Chapter 20 : When I See You Again

241 104 376
                                    

Vienna, September 1683

"Felix, apa yang dikatakan Raja benar. Tentu saja kau tidak diizinkan membunuh Pangeran begitu saja meski kau memiliki dendam yang begitu dalam. Banyak resiko yang akan terjadi jika kau membunuhnya." Han menasehati Felix hari itu, Sam juga menganggukkan kepalanya menyetujui ucapan Han

"Lagipula, apakah kau tak terpikirkan bagaimana kalau Pangeran tak sengaja membunuh kakekmu? Coba saja jika kau berada diposisinya." tambah Sam membuat Felix hanya anggukkan kepala. Sejenak, ia mencoba berpikir positif dan ikhlaskan kepergian sang kakek

"Lebih baik kita pergi ke katedral dan berdoa disana. Untuk semua orang, kebaikan kita sendiri, kesehatan keluarga, dan tentunya ketenangan untuk kakek Felix!" seru Han membuat keduanya mengangguk setuju. Memang di satu sisi, saatnya mereka mengikuti kegiatan rutin gereja

Ketiga pemuda itu dengan khidmat mengikuti kegiatan misa seperti biasanya, dan berdoa, sebelum akhirnya mereka keluar bersama hendak menghabiskan sisa waktu untuk berkuliner di jalanan sebelum akhirnya kembali ke Bastion dan bersiap pulang ke rumah masing-masing keesokannya.

Tapi tiga langkah setelah mereka bertiga keluar, tanpa diundang dan diminta, anak panah jatuh menancap di atas tanah tepat di depan ujung kaki Sam. Tentu hal itu membuat terkejut terlebih Sam yang merasa jantungnya akan lepas. Dengan gerakan perlahan, Sam menarik kakinya menjauh dari dekat anak panah itu.

Sam mengatur napasnya dan dengan tangan gemetaran, ia mengambil anak panah itu untuk dapat melihat isi pesan yang tersimpan di dalam kertas. Sedangkan Han dan Felix, mereka memilih diam dan saling menatap, entah mereka sedang bertelepati atau apa, tetapi raut wajah mereka tidak bisa berbohong bahwa mereka takut, dan tampak benar-benar pucat. Mereka cukup cemas jika pasukan Ottoman kembali datang dalam waktu yang dekat, terbayang seperti apa kuatnya mereka dan menyerang dengan lebih brutal.

Masih dengan gemetaran, Sam membuka surat dengan perlahan dan membaca isinya

Siapapun dirimu, sampaikan pada orang yang menyandera pangeran, serahkan kembali pangeran dengan damai karena kami juga datang dengan damai. Aku akan menunggu di bawah bukit Kahlenberg besok pagi. 

-Saudari pangeran, Ayse.

Singkat, padat, dan jelas. Sam menyerahkan surat itu pada Felix dengan cepat. Ia mengelus dadanya tapi entah kenapa, Sam merasa tulisan itu mirip seperti tulisan tangan Atheera.

"Hah ... , apakah semua tulisan perempuan itu indah dan rapi?" gumam Sam bertanya-tanya pada dirinya sendiri dengan lirih. Tapi tak disangka-sangka, Sam justru dapat pengelakan dari Han

"Kata siapa? Tidak, tuh. Tulisan kakak perempuanku bahkan tidak bisa aku baca." Sam hanya tertawa kecil menanggapinya.

Meski isi surat mengatakan mereka kembali lagi dengan damai, tentu Felix tetap ketakutan dan hal itu terbaca oleh Sam.

"Tenang saja, mau tak mau, besok kita kembalikan pangeran dan kita akan aman. Ini demi keselamatan semua orang juga. Okay? Aku dengan Han akan menemanimu. Kita pergi kesana bertiga saja."

Felix hanya menganggukkan kepalanya pelan dan memutuskan untuk banyak diam.

Keesokannya, Felix benar-benar mengeluarkan pangeran dari tahanan. Felix sempat meminta maaf dengan tulus atas perbuatannya dan mengatakan alasan sejujurnya pada Pangeran Ottoman itu mengapa ia sangat benci sekali dengannya bahkan hendak ingin membunuhnya. Sang Pangeran tak banyak bicara, ia mengerti perasaan pemuda yang ia ketahui namanya ini adalah Felix.

"Aku juga minta maaf dengan tulus, telah membunuh kakekmu. Aku benar-benar tidak tahu dan tidak sadar. Maafkan aku. Jika aku menjadi dirimu, aku juga tidak akan terima kehilangan seorang kakek yang sangat disayangi." Begitulah Aydin meminta maaf, ia lalu ucapkan terimakasih pada Felix, "Terimakasih ya, Felix. Mungkin aku akan berbicara dengan ayahku untuk tidak berambisi menaklukkan Wina dan memaksa untuk berpindah keyakinan yang sama dengan kami."

To (See You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang