Bab 8 - Aksi dan Reaksi

26 4 0
                                    

-Cintai semua, percayalah sedikit, jangan berbuat salah pada siapapun-

-William Shakespeare-

☆☆☆

Sejak bertugas di Interpol satu setengah tahun yang lalu, Sagara mendapatkan banyak pelajaran dari rekan-rekan dan senior disana tentang banyak hal. Tidak hanya tentang menganalisa kasus namun juga mengolah kekuatan fisik agar lebih fit terutama ketika menghadapi kasus yang berat dan melelahkan. Mengepung dan mengejar para buronan sejauh berkilo-kilo meter, belum lagi jika ada adu fisik yang intens yang membuatnya juga harus memiliki reflek cepat.

Jogging atau lari adalah pilihan yang diambil Sagara di sela-sela waktu sibuknya di Interpol, meskipun jika memungkinkan ia juga akan pergi ke gym atau ikut sparring bela diri dengan rekan-rekannya. Pun selama berada di Indonesia sekarang ini, setiap pagi ia juga selalu menyempatkan diri untuk lari pagi meskipun waktunya terbatas.

Seperti pagi ini, Sagara sedang lari pagi di sekitar kompleks rumahnya yang cukup lengang dan tenang, hanya ada beberapa orang juga yang sedang lari pagi, termasuk dua ajudan papanya yang membuntutinya di belakang. Namun lebih banyak para ibu rumah tangga dan pengurus rumah tangga yang sedang berbelanja di penjual sayur keliling yang membawa mobil pick-up terbuka.

Sepulangnya dari lari pagi, Sagara melambatkan langkahnya saat melihat di depan rumahnya ada penjual bubur gerobak yang sedang menyiapkan beberapa mangkuk bubur.

"Punya saya udah belum?" Liana muncul dari balik gerbang rumah.

"Sebentar bu," jawab penjual bubur itu.

"Eh, anak ganteng mama udah pulang. Yuk sarapan sekalian," kata Liana sambil menunjuk ke halaman rumah. "Bagas, Firman, kalian pesan sekalian ya," ujarnya pada dua ajudan yang berada di belakang Sagara.

Sagara lalu masuk ke halaman rumah dan sekali lagi dikejutkan dengan keberadaan para ajudan, asisten rumah tangga, dan para sopir yang sedang bersama-sama menikmati bubur. Ada papanya, Langit dan Gaia juga, namun ada satu sosok yang membuatnya cukup terkejut.

"Arya," Sagara segera mendekati Arya yang duduk disamping Lazuardhi dan ikut menikmati semangkuk bubur.

"Numpang sarapan ya," kata Arya diiringi tawa kecil.

"Santai aja, bro. Oh iya, kok lo bisa kesini?" tanya Sagara yang kemudian duduk berselonjor di lantai sambil mengusap keringatnya dan melepas earbuds di telinganya.

"Kemarin gue sama om Ardhi sempat tuker kontak, terus kebetulan tadi Subuh gue baru balik dari dinas, jadi kepikiran aja main kesini," kata Arya sambil mengaduk buburnya.

Liana muncul dengan membawa dua mangkuk bubur dan menyerahkan salah satunya pada Sagara, "Nih, punya kamu. Ar, nggak mau nambah?"

Arya menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah. "Iya, makasih, tan."

"Ma, ini nggak ada topping apa gitu?" tanya Sagara.

"Gaya lo sok topping-topping segala," Langit yang juga duduk di lantai memukul punggung Sagara.

Sagara tergelak. "Maksud gue kayak sate telur atau sate usus gitu," katanya menanggapi.

Liana berdecak pelan. "Ada, kamu minta sendiri sana sama pak Sulaiman."

"Sate kambing sekalian. Siapa tahu ada," kata Langit saat Sagara berdiri untuk meminta topping tambahan.

Setelah sarapan bersama, Sagara dan Arya memiliki waktu untuk mengobrol berdua. Mereka saling membicarakan perjalanan masing-masing, termasuk membahas dan mengolok-olok Panji yang sejak dulu dikenal sebagai playboy namun sekarang justru menjadi yang pertama menikah diantara mereka.

RAJAPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang