Chapter 16 : I'm Falling In Love

167 72 114
                                    

Vienna, August 1683


Terhitung sudah sebulan lebih lamanya, Wina terkepung dari luar dan musuh mulai beringas tiap harinya menyerang. Entah itu pagi, siang, sore, bahkan hingga malam suara ledakan meriam dari luar mencoba menembus benteng menggema, meraung ke udara musim gugur. Keadaan kota jangan ditanya lagi bagaimana kacaunya di dalam. Tak bisa keluar dan melakukan perdagangan dengan wilayah lain membuat serba kekurangan dan penyakit mulai bermunculan. Tapi, perlu diacungi jempol, karena warga tak merasakan kepanikan luar biasa seperti hari pertama mereka mendengar ledakan meriam yang di arahkan ke kota yang ternyata mereka telah terkepung beberapa hari sebelumnya.

"Apa kita hanya diam saja? Sudah sebulan mereka menembakkan meriam di luar sana. Apa kita akan menyerang ketika benteng pertahanan kota itu roboh dan keropos terkena meriam?" tanya Han entah pada siapa. Tetapi di sekitarnya ada beberapa temannya. Termasuk Sam dan Felix

"Kalau kita berdiam disini tanpa melakukan apapun, lebih baik aku pulang saja!" seru Sam membuat semua orang terkejut dan tentu menoleh ke arahnya. Cukup terkejut ketika Sam tak mengusulkan suatu ide dan membuat gebrakan.

"Aku juga ingin pulang!" sahut Felix sembari berdiri dari duduknya

"Bagaimana bisa kalian memutuskan pulang ke rumah dalam keadaan genting dan kacau begini?" Steven tentu tak terima. Apakah teman-temannya itu sama sekali tidak khawatir dan takut jikalau sewaktu-waktu musuh di luar sana berhasil masuk ke kota?

Sam menghela napas panjang, "Selama Jenderal belum memerintahkan apapun, kita tidak akan bergerak. Jenderal sedang memikirkan sebuah cara. Daripada berdiam diri disini, lebih baik aku pulang bertemu dengan keluargaku sebelum berperang. Memangnya kalian tidak mau bertemu dan berkumpul dengan keluarga?" tanya Sam seolah mengambang di udara, tak ada satu pun yang menjawab pertanyaannya

"Kita semua takut dan khawatir. Tapi setelah bertemu dan berkumpul dengan keluarga, setidaknya kita punya kekuatan. Tidak ada salahnya untuk pulang meminta kekuatan dan doa. Jenderal pasti akan mengizinkan setidaknya tiga hari lebih dari cukup dan dia pasti memanggil kita, jika kita dibutuhkan." Lanjut Sam

"Siapa yang pergi bersamaku untuk meminta izin pada Jenderal?" tanyanya tak lama yang pada akhirnya sebagian besar setuju dan mendekat ke arah Sam, bermaksud bergabung dan pergi bersama untuk meminta izin pada Jenderal.

Sam melihat Steven yang masih duduk di tempatnya melihat kea rah lain dan tampak melamun. Sam dekati Steven, dan tepuk pundaknya agar lelaki itu sadar jika Sam ada di dekatnya

"Steve, kau bisa ikut denganku. Pulang ke rumahku jika kau mau." Katanya sambil tersenyum. Sam cukup mengerti dan peduli tentang perasaan Steven karena ia tidak punya siapapun. Sam tahu tentang Steven yang diserahkan oleh pihak panti asuhan ke Bastion karena ia pandai membaca dan cepat menghapal di usia remajanya. Bastion seperti rumah sekaligus keluarga baru bagi Steven, dan ia tak pernah merasa kesepian karena meski temannya izin pulang, maka masih ada teman lain yang menemaninya di Bastion. Bastion selalu ramai dan hangat. Tapi, mungkin ini pertama kalinya Bastion akan sepi karena orang-orang akan pulang ke rumah secara massal.

Steven menatap lamat Sam, tak lama ia tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Tidak ada salahnya juga ia ikut ke rumah Sam. Barangkali, ia merasakan hangatnya keluarga lagi.

Teriakan bahagia di tengah-tengah kekacauan yang sedang terjadi menggema di Bastion. Jenderal memberi izin pulang selama tiga hari. Jenderal sendiri juga ingin pulang menemui keluarganya. Pada akhirnya, semua orang di Basion berbondong-bondong ke ruangan masing-masing, mengemasi barangnya, sebelum akhirnya keluar dari Bastion dan pulang ke rumah.

"Sam, terima kasih sudah mengajakku untuk pulang ke rumahmu." Ucap Steven kala Sam dan dirinya bekuda santai menuju rumah Sam.

"Terima kasih kembali. Ibuku pasti senang kau ikut aku pulang." Steven tersenyum lebar. Ia mengenal ibu Sam. Wanita paruh baya itu kerap kali menyapanya ketika bertemu pun beberapa kali memberinya makanan ketika tak sengaja bertemu di pasar ataupun di pinggir jalan.

To (See You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang