Bab 11 - Menyelesaikan yang dimulai

26 3 0
                                    

Dunia tidak akan hancur oleh orang-orang jahat. Tapi oleh yang melihat tanpa melakukan apa pun.

-Albert Einstein-

☆☆☆

Grand Malioboro Hotel, Yogyakarta.

"Mereka mengakui tentang perampokan itu tapi tidak dengan pembunuhannya," kata Sagara disela-sela sarapan mereka di Restoran Hotel.

"Tapi kok..." Kayla menggantung kalimatnya, melirik pada Sagara.

"Mereka dipaksa untuk mengakui karena kasus pembunuhan itu menjadi pembicaraan dimana-mana dan polisi membutuhkan tersangka yang bisa diproses dan diadili," Sagara melanjutkan penjelasannya.

"Gila, mereka jadi kambing hitam," respon Malik yang baru saja menandaskan sarapannya.

Prof. Yudha yang sedari tadi hanya diam sambil mengaduk-aduk kopi dicangkirnya pun bersuara. "Mau tidak mau, kasus dua tahun yang lalu harus dibuka lagi," ujarnya dengan tenang.

Gabe tersedak makanannya. "Wah, nambah masalah lagi. Kita bisa menyinggung Polres Sleman yang merupakan penanggungjawab kasus itu dua tahun yang lalu," celetuknya.

Sagara sendiri sekarang memijat pelan keningnya. Membuka kembali kasus lama yang sudah dianggap selesai bisa menjatuhkan kredibilitas instansi kepolisian, dalam hal ini tidak hanya Polres Sleman, tetapi juga kredibilitas institusi kepolisian secara keseluruhan mengingat kasus yang dihadapi saat ini pemberitaannya sudah berskala nasional. Tetapi bagaimanapun juga keadilan harus tetap ditegakkan. Semua yang melakukan kejahatan harus diadili sesuai dengan kejahatan yang dilakukannya.

"Bang, bang, coba lihat deh ini..."

Oka yang sedari tadi memilih diam, menikmati sarapannya sambil bermain dengan laptopnya, tiba-tiba menunjukkan layar laptopnya pada Gabe.

"Astagfirullah, Oka! Lo bener-bener ya bocah..." Gabe mengumpat cukup keras saat melihat apa yang ditunjukkan Oka di layar laptopnya.

Foto tkp dua tahun yang lalu yang cukup untuk membuat siapa saja kehilangan selera makan.

Oka terkikik geli namun seketika diam saat melihat ekspresi wajah Sagara yang menatapnya dengan tajam. "Sorry, bang, sorry."

"Foto-foto tkp bukan bahan lelucon, Ka. Ini peringatan pertama dan terakhir," kata Sagara menegaskan.

Oka mengangguk dan segera menutup laptopnya lalu melanjutkan sarapannya. Gabe yang duduk disampingnya menepuk-nepuk kepala anggota termuda mereka itu.

"Eh, bang Ji!" Oka berseru memecah ketegangan saat melihat sosok yang dikenalnya memasuki restoran hotel.

Semua orang menoleh ke arah pandangan Oka, ternyata ada Panji dan Sandra yang baru saja masuk restoran hotel. Pasangan pengantin baru itu tampak terkejut melihat keberadaan tim satgas yang berada di Yogyakarta, bahkan di hotel yang sama dengan tempat mereka menginap.

"Kok pada disini?" tanya Sandra yang langsung bercipika-cipiki dengan Kayla.

"Iya, mbak. Ada kasus baru di Yogya, kita sampai sini kemarin pagi," jawab Kayla menjelaskan alasan keberadaan mereka.

Sementara Sandra menyapa yang lainnya, Panji yang sejak beberapa hari ini menonaktifkan ponselnya menepuk ringan bahu Sagara dan memberinya isyarat untuk bicara empat mata di tempat lain.

"Lo kenapa?" pertanyaan itu keluar dari mulut Panji.

Sagara menggelengkan kepalanya. "Nggak ada apa-apa," jawabnya singkat.

RAJAPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang