Hujan mulai reda. Tapi peluh mereka bercucuran dengan deras. Puncak-puncak cinta telah mereka rengkuh bersama penuh bahagia. Winne kelihatan sekali berlimpah kebahagiaan. Ia belum mau berpisah. Kedua tangannya masih memeluk Kenyon agar tetap saling lekat erat.
Di s isi lain, Kenyon seperti telah terbius kenikmatan asmara Winne. Ia sangat mengagumi Winne, karena gadis itu dinilainya mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki wanita mana pun. Cukup lama Kenyon belum keluar dari rumah itu, selain atas kehendak Winne, juga karena Kenyon merasakan ada sesuatu yang menaburkan bunga indah di dalam rumah tersebut.
"Benar-benar menakjubkan sekali kemesraanmu, Winne."
"Kau suka, Ken?"
"Ooh, suka sekali, Winne. Indah sekali kemesraanmu ini."
"Kau mau memiliki selamanya?"
"Oh, yaaahh... aku mau. Pasti mau! Aku ingin memiliki rumah cinta seindah ini, Winne sayang..."
"Pintu rumah cintaku hanya terbuka untukmu, Ken. Tapi aku tak ingin ada perempuan lain yang ikut menikmati kehangatanmu. Aku tak mau kau masuk ke rumah cinta yang lain, Ken..."
"Tidak, Sayang. Aku hanya akan masuk ke rumah cintamu."
"Kalau sampai ada perempuan lain yang coba-coba ingin menikmati keistimewaanmu, dia akan kubunuh saat itu juga!"
"Oh, Win." Kenyon merinding. "Itu tak mungkin, Sayang. Aku tak akan memberikan apa yang kau sukai kepada wanita lain. Hanya kau yang boleh memilikinya, Win sayang."
Kenyon terbius, dan agaknya Winne pun ikut terbius. Tentu saja Kenyon hanyut terlena asmara Winne, karena dalam keadaan sama-sama diam tak bergerak pun rumah cinta Winne mampu memberikan keindahan yang nyaris setara dengan keindahan perahu cintanya tadi. Kenyon terjerat jiwanya dalam asmara Winne, membuatnya rela melakukan apa saja demi Winne. Bahkan menjadi budak asmara Winne di hari-hari berikutnya adalah tindakan yang sangat menyenangkan bagi Kenyon.
Tanpa berpikir panjang lagi, Kenyon mendesak Winne agar pindah ke rumahnya yang mungil namun bersuasana tenang itu. Pada dasarnya Winne tidak keberatan, selama Kenyon tidak mendekati wanita lain. Akibat Kenyon tergila-gila dengan mahkota cinta Winne yang mempunyai gerakan-gerakan kenikmatan misterius di dalamnya, dan yang mempunyai mekanisme kerja menyerupai 'vacum cleaner', alat penyedot udara, maka si cantik berdada montok itu diperlakukan dengan manja.
Kenyon selalu berusaha menuruti apa yang diinginkan Winne. Dan setiap apa yang dilakukan untuk Winne, selalu dikerjakan dengan tanpa rasa tertekan maupun terpaksa. Kemana pun Kenyon pergi selalu didampingi Winne, kecuali urusan pekerjaan kantor. Pergi mentune up mobil pun Winne ikut juga.
Tanpa disangka-sangka, di bengkel itu Kenyon bertemu dengan gadis anak tetangga seberang rumahnya. Ernas namanya. Gadis bermata bundar itu sudah lama berada di Amerika, kuliah di sana. Saat ia pulang ke rumah, ia belum sempat bertemu Kenyon. Dulu mereka sering bertegur sapa dan bercanda, terutama ketika Ernas masih duduk di bangku SMU.
Pertemuan di bengkel yang tidak disangka-sangka itu telah membuat Ernas terpekik girang. Spontan saja Ernas berlari memeluk Kenyon dan mencium pipi pemuda itu sebagai cium persahabatan.
"Kak Yoon! Haaii!"
"Lho, Erna! Kamu... kamu sudah pulang, ya?" Kenyon dicium sepintas.
"Ya, ampun. Kakak sampai nggak tahu kalau kamu sudah pulang dari Amerika, Er.""Habis kulihat rumah Kak Yon tutup terus sih. Mobilnya nggak pernah ada. Jadi aku malas mau bertandang ke rumah Kak Yon!" sambil Ernas masih memegangi tangan Kenyon dengan manja.
"O, ya. Kenalkan, ini calon istri Kak Yon!"
Sekalipun Winne menerima uluran tangan Ernas, tapi ia sangat tak suka dengan tingkah Ernas yang dianggap ganjen itu. Diam-diam hati Winne dibakar rasa cemburu kepada Ernas yang telah berani menciumi pipi Kenyon tanpa izin darinya. Sikap Winne kelihatan sekali tak suka dengan Ernas. Dingin dan angkuh.
Ketika Ernas sibuk bicara dengan Kenyon, pandangan mata Winne ditujukan tajam-tajam kepada Ernas. Sekitar satu menit lamanya Winne menatap Ernas tanpa berkedip. Kenyon sempat melihat tindakan Winne. Ia memendam rasa curiga karena melihat bola mata Winne seperti memancarkan cahaya api yang berkobar-kobar. Maka buru-buru Kenyon meninggalkan Ernas, sadar akan ketidaksukaan Winne terhadap sikapnya kepada Ernas.
"Jangan cemburu," bisik Kenyon. "Dia anaknya Oom Yosep yang tinggal di seberang rumah."
"Dia harus menebus kelancangannya dengan seluruh darahnya!" kata Winne seperti bergumam. Tapi wajahnya yang semula tampak sedikit pucat, sekarang sudah menjadi segar kembali. Hanya saja sangat kentara sekali rona kecemburuannya terhadap Ernas.
Pulang dari bengkel, Kenyon membawa Winne jalan-jalan ke plaza-nya para eksekutif. Setelah membelikan giwang sebagai penghibur kecemburuan Winne tadi, mereka pun pulang. Pada saat itulah Kenyon tahu bahwa Ernas telah meninggal. Gadis itu meninggal setibanya ia dari bengkel.
Beberapa saksi mata melihat Ernas dan kakaknya turun dari mobil. Tapi tiba-tiba Ernas jatuh di depan pintu pagar, lalu tak bernyawa lagi. Jenazahnya tampak kering, seperti kayu mau keropos, tanpa darah setetes pun. Kenyon berdebar-debar melihat keadaan jenazah Ernas. Ada rasa takut dalam hatinya, juga rasa sesal atas perjumpaannya di bengkel tadi siang. Bulu kuduk Kenyon meremang merinding ketika ingat kata-kata Winne yang menyerupai geram penunda dendam itu.
"Dia harus menebus kelancangannya dengan seluruh darahnya!" Itulah ucapan Winne yang menjadi buah pertimbangan hati kecil Kenyon.
Kecurigaan hati pemuda itu semakin kuat bahwa kematian Ernas ada hubungannya dengan kecemburuan Winne, sebab ia ingat waktu itu kedua bola mata Winne seperti mengandung kobaran lidah api yang cukup mengerikan.
"Tapi apakah benar kobaran lidah api itu sebuah kenyataan gaib? Atau hanya bayangan dalam penglihatan khayalanku saja?" pikir Kenyon dalam kebimbangannya.
Kebimbangan itu tetap saja tersimpan dalam hati Kenyon. Ia berusaha menganggap semua itu hanya ilusi. Kematian Ernas adalah sebuah ajal yang datang bertepatan dengan munculnya rasa cemburu di hati Winne. Tidak ada hubungannya dengan mistik apa pun. Dengan beranggapan begitu perasaan Kenyon kepada Winne menjadi netral kembali. Ia tetap menjadi pengagum
dan pemuja 'mahkota' cintanya Winne yang hampir-hampir setiap saat, di mana ada kesempatan, selalu ia nikmati keindahannya.Namun pada suatu hari, Kenyon menemukan beberapa kejanggalan yang terjadi pada diri Winne. Wajah cantik berhidung mancung itu kelihatan pucat pias. Guratan kerut-kerut ketuaan mulai membayang di wajah oval itu, Keceriaan dan kelincahan Winne pun terasa berkurang. Gerakannya lamban, sepertinya Winne dihinggapi penyakit malas-malasan.
Senyum pun tampak hambar, tidak seceria biasanya. Kejanggalan itu diketahui Kenyon setelah seharian penuh mereka pergi ke Bandung, tanpa bermalam. Karena hari itu adalah hari Minggu, mereka punya masa libur satu hari, maka Kenyon menyempatkan membawa Winne ke Bandung.
Gadis itu diperkenalkan kepada mamanya Kenyon, adik-adiknya dan sanak saudaranya yang lain. Kenyon memperkenalkan Winne sebagai calon istrinya yang dalam waktu dekat nanti akan dinikahinya secara resmi. Keluarga Kenyon tidak ada yang menolak kehadiran Winne, justru mereka tampak senang mendengar Kenyon sudah punya pilihan ca lon istri.
Karena esoknya hari Senin, maka Kenyon dan Winne tak sempat bermalam di Bandung. Mereka tiba di rumah mungilnya Kenyon sekitar pukul sembilan malam.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
48. Perempuan Penghisap Darah✓
ParanormalSilakan follow saya terlebih dahulu. Serial Dewi Ular Tara Zagita 48 Seorang pemuda tampan bernama Kenyon terlibat skandal cinta dengan gadis cantik yang mempunyai daya tarik melebihi magnit kutub utara: Winne, namanya. Bagi pemuda itu, Winne adala...