. . ➥ [TUB-6] ˎˊ˗ ꒰ :🐑: ꒱

1.9K 184 5
                                    

✎───『PERUBAHAN』───🐑⊰


Pukul 8 malam Alen berada di kantor papanya, ia duduk di sofa yang tersedia di ruang kerja papanya. Alen tidak suka pada papanya, tapi ia lebih tidak suka pada rumah besarnya yang terasa sepi.

Alen duduk dengan gelisah dan wajah yang ditekuk. Ia tengah memikirkan seseorang.

"Kenapa wajahmu kusut begitu?" tanya Aska tidak tahan lagi dengan Alen yang tidak bisa duduk tenang di sana.

"Alen lagi kesel!" seru pemuda imut itu mengadu.

"Kesal kenapa?" Aska bertanya lagi, tapi pandangannya fokus ke arah laptop.

Alen diam sejenak, ia tengah menimbang-nimbang haruskah ia bercerita pada papanya atau tidak usah?

"Alen punya teman sebangku di sekolah," ujarnya setelah cukup lama mendiamkan papanya.

Dari meja kerjanya Aska menatap Alen. Aska tahu siapa yang dimaksud Alen, karena Aska lah yang membuat bangku kosong di sebelah Alen terisi.

Aska tak menanggapi Alen, pria tua ini malah sibuk mengetik di laptopnya. Namun, Alen tak diam begitu saja, ternyata dia ingin curhat ke papanya untuk pertama kalinya.

"Teman sebangku Alen sangat keren, tinggi, dan pemberani. Banyak anak perempuan yang suka sama dia, tapi dia berani nolak mereka. Dia bahkan menantang anak terkuat di sekolah."

Aska mengangkat alis, ia tak mengerti ke arah mana pembicaraan Alen. "Terus kenapa kamu cemas?"

Pemuda manis itu meremas ujung sweater birunya. "Dia baik ke Alen. Dia menantang anak terkuat di sekolah untuk membela Alen! Alen takut kalau karena Alen dia jadi terluka."

Aska tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala.  Mendengar cerita Alen, tak salah ia memilih gadis pemberani seperti Chero menjadi pengawal Alen. Aska mempercayai cara kerja Chero. Baru dua hari sekolah, Chero sudah bisa menantang pelaku pembullyan anaknya.

Kini, Aska tak perlu khawatir lagi dengan sekolah Alen karena sudah ada Chero di sana.

"Biarkan saja, kamu jangan menolak bantuan orang. Sana kamu pulang saja, Papa mau kerja! Kamu di sini cuman ganggu kerjaan Papa." Aska mengusirnya membuat Alen misuh-misuh keluar dari ruangannya.

*****

Chero telah kembali ke apartemennya, ia juga sudah membersihkan diri dan mengisi perut. Hari ini menjadi hari tersial baginya.

Bel apartemen Chero berbunyi, gadis itu segera keluar dan membukanya. Wanita dewasa dengan seragam kantor yang rapi mengunjungi Chero.

"Apa Anda mengalami kesulitan sebagai pengawal di sekolah?" tanya Elin langsung.

Chero menggeleng pelan. "Adanya kesulitan sebagai Chero. Gue disangka cowok anying! Lo lihat nih leher gue! Tadi gue nyaris diperkaos sama siswi Pelita Bangsa!" Chero menunjukkan lehernya yang terdapat beberapa buah tanda berwarna ungu.

Elin jadi merasa tidak enak pada Chero. "Maafkan kami. Kami tidak tahu segitu besarnya dampak dari nama dan seragam kamu. Kebetulan saya ke sini ingin membawakan seragam perempuan yang sudah jadi, kamu bisa memakainya mulai besok."

Elin menengok ke sebelahnya, pria bertubuh besar di samping Elin segera menyodorkan tas kain berisi seragam baru kepada Chero.

Chero membuka sekilas kantongan itu. "Oke, makasih."

"Saya juga ingin mengatakan bahwa mulai sekarang saya tidak bisa mengunjungi apartemen Anda lagi. Anda juga tidak boleh menelpon saya kecuali urusan mendesak mengenai Alen. Kita hanya akan bertukar pesan untuk meminimalisir kecurigaan Alen kepada Anda maupun saya. Takutnya Alen melihat kita bersama dan menjadi curiga bahwa Anda ada hubungannya dengan pak ketua."

The Unseen Bodyguard Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang