15. Istri Kedua

99 16 13
                                    

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh

Halo semuanya

Apa kabar?

Maaf ya lama update

Soalnya Desember full kegiatan, bahkan selama aku nggak update itu aku hampir nggak pernah buka wattpad hehe

Okeyy

Nikmati yaa agak kocak dikit di episode ini

Happy reading!

Chapter 15. Terungkap

"G-gus Fathan?!" Gus Fathan tersenyum ke arah Alina.

Sedetik kemudian, Alina mengubah ekspresi wajahnya menjadi biasa saja. "Eh, ada Kiai, Bu nyai, Mai- Ning maira dan... Gus Fathan. Udah lama?" Tanya Alina kaku. Jantungnya rasanya bedegup dengan kencang.

Alina pun menaruh belanjaannya di dapur dan menghampiri mereka, lalu dia menyalami umi Fatima dan humaira.

"Kamu dari mana, nduk?" Tanya umi Fatima.

"Alin dari supermarket Bu nyai."

Umi Fatima pun tersenyum tipis. "Sini nduk, duduk sama Umi." Umi Fatima menepuk tempat kosong di sebelahnya, mengisyaratkan Alina untuk duduk di sana.

Alina pun duduk di sana, walau jantungnya rasanya menggila saat mulai duduk di sana.

Setelah itu, terjadi kehengian, tidak ada yang berbicara. Hingga Bunda Zahwa mulai mengangkat suara. "Silahkan di minum, nanti minumannya dingin loh," mereka pun terkekeh pelan, lalu mengambil cangkir teh di hadapan mereka dan meminumnya.

"Maaf ya, kalau rasanya kurang pas,"

"Eh? Enggak kok, Wa. Enak banget, teh buatan kamu nggak pernah berubah rasanya dari dulu. Tetep enak." Mereka berdua pun tertawa ringan bersama.

"Ekhem, bismillahirrahmanirrahim. Di sini mewakili putra sulung saya, Muhammad Fathan Al-Khayri, ingin meluruskan kesalahpahaman antara nduk Alina kalih Gus Fathan,"

Seketika Alina pun melirik kearah Iqbal, membuat ia teringat akan ucapannya tempo lalu."Oh iya, jangan kecewa ya? Karena itu semua cuma salah paham."

"Maksudnya gimana ya, pak kiai?" Tanya Alina memberanikan diri untuk berbicara, walaupun debaran jantungnya sudah menggila.

"Nduk, apa kamu percaya kalau Gus Fathan itu sudah menikah?" Alina tersentak kaget mendengar pertanyaan dari Kiai yang belum ia ketahui namanya itu.

Alina bimbang, ia tidak tau harus menjawab apa disini.

"Lin, dijawab itu pertanyaannya," tegur Bunda Zahwa membuat lamunan Alina buyar.

"Eh? Eumm.... Percaya?"

"Kenapa kamu mengatakannya ragu-ragu? Dan kenapa alasannya kamu percaya?"

"Karena Alina juga bingung, dan karena Ning Maira yang bilang." Seketika semua pandangan menuju ke arah Humaira.

"Mbak, maaf, aku-"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MASYAALLAH LAUHUL MAHFUDZ KU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang