Playing with Ddeonu

2.7K 470 85
                                    

Hybrid Baby Daily— ayo long time no see!!



"Yeay! main!" Sunoo bertepuk tangan saat Jaeyun menumpahkan keranjang mainannya, kemudian menarik satu mobil-mobilan.

Sementara bayi hybrid kesayangan pemuda Lee segera menyeret Puyo ikut serta, "Puyo naik cini."

"Mobilna kicil." Manik cerah Sunoo melihat boneka bebek dan mobil yang tengah ia mainkan. Puyo tidak bisa naik ke sana.

"Eung?" Beo Jaeyun bingung. Apa yang salah? Ia merangkak mendekati Sunoo kemudiam memaksa Puyo naik, nyatanya tidak bisa. Puyo lebih besar dari mobilnya.

Bibirnya sedikit mengerucut, akhirnya ia memilih memainkan mobil-mobilan juga. Duduk membelakangi dua pemuda yang sibuk bermain konsol game.

"Jay katanya mau ke sini tapi tidak jadi, Jungwon mendadak rewel," ujar Sunghoon.

Heeseung hanya mengangguk, mengerti jika bayi temannya yang satu itu kelebihan kapasitas baterai dan rewel menjadi kolaborasi yang mengerikan.

"Dia kemarin bertemu mantan kekasihnya di kafe, kau tahu apa yang terjadi? Jungwon menjambak rambutnya dan memaki-maki mantan Jay karena menganggap dia akan merebut Jay."

"Sepertinya semua hybrid memang posesif."

Kembali pada Jaeyun dan Sunoo, dua bocah berusia 2 tahun itu duduk berdekatan sembari memainkan lego. Mobil-mobilan sudah terasa membosankan rupanya.

Jaeyun dengan bibir basahnya mulai berceloteh lagi, "Uwonie, cini ande?"

"Anwe. Uwonnie lummahna di sanna." Pelafalan Sunoo benar-benar tebal, dia menjawab dengan menunjuk arah asal-asalan.

Tangan mungil bayi foxy itu melepaskan legonya, bertumpu menggunakan dua tangan di lantai kemudian berdiri dengan pantat lebih dulu, dia meraih bola, "ddeonu mau main bolla dullu."

Jaeyun termenung sesaat, tangannya masih bermain lego tetapi mata bulatnya menatap bola di tangan Sunoo, "Uwonie... Palana Uwonie camaaa...."

"AHAHAHAHAHAHAHAHAHAAAA!" Terkutuklah tawa menggelagar Park Sunghoon mendengar celotehan Jaeyun sampai membuat kedua bayi itu tersentak menatapnya.

"Pelankan suaramu bodoh!"

"Tidak bisa! Astaga perutku keram. Maksudnya kepala Jungwon sama dengan bola, begitu?" Dia melanjutkan gelak tawanya. "Botak!"

"Botak!" Pekik Jaeyun lucu, semakin membuat Sunghoon tertawa.

Sunoo yang tidak mengerti apa-apa justru ikut tertawa, dia suka melihat itu, "Ddeonu suka appa. Iyowo."

"Iyowo? Andee~" Jaeyun tidak setuju, "ande iyowo. Paman Cunghun ande iyowo."

"Benar, karena appa itu tampan. Benar kan Jaeyun-ah?"

"Nde!"

"Um! Appa tampan!" Sunoo mengangguk meski tidak tahu tampan itu apa. Yang dia tahu, appa-nya itu kesayangannya.

Sontak perbuatan itu mengundang tatapan datar dari Lee Heeseung. Yang benar saja, pintar sekali temannya itu memanipulasi anak kecil.

Sunghoon tidak peduli, dia hanya melempar tatapan pongah kemudian berdiri meraih bola, "cah! Siapa yang mau bermain bola angkat tangannya!"

"JEYUN!"

"DDEONU!"

Jaeyun menekuk satu telinga puppy-nya kemudian menunjuk sang ayah, "daddy kipel."

"Baiklah ayo!"

Rumahnya mendadak ramai jika salah satu temannya berkunjung. Setidaknya itu bertahan sampai siang karena Sunghoon memutuskan pulang, "ucapkan salam dulu pada paman Heeseung."

Sunoo melambaikan tangan dengan ekor bergerak rusuh, "essss–sampai jumpa paman!"

Ekor Jaeyun ikut bergerak, dia melompat di depan Heeseung, "campai jumpa donu!"

"Eyy... Ddeonu mengucapkan salam pada daddy, bukan Jaeyun."

"Um?" Kepala si kecil Jaeyun mendongak, "Jeyun ciyo?"

Sunghoon menggeleng jengah, dia mencubit pipi gembul Jaeyun kemudian pulang. Menyisahkan sepasang ayah dan anak yang masih betah di ruang tengah.

"Daddy."

"Iya, Jae?"

"Pemen."

"Tidak boleh makan permen banyak-banyak, nanti sakit gigi. Mau?"

Jaeyun sontak menggeleng, telunjuknya meraba gigi susunya sendiri, "ciyo! Cakit cekali..."

"Makannya, jangan." Ia menatap bayinya yang makin hari makin berisi. Kedua pipi Jaeyun bulat penuh dengan rona merah akibat cuaca dingin.

Jaeyun pergi menaiki keranjang mainannya dan kembali bermain hingga kantuk mendera, "daddy..."

Heeseung mengigit pipi dalamnya melihat betapa menggemaskan bayi hybrid itu duduk di dalam keranjang mainan, kedua tangannya memegang erat sisi keranjang dan Jaeyun menumpuhkan dagunya disana.

Jangan lupakan itu, ekor panjangnya yang yang menyembul di bagian belakang, tengah bergoyang menyapu udara.

Heeseung sontak menarik keranjang mainannya, "kenapa kau menggemaskan sekali sih?"

"Jeyun mam banak-banak!"

"Iya, harus makan yang banyak supaya makin menggemaskan." Tangannya memainkan pipi bulat Jaeyun, manik penuh binar si bayi menatap bingung ayahnya. "Daddy harus mulai mencari uang."

"Ande!" Tolaknya. Ia menatap Heeseung dengan mata membulat, kepalanya menggeleng lucu, "ande, daddy ande!"

Lee Heeseung akan menukar apapun asalkan dia mendapatkan bayi hybrid ini. Menggemaskan sekali, dia tidak menyesal memutuskan untuk membawa Jaeyun pulang.

Melirik jam di dinding sudah menunjukkan jam tidur siang. Dia mengeluarkan Jaeyun dari keranjang mainan dan membawa bayi hybrid itu berguling di karpet duang tengah.

"Saatnya tidur siang untuk bayi kecil ini."

"Cole-cole jajan, mini maket."

"Sore nanti nanti mau jajan di mini market?" Tanyanya memasikan. Si kecil mengangguk, tidur menyamping menghadap ayahnya sembari menikmati tepukan ringan pada punggungnya.

"Cucuna manaaaa?" Dua tangan gemuk itu mengusap matanya bergantian. Menagih jatah susunya sebelum tidur, "cucu!"

"Susunya habis."

"Eung... bohon."

"Daddy tidak bohong."

Jaeyun mulai merengek, bibirnya mencebik siap meledakkan tangisnya jika Heeseung tidak cepat berdiri dan berlari membuatkan susu ke dapur. Kemudian kembali dan tentu masih mendengar rengekan Jaeyun yang makin menjadi-jadi.

Hisapan pada jempol kecilnya berhenti, tangan kecil Jaeyun terulur meminta jatah susunya, "cucu..."

"Nanti sore temani daddy bertemu teman dulu, baru pulangnya jajan."

Ia ikut tidur di samping Jaeyun, menatap langit rumahnya karena ia juga mulai mengantuk, "teman daddy yang satu ini sangat cantik. Ahh... daddy menyukainya tapi dia sudah punya kekasih. Payah."

"Kita jalan kaki saja, sekalian cuci mata. Siapa tau kita bertemu calon mama untuk—aduh sayang kenapa memukul daddy?" Sontak ia memegang mulutnya yang baru dipukul.

"Bicik cekali! Daddy bicik!"





singkat, padat, bicik.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐇𝐘𝐁𝐑𝐈𝐃 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐃𝐀𝐘𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang