Hybrid Baby Daily
•
•
•
"Uummm~" bibir mungil itu mencebik dengan sedih, mata bulatnya basah usai menangis kencang beberapa saat lalu ketika tak mendapati sang ayah di samping si balita.
Bibi Yura yang ditugaskan untuk menjaga Jaeyun kecil sontak menatapnya gemas. Berkali-kali mengusap air mata yang membasahi pipi gembulnya, "nanti daddy pulang membawa sesuatu untuk Jaeyun."
Si kecil masih duduk lesu bersandar pada sofa, telinga puppynya terkulai lemah merasa sedih sudah ditinggal sang daddy. Jemari gemuknya beberapa kali menggaruk bahan sofa sebelum bibi Yura memberinya mainan, "umm~ daddy pegi.. Jeyun tinggal.."
"Ahh, bagaimana kalau Jaeyun makan dulu hm? Tidak perlu mandi. Bibi janji."
Jaeyun tidak suka mandi jika bukan dengan Heeseung. Maka setelah bujukan itu, Jaeyun menurut saat tubuhnya melayang dan dibawa menuju dapur dimana bibi Naya sudah menyiapkan makanannya.
"Mau duckyyyy~"
Ia segera mendapatkan bebek karetnya. Jaeyun bukan balita yang rewel saat makan, hanya sesekali mulutnya protes tidak ingin makan lagi meski tetap saja dia menerima suapannya.
"Heeseung pulang jam berapa?"
"Aku tidak tahu, dia bilang hanya ujian susulan setelah itu pulang. Paman Kim sudah berangkat satu jam lalu."
Bibi Naya mengusap pipi gembul Jaeyun sesaat sebelum pergi melakukan tugasnya sedangkan Bibi Yura masih setia menyuapi Jaeyun, "Aa-"
Mulut kecil itu kembali terbuka lebar menerima suapannya, Jaeyun anteng makan nasi hangat dengan sup daging yang sudah di suwir. Meski sedikit terlambat karena Jaeyun baru sarapan jam 10 pagi.
"Cudah.."
Bibi Yura kembali membawa tubuh kecil Jaeyun ke ruang tengah, menemani bermain diselingi candaan ringan. Hingga satu jam, Jaeyun mulai bosan dengan mainannya.
Tubuh gembulnya yang tidak pakai baju, hanya berbalut diapers itu asik berceloteh di depan kipas angin kecil.
"Aaaaaaaa daaaaadddyyyyyy~"
Bayi kecil kesayangan Heeseung itu tertawa menyadari suaranya berdengung terbawa angin.
"Aaaaaaaaa Jeyyyuuuunnn~~ UH?!" Tubuh kecil itu berjengit saat tiba-tiba melayang di udara. Kepala kecilnya menoleh, melihat wajah tampan kesukaannya, "DADDY!"
Kecupan bertubi-tubi ia terima, Jaeyun di gendong ala bayi baru lahir lantaran gemas bukan kepalang, "kenapa telanjang hum?"
"Ahahahaa daddy cudah!" Gelaknya riang.
Heeseung segera duduk di sofa dengan Jaeyun yang tak henti tersenyum, "kenapa tidak pakai baju?"
"Gelah-gelah!"
"Dia belum mandi," kata bibi Yura.
Mendengarnya, ia lantas menatap manik bulat milik si bayi, "pantas bau."
"Tidak celu, madi denan daddy celu pakai cowel."
"Memangnya bibi Yura memandikan Jaeyun dengan gayung?"
Si bayi menggeleng, "tidak ada cowel daddy!"
"HEH!"
Tubuh itu berjengit lantas menangis kencang lantaran kaget.
"Huwaaaaaaaa daddy!"
"Maaf, maaf sayang. Daddy tidak bermaksud membantak astaga.." lagi pula kenapa kau mesum sekali sih, lanjutnya dalam hati.
•••
Tubuh itu berlari dalam kondisi bugil, Heeseung tertawa lepas melihat bagaimana benda mungil menggantung lucu milik Jaeyun, "kemari. Pakai baju."
"Ciyo!"
"Nanti dingin."
"Ciyo ciyoooo~"
Balita mungil itu bersembunyi diantara sofa panjang dan sofa single di ruang tengah, masih membuang wajah terhadap ayahnya.
Dengan gemas, Heeseung berjalan ke arah si bayi. Menangkap cepat tubuh bugilnya untuk ia gulingkan di sofa panjang, "pakai baju dulu. Belalai Jaeyun kemana-mana."
"Mana?"
"Ini." Sentuhnya pelan. Jaeyun hendak menyentuh miliknya yang di tahan langsung oleh sang ayah, "tidak boleh sembarangan dipegang."
"Uh?"
"Nanti kau akan mengerti," ucapnya.
•••
Kini keduanya tengah berada di kamar, Heeseung yang menyandar pada kepala ranjang dengan Jaeyun yang duduk di atas perutnya dengan punggung bersandar pada paha yang ayah.
Jemari itu menusuk-nusuk pipi tembam Jaeyun, "daddy akan membuatmu jauh lebih bulat."
Plop!
Ia lepaskan botol susunya sembari berkedip polos, "Jeyun bulat?"
"Hm."
"Cepeti ducky!" Kemudian ia kembali menyesap susunya, kaki gembul itu dengan lancang naik ke atas perut hingga mengenai wajah Heeseung.
Dengan cepat, Heeseung mencium gemas kaki gembul bayinya. Wangi khas bayi, ia suka, "nanti kita jalan-jalan sore. Sekarang Jaeyun tidur siang dulu hm?"
Kepala kecil itu mengangguk, mulai membenarkan diri dan merangkak meminta pelukan ayahnya. Heeseung memilih diam, membiarkan bayinya mencari posisi nyaman dengan tidur di atas perutnya.
Ekornya membelai udara secara singkat, telinga puppy itu perlahan menutup mata si bayi dengan mulut masih kuat menyesap susunya.
Ia tepuk pelan pantat bulat bayinya yang sengaja tak ia pakaian diapers untuk tidur siang seraya bersenandung menidurkan si bayi kecil.
"Hey baby, kau ingin mommy?"
Plak!
Dada sang ayah ia tampar dengan tangan bulatnya. Kendati telinganya mulai terkulai hingga menunjukkan netra yang terpejam.
"Tidak ingin mommy?"
Plop!
Botol itu kembali dijauhkan, netra bukat yang semula terpejam kini membuka kembali dengan bibir mencebik.
Heeseung lupa, Jaeyun adalah bayi hybrid paling posesif.
"Daddy bercanda sayang."
Ia kembali memasukkan nipple dotnya serta menimang Jaeyun lagi, "sstt.. daddy bercanda."
Plak!
Ditampar lagi.
Heeseung akan mengurungkan niatnya yang satu itu.
"Daddy puna Jeyuuun~"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐇𝐘𝐁𝐑𝐈𝐃 𝐁𝐀𝐁𝐘 𝐃𝐀𝐘𝐒
FantasyLee Heeseung mengadopsi bayi hybrid atas rujukan sang bibi. Mengharuskan dia menjadi ayah muda dan menghabiskan seluruh waktunya untuk si bayi yang selalu menjeritkan kata 'daddy' setiap hari. "Sudah belum?" "Beyum." "Kenapa kau posesif sekali? biar...
