Bab 6 - Tim Satuan Tugas

24 2 0
                                    

Memang baik menjadi orang penting, tetapi lebih penting menjadi orang baik.


-Jenderal Hoegeng Iman Santoso-

☆☆☆

"Berita selanjutnya, Bareskrim Polri pagi hari ini telah mengumumkan pembentukan tim satuan tugas yang akan menyelidiki tiga kasus pembunuhan yang terjadi selama tiga bulan terakhir di wilayah Gambir, Grogol dan juga Marunda. Perwakilan dari pusat kajian kriminologi menilai pembentukan tim ini dikarenakan hingga saat ini kepolisian masih belum mendapatkan titik terang ketiga kasus yang diduga memiliki keterkaitan."

"Tim satuan tugas diketuai oleh Perwira muda Sagara Abdi Baskara yang juga merupakan putra sulung Kapolri Lazuardhi Baskara. Selain itu, dosen sekaligus purnawirawan Polri Komjen Yudha Mahendra juga menjadi bagian dari tim satuan tugas bersama empat anggota bareskrim lainnya."

Layar videotron masih menampilkan cuplikan berita yang berisi profil Sagara dan juga Prof. Yudha Mahendra yang memang sudah dikenal luas oleh publik selama ini dibandingkan dengan keempat anggota tim lainnya, terutama Sagara yang sudah mencuri perhatian publik sejak Kapolri Lazuardhi Baskara masih dirumorkan menjadi calon tunggal Kapolri dua tahun yang lalu.

Seorang berjalan santai di trotoar, membaur diantara banyaknya orang yang berlalu lalang sementara matanya tidak lepas dari layar videotron. Ada sesuatu yang berdesir di hatinya, adrenalinnya pun meningkat tajam setelah menonton berita itu. Pembentukan tim satuan tugas untuk menangkap dirinya, terdengar seperti sebuah tantangan. Mungkin sebaiknya ia membalas tantangan itu dalam waktu dekat.

∞∞∞

Ruang Rapat Tim Satgas, Mabes Polri.

"Menurut gue sebaiknya kita memang mendalami viktimologi enam korban di Jakarta ini dulu, mungkin aja ada yang terlewat dari olah tkp atau penyelidikan polisi selama ini, terutama di tkp pertama dimana biasanya tersangka meninggalkan lebih banyak jejak."

Pendapat itu keluar dari mulut Alvian Gabe Saragih atau yang lebih suka dipanggil Gabe, salah satu anggota tim satgas dimana sebelumnya ia bertugas di satuan Brimob sebelum Panji menariknya untuk menjadi bagian dari tim.

"Gue setuju sama Gabe. Kita belum punya petunjuk selain tiga kasus ini jadi memang lebih baik kita fokus mendalami viktimologi dari keenam korban ini. Lagipula pembunuh berantai itu cenderung berevolusi. Biasanya mereka memiliki trauma psikologis di masa kecilnya, misalnya melihat tindak kriminal atau kejahatan sadis, bahkan mungkin malah menjadi korbannya, seperti menjadi korban kekerasan atau bully."

"Ketika kemudian tumbuh menjadi pelaku kriminal, dalam hal ini sebagai pembunuh berantai, bisa saja awalnya pelaku ini membunuh hewan-hewan kecil seperti tikus, kucing atau anjing, yang kemungkinan besar juga nggak akan terlalu menarik perhatian masyarakat sampai pada akhirnya membunuh manusia."

Kali ini pendapat itu disampaikan oleh Raden Malik Al-Kahfi, seorang anggota bareskrim polri juga namun memiliki kecenderungan lebih tenang dibandingkan Gabe yang selalu berapi-api.

Sagara mengangguk-anggukan kepalanya setelah mendengar dua pendapat dari kedua anggotanya itu, "ada kemungkinan juga metode pembunuhannya berubah, tapi seharusnya dia tetap punya ciri khas tertentu. Memang sebaiknya kita memulai dari tiga kasus ini, nggak ada pilihan lain."

"Sambil menunggu? Barangkali bakal ada pembunuhan lagi?"

Sagara menoleh ke sumber suara, si anggota termuda tim, Anak Agung Oka Sutedja alias Oka, yang menurut profil yang dikirim Panji padanya adalah seorang pemuda Bali yang dua tahun lalu direkrut oleh Polri untuk menjadi bagian dari tim cyber crime Polri.

RAJAPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang