Chapter 18 : Reckless

188 77 236
                                    

In memoriam, historical events: victims in the Great Turkish War 1683




Vienna, September 1683

Pinggiran kota memang terlihat porak poranda pun dengan tanah yang becek dengan air yang berwarna merah. Mengerikan nyatanya adalah satu kalimat yang cocok untuk mewakilkan bagaimana suasana yang kelam di Wina.

Dinding pertahanan yang berhasil dilubangi itu memang sudah diperbaiki dengan cepat. Tetapi rasa was-was dan ketakutan tentu tak bisa hilang begitu saja bagaikan selimut tebal yang membungkus kota. Banyak yang tewas, banyak yang terluka, banyak yang berduka, banyak yang ketakutan tetapi juga banyak usaha dan banyak ide untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.

"Apakah tidak apa jika kita meluncurkan kembang api dan roket ke langit?"

"Tentu, apa yang kau takutkan, Lix?"

"Perasaan orang-orang. Meskipun kita memberitahu kepada orang-orang bahwa apa yang kita lakukan adalah bentuk usaha kita, kembang api bagi kita sangat melekat dengan perayaan dan suasana yang bahagia." Sam mengerti maksud Felix. Ia sangat mengerti tentang Felix yang tak mau merusak citra baik dan kesan menyenangkan dari kembang api. Tapi mau bagaimana lagi? Sangat sulit untuk keluar dari kota mengingat musuh benar-benar mengepung mereka.

"Aku mengerti Lix, tetapi ini adalah satu-satunya cara untuk menarik perhatian wilayah lain agar membantu kita dari luar sana."

"Memangnya, apa idemu? Kau bahkan tidak menjelaskannya secara detail."

Sam tertawa, "Ayo ikut aku untuk menemui Jenderal dan membicarakan ideku dengannya."

"Ck, kenapa kau tidak langsung bilang saja jika ingin ditemani pergi menemui orang itu?" Felix terlihat kesal, entah kesal kepada Sam atau kepada Jenderal mengingat Felix memanggil Jenderal dengan kurang sopan menyebut 'orang itu'

Pada akhirnya, meski terlihat kesal, Felix menemani Sam. Tentu ia tak sampai hati menolak ajakan Sam untuk menemaninya barangkali Sam butuh pertolongan atau bantuan, mengingat ada perban di lengan kanan bagian atasnya.

Felix dan Sam sama-sama mendudukkan diri ketika Jenderal mempersilakan mereka masuk dan duduk menyamankan diri

"Idemu sangat menarik Sam. Tetapi kau lupa bahwa hal itu juga bisa menarik perhatian musuh di luar benteng. Kau tidak memikirkan itu?" Sam tersenyum mendengar Jenderal melontarkan pertanyaan yang baginya cukup dijawab dengan mudah

"Tentu saya sudah memikirkannya. Kemungkinan asumsi mereka terhadap peluncuran kembang api di Wina, dapat diartikan sebagai perayaan yang bisa membuat mereka geram dan tak habis pikir, atau mereka sadar kita menarik perhatian wilayah lain agar membantu mereka."

"Lalu? Tanggapanmu tentang asumsi musuh yang kau buat itu?"

"Kita tidak perlu terlalu memikirkannya. Karena semakin kita berpikir keras tentang apa asumsi dan apa yang mereka pikirkan tentang aksi kita, rasa tidak percaya diri dan pesimis akan datang perlahan membuat semuanya menjadi gagal."

Jenderal tersenyum puas. Lantas berkata, "Aku akan membicarakan hal ini secepatnya dengan Duke dan Raja. Kembalilah ke ruanganku nanti malam Sam." Sam mengangguk lantas pamit undur diri sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan itu.

Barulah ketika keduanya keluar dari ruangan, Sam bertanya pada Felix karena ia merasa ada kejanggalan yang terjadi.

"Sebenarnya, kenapa kau terlihat kesal dan seperti mempunyai dendam kesumat pada Jenderal?"

To (See You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang