Chapter 14 : On the Beautiful Blue Danube

136 54 81
                                    

Danube, July 1683

Sam sempat menemukan padang bunga cantik di bukit yang ia lalui sebelum sampai pada sungai Danube. Teringat dengan Atheera yang menyukai bunga, ia hentikan kudanya, lantas turunkan kakinya dan berjalan menuju hamparan bunga setelah ia mengikat kudanya.

Ia mengambil beberapa bunga setelah mendapat izin yang ternyata bunga cantik yang ia kira tumbuh dengan liar, ditanam oleh sepasang suami istri. Sam makin tersenyum lebar dan ucapkan banyak terimakasih karena selain mendapat bunga yang katanya bernama edelwais itu, Sam juga mendapatkan bunga tulip, dan krisan. Bahkan sepasang suami istri itu menawari dirinya untuk mengikat bunganya menjadi rapih. Hati Sam menghangat dan senyumnya makin lebar kala mereka juga memberi semangat untu Sam yang katanya akan mengungkapkan perasaannya

"Jangan sedih jika dia menolakmu. Karena rasanya itu tidaklah mungkin! Hahahaha"

"Itu benar, rasanya tidak mungkin jika ada gadis yang menolakmu anak muda!"

"Tetapi jika itu benar terjadi, katakan padanya kau akan tetap berusaha keras untuk mendapatkan hatinya dan menggantikan posisi lelaki yang ada di hatinya itu."

"Oh, kalau dia ternyata sudah punya kekasih, bilang saja kau akan berusaha merebut sebelum mereka resmi menikah!"

Sam bahagia sekali. Ia simpan baik-baik dan membawa bunga itu untuk Atheera. Ia kembali menaiki kudanya dan kembali melajukannya menuju Danube. Hanya tinggal menuruni bukit dengan pelan dan santai ia akan sampai.

Sekarang, senyuman Sam lebih merekah dan hatinya pun merasa tenang. Tak lagi ia merasakan kegundahan hati, ia telah menemui gadisnya yang sempat ia khawatirkan dalam keadaan baik-baik saja. Sangat baik malah.

Sam makin percepat langkah kudanya, tali kekang ia hentakkan dan suara dari langkah kudanya pun makin terdengar jelas, membuat Ayse yang menyadari seseorang mendekati dirinya, lantas menoleh ke arah sumber suara. Tanpa diminta, sudut bibirnya terangkat, bola matanya berbinar, pun dengan wajahnya yang terlihat lebih cantik karena berseri-seri.

Tatapan keduanya bertemu. Tak bisa dibohongi, mereka memiliki perasaan yang sama, bahagia yang sama. Bahkan rasa lelah keduanya menguap terbawa angin lalu semenjak saling beradu pandang.

Baiklah, karena keduanya telah bertemu, mari kita menyebut mereka dengan nama samaran yang telah masing-masing telah mereka buat.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Atheera begitu Elias yang duduk di atas kudanya menghampirinya dan berhenti tepat di sampingnya yang juga masih tak berniat turun. Rencananya, ia hanya akan bertemu dengan Elias sebentar. Mengingat hari mulai sore/

"Aku merasa lebih baik saat bertemu denganmu." jawab Sam membuat Atheera tersenyum. Sebenarnya ia merasa tersipu. Tetapi, ia mencoba tetap tenang dan menetralkan ekspresinya.

"Kau keren sekali menaiki kuda seperti itu." puji Elias yang terdengar sederhana namun lagi-lagi membuat Atheera tak bisa berkata-kata.

Tetapi, detik berikutnya, Atheera tertawa, "Bukankah kau sudah pernah melihatnya? Bahkan di hari terakhir kita bertemu, kau mengajakku balapan pacuan kuda!"

"Iya itu benar. Tapi aku lupa memujimu. Jadi aku memujimu sekarang."

"Kau ada-ada saja"

"Oh, bagaimana dengan kabarmu sendiri?" tanya Elias yang menyadari ia belum menanyakan kabar Atheera. Padahal ia ingin sekali tahu kabar gadis itu akhir-akhir ini.

"Aku juga merasa sangaat baik bertemu denganmu. Kau tahu? aku sangat bersemangat menuju kemari." Jawaban Atheera membuat Elias tertawa

"Kau mengikuti kalimatku ya?" Atheera tergelak, kemudian ia mencari topik. Atheera ceritakan tentang kesehariannya dan lukisan Elias yang ia pajang di kamarnya menarik perhatian semua orang.

To (See You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang