Bab 10 - Yogyakarta punya cerita (Bagian 2)

19 4 1
                                    

-Tak ada orang yang memilih kejahatan karena itu jahat. Dia keliru menganggapnya sebagai kebahagiaan yang dicari.-

-Mary Wollstonecraft Shelley-


☆☆☆


Yogyakarta, DIY.

"Pak Eki Wirawan, selamat pagi. Saya Sagara dan ini rekan saya, Oka."

"Selamat pagi, mas Sagara, mas Oka. Terimakasih sudah bersedia datang mendadak. Apa hanya berdua saja?"

"Dua anggota saya menuju ke tkp, dua lainnya ke rumah sakit untuk ikut melihat proses pemeriksaan jasad."

Eki Wirawan adalah Kasatreskrim Polresta Yogyakarta yang menghubungi Kayla dan meminta tim satgas untuk datang ke Yogyakarta setelah salah satu anggotanya yaitu Rafi Wildansyah terus mendesaknya agar meminta bantuan tim satgas karena kemungkinan kasus yang terjadi pagi ini berhubungan dengan kasus yang terjadi bulan November tahun lalu dan tiga kasus di Jakarta.

"Saya baru tahu dalam perjalanan tadi tentang kasus yang terjadi di bulan November tahun lalu, pak. Apa yang terjadi waktu itu?" Sagara bertanya sambil mengikuti Eki yang mengajaknya ke sebuah ruangan.

"Kasus itu terjadi di Kulon Progo. Kebetulan saat itu kami sedang melakukan penyamaran untuk menangkap salah satu komplotan begal yang beroperasi di sekitar Kulon Progo. Rafi yang menyadari kasus ini memiliki detail yang sama dengan kasus bulan November tahun lalu karena kebetulan pada saat itu Rafi hampir menangkap pelakunya."

"Oh ya? Ada kemungkinan Rafi melihat wajah pelakunya?" tanya Sagara.

Eki menggelengkan kepalanya. "Rafi berpapasan dengan pelakunya tapi menurut ceritanya pelaku itu memakai topi hitam dan masker sehingga dia tidak tahu wajahnya," kata Eki menjawab pertanyaan Sagara. "Lebih baik mas Sagara nanti tanya langsung pada Rafi setelah dia kembali."

Sagara mengangguk. "Iya, pak. Terimakasih untuk informasinya."

"Kalau begitu ini bisa jadi ruangan mas Sagara dan teman-teman dari Jakarta. Kalau butuh apa-apa bisa langsung menghubungi saya atau Rafi," kata Eki yang kemudian meninggalkan ruangan.

Oka langsung menyalakan kembali laptopnya untuk meneruskan pencariannya dan Sagara menatap papan tulis kosong yang berada di sudut ruangan. Ia mengambil spidol dan mulai menuliskan beberapa hal di papan tulis itu.

"Bang, pesan makanan online ya, kita nggak jadi sarapan tadi. Mumpung udah di Yogya, beli gudeg aja gimana?" tanya Oka.

"Fastfood aja, Ka. Mana sempat makan gudeg dalam situasi kayak gini," balas Sagara.

"Lagi ngapain sih, bang?" Oka yang penasaran pun melihat ke papan tulis dimana Sagara menulis tanggal kejadian dan lokasi pembunuhan.

"Kita nggak bisa mengabaikan kasus dua tahun yang lalu," kata Sagara.

Oka mengangguk setuju. "Kenapa kita nggak ke lapas aja temui pelaku yang ditangkap itu?" usulnya.

"Ayo," jawab Sagara yang langsung keluar dari ruangan.

Oka mengerjapkan matanya beberapa kali dan bahunya melorot seketika. "Sekarang banget, nih? Nggak jadi makan lagi," keluhnya sambil menyusul Sagara keluar dari ruangan.


∞∞∞


Rumah Sakit Bhayangkara, Yogyakarta.

"Kahale Raihau."

Prof. Yudha menyebut nama sosok yang berdiri dihadapannya. Sosok yang nama disebut itupun tersenyum tipis dan memberikan hormat pada Prof. Yudha yang dihormatinya.

RAJAPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang