Bab 1 - Permulaan

31 5 0
                                    

Kita tidak akan pernah belajar menjadi berani dan sabar jika hanya ada kebahagiaan di dunia ini.

-Hellen Keller-

☆☆☆

Lyon, Perancis.

[Ini kamu beneran pulang ya, Ga? Kamu nggak php mama lagi, kan?]

Seorang pria muda yang sedang merapikan koper di kamarnya itu sontak tertawa saat mendengar pertanyaan yang selalu ia dapatkan setiap kali wanita yang telah melahirkannya itu menghubungi secara rutin setiap hari selama dua minggu terakhir.

Namanya Sagara Abdi Baskara. Seorang anggota kepolisian Republik Indonesia yang sejak satu setengah tahun terakhir ditugaskan untuk menjadi satu dari tiga perwakilan kepolisian Indonesia yang ditugaskan bergabung dengan kantor pusat Interpol di Lyon, Perancis.

"Iya, ma. Ini aku lagi packing."

[Ah, dulu kamu juga bilang begitu. Ujung-ujungnya cancel di detik-detik terakhir sebelum naik pesawat.]

"Diungkit terus ya. Padahal aku sudah minta maaf berkali-kali,"

Sagara mengeluh karena sang ibu yang terus menerus mengungkit kejadian enam bulan yang lalu saat ia berjanji akan pulang ke Indonesia namun terpaksa batal karena tiba-tiba ia melihat seseorang yang berada dalam daftar yellow notice Interpol yang kebetulan berada di bandara yang sama dengannya, alhasil ia harus melewatkan penerbangannya ke Indonesia saat itu dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan aturan dan protokol Interpol.

[Ga, mama mau cepat-cepat punya cucu deh.]

Sagara mengerutkan keningnya seketika. "Hah, maksud mama?"

[Hah hoh, hah hoh. Jangan sok nggak ngerti deh.]

Sagara tertawa. "Lagian nggak nyambung banget topik pembicaraannya."

[Kamu bawa pulang cewek Perancis juga nggak apa-apa kok, Ga. Kalau memang sama-sama cinta dan berkomitmen. Mama nggak masalah.]

"Mama mulai ngaco deh," Sagara mendengus kasar.

[Teman-teman arisan mama banyak yang sudah pamer cucu yang lucu-lucu. Mama jadi iri.]

Sagara terkekeh dan menanggapi dengan ringan. "Mama, nggak boleh iri begitu."

[Kamu masa kalah sama si kembar. Langit aja udah punya pacar.]

"Oh ya?"

[Iya, namanya Abel. Kayaknya dia bakal ajak Abel ke acara ulangtahun sekolah, nah si Gaia mau ajak kamu aja katanya.]

"Wah, Abel pasti cantik dan baik ya? Mama kayaknya setuju nih," Sagara mencoba bersikap antusias.

[Baik, Ga. Anaknya sopan, cantik juga.]

Sagara berdecak kagum. "Cocok itu. Kalau begitu Langit aja yang nikah duluan sama Abel. Toh sebentar lagi mereka lulus SMA."

[Heh, ngawur ya!]

Sagara tidak bisa lagi menahan tawanya. Wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu memang selalu mudah sekali dialihkan ke topik pembicaraan lain.

[Ya sudah, mama tunggu kamu lusa. Awas ya kalau sampai nggak menginjakkan kaki di Indonesia. Mama nggak mau telepon kamu lagi.]

Sagara tidak bisa berkata apa-apa karena sambungan telepon itu sudah lebih dulu diakhiri oleh ibunya. Ia mendengus pelan dan melanjutkan kegiatannya merapikan beberapa pakaiannya di koper, termasuk menata beberapa hadiah dan oleh-oleh untuk kedua orangtuanya dan kedua adiknya.

RAJAPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang