Cuaca semakin gelap. Kian mendebarkan hati manusia awam seperti Niko dan Mak Bariah. Tapi orang itu masih tertuju pada Kumala Dewi, Kenyon dan Buron yang berjaga-jaga di luar batas lingkaran nyala api lilin.
"Lihat, Tuan Niko! Apa itu yang keluar dari tubuh si pemuda? " bisik Mak Bariah dengan tegang.
Niko semakin tak berkedip. Ia melihat bayangan sinar merah terputus-putus keluar dari tubuh Kenyon. Ada yang dari kaki, ada yang dari perut, dari dada, dan dari mana saja. Sinar merah terputus-putus itu akhirnya bergerak membentuk putaran arus. Kedua tangan Kumala yang Semula merapat di dada, kini mulai bergerak pelan-pelan merenggangkan jarak.
Getaran bumi semakin kuat. Suara gaduh datang dari dapur. Rak piring bagaikan sedang diguncang-guncang kekuatan setan sehingga barang pecah belah di atasnya saling berdenting. Suara itu dibarengi oleh deru angin dan ledakan guntur di langit. Menyeramkan sekali. Bahkan membuat keringat dingin Niko mulai mengucur. Tapi rasa penasarannya masih ada, bahkan semakin kuat, sehingga matanya tetap tak berkedip memandangi pusaran cahaya arah yang kini membentuk seperti gerakan angin topan.
Topan kecil. Rentangan kedua tangan Kumala pun semakin lebar. Setiap
jari-jari tangannya memancarkan cahaya hijau fosfor yang berpijar-pijar cahaya itu semakin terang ketika pusaran cahaya merah dari Kenyon membentuk bayangan seekor kera besar tanpa ekor. Kera yang terbuat dari cahaya merah itu menyambar ke arah Dewi Ular dengan liar dan ganas, tapi tak pernah mengenai sasaran. Padahal jaraknya hanya sekitar dua-tiga jengkal."Grrrrraaawwww...!!"
Cahaya merah berbentuk kera besar itu dapat mengeluarkan suara yang membaur dengan suara gemuruh alam sekelilingnya. Pada saat itu tiba-tiba tubuh Dewi Ular berubah menjadi cahaya hijau yang berbentuk bayangan seekor ular naga. Niko dan Mak Bariah semakin menggigil melihat ular naga itu bagaikan dicengkeram kera besar dan siap digigit kepalanya. Tapi dengan gerakan melilit cepat ular naga dari cahaya hijau itu berhasil meloloskan diri, melayang berputar lalu menyabetkan ekornya.
Buuuummm...!
Dentuman itu cukup dahsyat. Mak Bariah dan Niko sempat oleng mau jatuh karena tanah terasa menyentak separuh bagian, namun segera rata kembali. Dentuman itu juga membuat daun-daun berguguran, khususnya yang sudah tua dan layu. Pertarungan ular naga dalam cahaya hijau dan seekor kera besar dalam cahaya merah berlangsung cukup seru. Memakan waktu sekitar satu menit lebih.
Pada akhirnya kera besar itu mengeluarkan suara pekikan yang meraung setelah disabet ekor naga beberapa kali. Cahaya merah itu pun buyar menjadi percikan bunga api yang menyebar ke mana-mana. Sekejap kemudian semua bunga api padam, tinggal asap tipis tak begitu kentara. Cahaya hijau yang berbentuk seekor ular naga itu menyatu kembali dalam tubuh Dewi Ular, kemudian meresap lenyap di sekujur tubuh berkulit putih mulus itu.
"Non Mala menang! Non Mala unggul, Tuan Niko! Lihat, kera besar itu lenyap setelah pecah berhamburan!" ujar Mak Bariah. Pelayan agak gemuk berusia 40 tahun itu tampak girang sekali.
Niko pun tersenyum sambil menghempaskan napas lega. Alam kembali normal. Tapi gelap semakin lekat dengan bumi. Buron melepaskan sikap berjaga-jaganya yang tadi tampak serius sekali. Namun agaknya pekerjaan Dewi Ular belum selesai. Ia masih duduk bersila dengan badan tegak dan kedua tangan merapat di depan dada. Keringatnya tampak membasahi sekujur tubuh, membuat aroma wangi cendana bercampur pandan semakin menyebar dan terhirup kuat oleh siapa saja, terutama bagi mereka yang berada dalam radius 1 kilometer dari pendopo.
"Mak, ada cahaya yang datang dari arah barat tuh!" bisik Niko kepada Mak Bariah.
Perempuan berkebaya itu memandang ke arah barat. Ia memang melihat cahaya putih kebiru-biruan melayang dalam gerakan berputar-putar. Besarnya seukuran mangkok bakso. Cahaya itu bagus sekali, enak dipandang. Menakjubkan siapa saja. Makin lama cahaya itu semakin masuk ke pendopo, berputar-putar sesaat seperti gerakan pesawat mau landing. Tak lama kemudian merendah dan terbenam di tubuh Kenyon.
Zuuuuubbs...!
Sekujur tubuh Kenyon menjadi bersinar putih kebiru-biruan. Namun tak lebih dari tiga hitungan. Setelah itu sinar tersebut padam tanpa meninggalkan asap atau bunyi aneh apa pun.
"Kenapa pemuda itu belum bangun juga ya, Tuan Nik?"
"Mungkin pengaruh biusnya belum dilepaskan Kumala, atau karena ada sesuatu hal yang menghalangi kesadarannya. Entahlah Kita lihat saja apa yang dilakukan Kumala Dewi setelah ini."
Mak Bariah manggut-manggut dengan sikap menunggu akhir dari pemulihan jiwa manusia yang tadi sempat ditukar dengan jiwa monyet.
****
Kenyon masih kikuk dan malu bicara dengan Dewi Ular. Terutama yang menyangkut cerita kehidupan pribadinya. Tapi kepada Niko, ia tak pernah merasa malu, sehingga
menurutnya hanya Niko-lah yang pantas mendengar pengalaman pribadinya akhir-akhir ini.Ingatan Kenyon terpancing oleh datangnya seorang tamu yang bermaksud menemui Kumala Dewi. Sebelumnya, Kenyon memang mengalami amnesia insidentil, yaitu lupa ingatan dalam beberapa hal yang semestinya selalu diingatnya. Misalnya, ia sempat bingung ketika harus menyebutkan nama jalan dalam alamat rumahnya. Ia juga tak bisa menjawab saat ditanya tujuannya datang kembali ke biro perjalanan itu. Ia terpaksa berpikir keras sewaktu Niko menanyakan Warna mobilnya, Walau akhirnya terjawab juga.
"Wajar," kata Kumala. "Itu karena dia mengalami shock psikis. Tapi sebentar saja sudah bisa pulih kembali. Gangguan ingatannya itu tidak akan menjadi parah."
"Jadi sampai sekarang kamu belum ingat siapa orang yang kamu khawatirkan akan membunuh Arisna?" tanya Niko memancing kembali ingatan Kenyon.
"Sulit sekali mengingatnya. Yang dapat kuingat adalah, aku memang bicara pada Arisna saat makan siang di restoran, bahwa kuingatkan dia agar hati-hati. Sebab, firasatku merasakan bahwa Arisna dalam ancaman bahaya. la dapat dibunuh orang kapan saja. Dan jika hal itu terjadi, maka tidak seorang pun bisa menyelamatkan dirinya."
"Kenapa kau bisa punya keyakinan begitu?" tanya Dewi Ular.
"Hmmm, aku punya alasan kuat. Tapi aku lupa... aduuh, aku benar-benar lupa alasan kuat apa yang membuatku yakin betul bahwa Arisna tidak akan tertolong kalau ancaman maut itu sudah diarahkan padanya." Kenyon tampak jengkel sendiri karena tidak menemukan
alasan kuat yang dimaksud dalam ingatannya. Ia masih berusaha berpikir keras untuk mengingat hal tersebut.****
KAMU SEDANG MEMBACA
48. Perempuan Penghisap Darah✓
ParanormalSilakan follow saya terlebih dahulu. Serial Dewi Ular Tara Zagita 48 Seorang pemuda tampan bernama Kenyon terlibat skandal cinta dengan gadis cantik yang mempunyai daya tarik melebihi magnit kutub utara: Winne, namanya. Bagi pemuda itu, Winne adala...