Chapter 06 : That Same Feeling

291 128 402
                                    



East Eisenstadt, June 1683


Atheera tak berhenti tersenyum ketika perjalanan pulang dengan Elias ke tempat ia tinggal bersama Murat dan Ziya selama disini. Ia sangat senang sekali bisa menyelesaikan lukisannya dengan waktu yang lebih cepat daripada sebelumnya. Andai guru lukisnya tahu, pastilah ia sangat bangga padanya saat ini dan Atheera bisa mendapatkan reward dan pujian dari ayahnya. Pun juga dengan hasilnya yang ia sukai. Objek lukisnya mungkin membuatnya sangat bersemangat.

Eh, benar, kan?

"Atheera.., kupikir bagaimana jika kita bertukar hasil lukisan? Sebagai kenang-kenangan dan aku tidak ingin kau melupakanku ketika kita berpisah nanti. Semoga kita bisa bertemu lagi." Ujar Elias di tengah perjalanan membuat Atheera terkekeh pelan.

"Tentu saja. Memangnya kau akan pergi?" Tanya Atheera membuat Elias terdiam sejenak

"Ehm.., aku kemari karena ingin mengunjungi saudaraku yang sakit. Mungkin tidak lama aku akan kembali ke tempat asalku?" Atheera hanya memberi anggukan kepala saja. Ternyata Elias bukanlah penduduk asli sini. Fakta baru yang membuat Atheera bertanya-tanya. Darimana kah asal Elias, dan apa tujuannya kemari.

Atheera juga tidak akan lama berada disini. Ia pikir satu minggu mencoba hidup dan melihat dunia luar sudah cukup membuatnya bahagia, apalagi ia tak bisa terlalu lama meminta Aydin untuk menggantikan posisinya.


Keduanya sama-sama diam sembari membereskan peralatan melukis mereka. Elias juga membantu Atheera membereskan alat piknik mereka.

Oh, bolehkah Elias menganggap kegiatan hari ini adalah picnic date mereka?

Elias tertawa. Aneh-aneh saja pikirannya. Bahkan ia merasa mulai tertarik dengan gadis itu beberapa waktu lalu. Entahlah hanya tertarik semata, ataukah ia memang merasakan jatuh cinta. Elias akan coba segera mencari tahu.

"Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu?" Tentu saja tawa Elias membuat Atheera heran bertanya-tanya. Gerangan apakah yang membuat lelaki itu tertawa.

"Tidak. Pikiranku yang lucu."

"Ada-ada saja" Pandangan Atheera pada Elias nampak belum puas. Ia ingin tahu apa yang ada dipikiran Elias. Tetapi apakah boleh?

Elias mungkin menyadarinya. Ia sadar Atheera memandangnya, maka ia balik tatap Atheera.

"Apa yang ingin kau katakan?" Tanyanya kemudian Ayse balik bertanya,

"Apa yang kau pikirkan?"

Elias tersenyum. Apakah ia harus jujur? Hei, bagaimana jika gadis ini salah paham?

"Kau mau jawaban jujur atau bohong?"

"Apa-apaan itu? Kalau kau tidak berkenan memberitahu apa yang kau pikirkan, katakan saja. Tidak apa" Tukas Atheera sedikit kesal. Ia membuang pandangannya, memutus kontak mata dengan Elias, dan segera berdiri membawa keranjang dan tasnya

"Hei.., kau marah?" pada akhirnya Elias juga ikut berdiri. Merasa bersalah dengan ucapannya.

"Tidak. Ayo kita pulang ke rumahku." memang benar ia kesal, tapi tak membuatnya semarah itu. Ayse menghela napasnya ketika lelaki itu justru tidak meresponnya sama sekali beberapa saat. Ia kemudian tatap Elias, "Kau mau ke rumahku atau pulang ke tempatmu terlebih dahulu?"

Cukup lama Ayse menunggu jawaban. Ayse melihat Elias yang nampaknya berpikir keras membuatnya mengernyitkan dahi. Dia tidak tahu bahwa pertanyaannya bagi Elias, itu adalah pilihan yang sulit

To (See You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang