Sandhi yang waktu itu sudah tiba di rumah dan ikut nimbrung dalam percakapan di ruang tamu itu, segera bicara pelan kepada majikan cantiknya. "Mungkinkah orang yang dikhawatirkan akan membunuh
Arisna itu sama dengan pihak yang menukar jiwa Kenyon dengan jiwa kera?""Sangat mungkin. Dan memang itulah kemungkinan besar yang ada dalam benakku."
"Kalau begitu kamu tahu siapa orangnya dong? Bukankah kamu berhasil merampas kembali jiwa Kenyon dari tangan orang itu?"
"Aku nggak merampas dari jarak dekat, San. Aku hanya menarik jiwa asli Kenyon dengan kekuatanku dari jarak jauh. Entah di mana jiwa itu sebenarnya dan siapa penjaganya, aku nggak ngerti. Yang penting, begitu jiwa itu kupanggil menyahut, aku tahu arahnya dan langsung kubetot sekuat tenaga. Memang agak berat sih. Dan itu bisa diartikan pula bahwa pihak yang menukar jiwa Kenyon itu pasti punya kekuatan yang nggak boleh disepelekan."
"Mungkinkah semua ini perbuatan dari si Damasscus?" sela Buron yang dari tadi menjadi pendengar percakapan tersebut dengan serius.
"Belum tentu Damasscus, si Raja Iblis itu," kata Kumala.
"Mungkin juga pihak lain yang ciri-cirinya belum pernah kita
kenal." Buron manggut-manggut.Kenyon ganti menyimak percakapan tadi. Tapi sesaat kemudian ia menjadi sasaran pertanyaan Niko yang kelihatannya paling penasaran terhadap rahasia misteri tersebut.
"Ken, menurutmu apakah Arisna punya musuh berbahaya yang nggak diketahui atau nggak disadarinya?"
"Ya. Punya. Musuhnya itulah yang sedang kuingat-ingat dari tadi."
"Ada memory yang sengaja dihapus dari ingatanmu," sahut Kumala. "Kuanggap hebat orang yang mampu menghapus ingatanmu untuk beberapa bagian saja. Biasanya penghapusan memory dalam ingatan manusia bisa dihapus jika penghapusan itu dilakukan secara menyeluruh. Bukan hanya bagian-bagian tertentu saja."
"Okey," sela Niko kepada Kenyon.
"Lalu... masih ingat nggak, permusuhan Arisna dengan seseorang itu disebabkan karena persoalan apa? Harta? Jabatan? Gengsi? Asmara? Salah paham? Atau apa?"
"Hmm..." Kenyon mengingat-ingat, tapi akhirnya ia mendesah lagi dengan kecewa. "Sial! Itu pun aku nggak ingat lagi, Nik!"
Niko menarik napas, yang lain ikut-ikutan. Kumala akhirnya melarang siapa pun mengajukan pertanyaan yang memusingkan kepada Kenyon. Menurutnya, pertanyaan yang sukar dijawab jika dicari terus jawabannya justru akan membuat Kenyon semakin jauh dari ingatannya yang terhapus itu.
Yang jelas, malam itu Kumala sarankan agar Kenyon tidak pulang ke rumah. Ia inginkan Kenyon bermalam di situ bersama Niko. "Firasatku mengatakan, kau sedang dicari seseorang, dan orang itu membawa bencana untukmu."
"Siapa orang itu?" tanya Kenyon.
"Nggak jelas. Tapi biasanya firasatku selalu benar, Ken. Karena itu, kau sebaiknya bermalam di sini, anggap saja sedang bersembunyi dari incaran maut. Sebab..."
Bel tamu berbunyi. Kata-kata Dewi Ular terhenti. Sandhi segera membukakan pintu pagar. Ia kembali menemui majikan cantiknya bersama seorang perempuan yang belum lama dikenal Kumala dan Sandhi, juga Buron. Perempuan datang bersama seorang wanita yang lebih tua lagi, yaitu ibunya sendiri. Di samping itu juga membawa dua orang anak lelaki, serta didampingi pemuda berusia 23 tahun yang mengemudikan mobil mereka. Pemuda itu belakang diketahui sebagai adik bungsu perempuan tersebut.
"Eeeeeh, Ekey sama Kak Ditto... Aduh, kenapa nggak telepon Tante Kumala dulu kalau kalian mau datang, hmm?
Coba kalau telepon dulu, Tante bisa beli es cream buat kalian berdua..."Dewi Ular disukai anak-anak karena pengaruh kekuatan gaib dewatanya, juga karena keramahannya yang bisa menyentuh hati anak-anak, seperti Ekey dan Ditto, kakaknya. Rupanya malam itu keluarga Nyonya Lieza menyempatkan mampir ke rumah Kumala sepulangnya dari belanja di Mall.
Nyonya Lieza yang mengusulkan acara itu, karena rupanya wanita berusia 65 tahun itu ingin memberikan hadiah kenang-kenangan kepada Dewi Ular yang telah menyelamatkan cucunya dari kematian gaib. Namun ketika mereka dipersilakan masuk ke ruang tamu, Nyonya Lieza terperanjat girang mengetahui Kenyon ada di situ.
"Lho, Ken! Kamu ada di sini juga, ya?"
"Hmm, eeh... iya, Tante. Hmm, eeh...."
"Wah, nggak kusangka kalau kamu kenal juga dengan Kumala Dewi ini. Sudah lama kenal dia, Kumala?"
"Cukup lama, Nyonya Liez," jawab Kumala menutupi rasa malu Kenyon.
Pemuda itu dilihatnya menjadi malu dan gugup, sehingga gerak-geriknya menjadi kikuk. Entah apa penyebabnya, yang jelas Kumala berusaha membuat Kenyon sedikit terhindar dari rasa malu atau gugup atau entah apa lagi itu.
"Hei, bagaimana dengan Winne? Jadi semakin akrab dengan gadis cantik itu, atau semakin berjauhan?"
"Semakin... semakin...." Kenyon jadi tersipu-sipu seperti gadis dusun ditantang kawin. Diam-diam Niko merasa aneh melihat sikap Kenyon begitu, sebab setahunya Kenyon tak pernah bersikap seperti banci begitu.
"Kumala, dulu aku lupa menceritakan padamu, waktu sebelum Ekey kutemukan dalam keadaan tak bernyawa, waktu itu aku sedang menerima tamu. Ya, ini... Kenyon dan calon pacarnya, Winne. Ih, anaknya cantik sekali, Kumala. Cocok deh kalau berpasangan dengan Kenyon. Dengar-dengar sih bulan depan mau dikawinin tuh cewek. Iya, Ken?"
"Ah, Tante bisa aja..." Kenyon semakin salah tingkah. Lalu ia buru-buru menutupi sendiri sikapnya itu dengan bertanya kepada Nyonya Lieza.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
48. Perempuan Penghisap Darah✓
FantastiqueSilakan follow saya terlebih dahulu. Serial Dewi Ular Tara Zagita 48 Seorang pemuda tampan bernama Kenyon terlibat skandal cinta dengan gadis cantik yang mempunyai daya tarik melebihi magnit kutub utara: Winne, namanya. Bagi pemuda itu, Winne adala...