Bab 7 - Iblis Bernama Manusia

24 4 0
                                    

-Kepercayaan bahwa kejahatan berasal dari iblis itu tidak perlu. Manusia sendiri mampu melakukan segala kejahatan.-

-Joseph Conrad-

☆☆☆


Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.

Sagara dan Oka masuk ke ruang tim satgas yang berada di salah satu ruangan kosong di bangunan lama Gedung Mabes yang sekarang jarang digunakan untuk operasional. Prof. Yudha, Kayla, Malik dan Gabe sudah kembali lebih dulu dan sedang berdiskusi saat mereka datang.

"Mereka saksinya?" tanya Malik menunjuk dua orang berpenampilan kumuh yang berjalan di belakang Oka.

Sagara mengangguk. "Ada pakaian bersih nggak ya?" tanyanya.

"Ada," jawab Kayla yang kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Thankyou," kata Sagara saat Kayla berjalan melewatinya.

"Mari ikut saya," kata Kayla pada pasangan itu.

Sagara memberi isyarat pada Malik yang langsung mengikuti Kayla dan kedua orang itu. Ia lalu mengalihkan perhatiannya pada Gabe yang sedang meminta Oka untuk mencari rekaman video dari monitor bayi yang ditemukannya dan Malik tadi.

"Rekamannya ada?" tanya Sagara.

"Bentar, bang. Kayaknya harus dipulihkan file-nya."

"Ga, kamu bilang tadi yang laki-laki tahu ciri-ciri pelakunya ya?" Prof. Yudha menyela sambil membuka buku catatannya.

Sagara mengangguk. "Seorang laki-laki, tinggi jangkung, memakai hoodie hitam."

Prof. Yudha menjentikkan jarinya. "Laki-laki tinggi jangkung," gumamnya sambil menulis di buku catatan dan melirik sekilas pada Malik, Gabe dan Sagara bergantian. "Kalau posturnya seperti kalian, mungkin memang dia pelaku yang kita cari," gumamnya menyimpulkan dengan sederhana.

Sagara terkekeh. "Masalahnya kalau saya, Malik atau Gabe berpakaian seperti ciri-ciri tersangka, terus jalan di sekitar tkp, sudah pasti kami akan dianggap pelaku."

Prof. Yudha tergelak. "Nggak tahu kenapa, tapi saya punya perasaan kalau kasus ini masih sangat panjang. Anak-anak udah terlalu happy karena menemukan bukti dan saksi, padahal ini masih permulaan. Kita masih harus menganalisa motifnya, pola pelakunya, untuk bisa memastikan siapa pelaku yang sebenarnya."

Sagara tersenyum tipis dan mengangguk setuju dengan pendapat prof. Yudha.

"Oh yeah, baby!" Oka berseru dan mengangkat kedua tangannya ke udara. "Rekamannya udah dipulihkan nih, bang, Prof!"

Sagara dan Prof. Yudha segera menghampiri Oka untuk ikut memperhatikan rekaman yang dipulihkan dari tablet milik Mira yang tadi dibawa Malik dan Gabe dari polsek.

"Udah ada rekamannya?" Kayla yang baru kembali bersama Malik segera berlari kecil untuk ikut melihat.

"Saksi dimana?" tanya Prof. Yudha.

"Sama anggota lain, nanti diantar ke ruang interograsi. Mereka kayaknya kelaparan banget jadi aku minta untuk beliin makanan dulu tadi," Kayla menjawab pertanyaan Prof. Yudha.

Oka lalu memindahkan rekaman itu ke tablet miliknya dan menyambungkannya ke smart tv yang ada di ruangan itu sehingga semua orang bisa melihat dengan lebih jelas. "Putar ya? Ini rekaman aku mulai dari lima menit sebelum Akbar bangun."

Kelima orang lainnya itu menatap layar smart tv berukuran 55 inch itu dengan sangat fokus begitu Oka memutar rekaman video. Masing-masing seperti sedang menahan diri untuk apa yang akan mereka lihat sebentar lagi.

RAJAPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang