Bab 9 - Yogyakarta punya cerita (Bagian 1)

26 4 0
                                    

-Apa yang kita lakukan untuk diri kita sendiri mati bersama kita. Apa yang kita lakukan untuk orang lain dan dunia tetap ada dan abadi-

-Albert Pine-

☆☆☆

Yogyakarta, DIY.

Rafi Wildansyah mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat begitu ia masuk ke halaman sebuah rumah di salah satu perumahan kelas menengah yang berada di tengah kota Yogyakarta. Beberapa polisi berlalu lalang ke dalam rumah sementara tim inafis disibukkan dengan sepasang jasad pasutri yang ditemukan tewas di halaman rumahnya.

Entah apakah beruntung adalah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi saat ini. Berkat pagar tembok yang setinggi hampir dua meter dan pagar besi yang tertutup, tidak ada warga atau bahkan wartawan yang bisa mengintip atau mencuri foto dari tkp.

Salah seorang anggota yang mengenakan rompi inafis lalu berdiri dan melepas masker yang dikenakannya, ia lalu mendekati Rafi dan berkata. "Sama seperti sepasang korban bulan November lalu dan tiga pasangan di Jakarta baru-baru ini," ujar lelaki berkacama itu dengan sangat yakin.

Rafi mengangguk. Hanya dengan melihat kedua jasad itu sekilas sudah cukup untuknya mengetahui jika sepasang korban kali ini ada sangkut pautnya dengan pembunuhan bulan November tahun lalu dan tiga pembunuhan berantai di Jakarta tiga bulan terakhir.

"Sebaiknya kamu menghubungi tim satgas Jakarta, Raf."

"Saya juga berpikir begitu, mas."

Lelaki berkacama itu adalah Kahale Raihau, seorang dokter ahli forensik yang setahun terakhir bertugas di Polda Yogyakarta. "Saya dengar dari dari salah seorang teman di Mabes kalau pada ketiga korban laki-laki di Jakarta terdapat sebelas tikaman di sekitar perut dan dada. Sama seperti korban pembunuhan bulan November kemarin," ujarnya lagi.

"Mas Ale yakin?" tanya Rafi memastikan.

Ale menganggukkan kepalanya dengan sangat meyakinkan. "Ya, detail informasi tentang hal itu disembunyikan dari media."

Rafi menghela napas panjang. Andai saja ia bisa langsung menghubungi tim satgas untuk membantu memecahkan kasus-kasus yang ditangani ini, sayangnya ia harus melalui birokrasi yang cukup panjang, belum lagi kemungkinan tidak akan diijinkan dengan berbagai macam alasan yang dibuat-buat.

∞∞∞

Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia.

Ruang tim satuan tugas tampak lengang. Hanya ada Sagara, Malik, Gabe dan Oka yang masing-masing sibuk di mejanya sendiri. Hanya suara peraduan keyboard laptop dan komputer dari keempat lelaki itu yang memenuhi ruangan.

"Ka, analisa videonya udah selesai?" tanya Sagara.

"Udah, bang. Barusan aku kirim link penyimpanan di group chat," jawab Oka yang kemudian berdiri dari tempat duduknya dan melakukan peregangan ringan.

"Emang anak pinter..." puji Gabe.

"Bukan, bang. Gue anaknya bapak sama emak gue," balas Oka ringan sambil lalu.

"Curut emang lo..." geram Gabe.

Malik tertawa tipis sementara Sagara menggelengkan-gelengkan kepalanya. "Eh, ini udah pada sarapan belum?" tanya Malik kemudian.

Semua serempak menggelengkan kepala.

"Gimana kalau kita pesen..."

Malik belum sempat menyelesaikan ucapannya karena pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan Kayla muncul dengan raut wajah keruh dan panik, membawa beberapa map berkas di tangannya. "Yogyakarta."

RAJAPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang