseung butuh banyak adaptasi setelah memutuskan untuk mengadopsi Jaeyun dan menjadi single parent di usia belia.
Lantai satu senggang, seperti biasa sejak kedua orangtuanya tiada. Dapur adalah tujuan utama pemuda usia 17 ini, ia harus makan.
Sembari mulai memikirkan banyak hal.
"Bibi Naya, tolong panggil bibi Yura dan paman Kim."
Tak perlu menunggu lama, ketiga pelayanan pribadinya kembali. Ia meminta ketiga orang dewasa yang sudah ia anggap keluarganya duduk tepat di seberang meja makan.
"Ada apa tuan muda?"
Heeseung membesit hidungnya merasa tidak pernah setuju akan panggilan itu namun harus selalu ia biasakan sedari kecil karena itu mandat dari mendiang orang tuanya.
"Kalian tau aku sudah punya Jaeyun sekarang. Aku berpikir untuk pindah ke rumah yang lebih kecil, setidaknya tidak sebesar ini." Ia berbicara penuh was-was, pasalnya ini keputusan besar.
"Jaeyun butuh lingkungan yang layak, apartemen terlalu padat penghuni dan tidak ada taman yang bisa digunakan barangkali Jaeyun butuh bermain di luar rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐘𝐁𝐑𝐈𝐃 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐃𝐀𝐘𝐒
FantasíaLee Heeseung mengadopsi bayi hybrid atas rujukan sang bibi. Mengharuskan dia menjadi ayah muda dan menghabiskan seluruh waktunya untuk si bayi yang selalu menjeritkan kata 'daddy' setiap hari. "Sudah belum?" "Beyum." "Kenapa kau posesif sekali? biar...
