"Sejak kapan?" pada akhirnya, setelah cukup lama mereka berdiam diri di dalam kamar, Storm bertanya. Wajah lelaki itu datar, setenang air tak beriak namun Chelementine menyadari di balik ketenangannya Storm berusaha keras untuk mengendalikan amarahnya."Sejak aku kecil," jawab Chelementine, "Tapi aku baru menyadarinya lima tahun yang lalu, pada malam pernikahan kita"
Storm ingat malam itu, malam di mana Chelementine jatuh pingsan di depan pohon pinus yang terbakar. Storm memang merasa ada sesuatu yang janggal tapi kemudian perhatiannya teralihkan oleh kabar kematian Bron. Itu adalah keanehan yang sama seperti yang baru saja Storm saksikan hari ini di tepi tebing curam hutan Avaratra.
"Selama lima tahun itu kau memilih untuk bungkam dan menyembunyikan semua ini dariku?" tangan Storm meremas kuat ujung meja sebelum ia mendekati istrinya dan bertanya dengan suara yang lebih rendah, "Siapa aku bagimu, Chelementine?"
Chelementine menatapnya, "Kau adalah suamiku" jawabnya tanpa keraguan tapi begitu ia melihat wajah storm, Chelementine tak bisa berkata-kata. Lelaki itu sudah tidak lagi mempercayainya, "Aku mencintaimu" hanya itu yang dapat Chelementine katakan agar Storm tidak meragukan pernikahan mereka, dia tidak mencoba untuk membela diri sebab dia sadar dia bersalah.
Storm memalingkan wajahnya, dia pergi ke jendela dan berdiri di sana sambil memungginya istrinya, "Selama lima tahun kita menikah, kita memiliki tiga putra, dan aku pikir semuanya baik-baik saja namun sekarang-"
"Tidak ada yang berubah Storm, semuanya masih baik-baik saja" sela Chelementine, ketakutan.
"Tidak" sahut Storm, dia berbalik dan menatap lurus ke dalam lembayung di mata istrinya, "Kau menyembunyikan sesuatu yang begitu besar dariku Chelementine, kau membohongiku"
Setetes air mata jatuh mengalir di pipi Chelementine, "Aku tidak pernah bermaksud membohongimu, aku punya alasan mengapa aku terpaksa menyembunyikan tentang siapa diriku yang sebenarnya Storm"
"Baiklah, katakan alasannya kepadaku sekarang" Chelementine terdiam dengan jemari yang saling bertaut di atas pangkuan. Storm mendengus lalu berbalik memandang keluar jendela, "Kau tidak bisa mengatakannya, sudah kuduga"
Menggigit bibir bawahnya, Chelementine tak tahu harus berbuat apa. Haruskah ia jujur kepada Storm? Tapi itu akan membahayakan pernikahan mereka karena kejahatan yang telah Chelementine lakukan tidak termaafkan, dia telah membunuh dua orang yang berharga di dalam hidup Storm, saudara dan ayahnya.
Namun, di sisi lain Chelementine juga lelah menyembunyikan semua ini. Lima tahun sudah ia menjalani hidup di dalam ketakutan. Dia tidak berbicara kepada siapa pun tentang apa yang telah ia alami, bahkan tidak kepada suaminya sendiri. Sekarang adalah saat yang tepat, Storm sudah mengetahui bahwa dirinya adalah bloody moon, lelaki itu juga berhak tahu kejahatan macam apa yang secara tidak sengaja telah Chelementine perbuat kepada keluarga mereka.
Chelementine bangkit dari ranjang lalu menghampiri suaminya. Dia berdiri tepat di belakang punggung Storm sambil mempersiapkan diri atas kemungkinan apapun yang akan terjadi nantinya. "Aku telah melakukan pembunuhan" ucapnya. Tubuh besar itu membeku, tapi Storm bergeming dan membiarkan Chelementine menyelesaikan kalimatnya, "Pada malam pernikahan kita, lima tahun yang lalu, pohon pinus itu tidak terbakar dengan sendirinya. Pohon itu terbakar karena aku menjadikannya sebagai media untuk melakukan sihirku, aku menggunakan pohon itu sebagai media untuk membunuh Bron"
Storm menoleh menatap Chelementine dengan mata yang memerah dan terasa perih, "Kau tidak serius...." dia berdesis.
"Itulah yang terjadi Storm, kekuatan bloody moon menguasai tubuhku dan aku tidak dapat mengendalikannya, kekuatan itu terlalu besar sehingga aku secara tidak sadar telah membuat Bron mati terbakar"
Tangan Storm terkepal, Chelementine melihat tangan itu terkepal dan bergerak dengan cepat ke arahnya. Chelementine sontak memejamkan mata tapi kemudian dia tidak merasakan apa-apa, pukulan Storm mendarat pada lemari yang ada di belakangnya. Lelaki itu berteriak frustrasi, ia hendak meninggalkan kamar namun Chelementine segera menghadangnya, "Aku belum selesai" ucapnya.
Storm menggeleng cepat, "Aku tidak mau mendengar apapun lagi. Sudah cukup."
"Kau harus mendengarnya Storm karena itu terjadi lagi hari ini, aku telah menghabisi seseorang dari keluarga kita lagi"
"Siapa?" tanya Storm dengan napas yang tercekat dan sekujur tubuh yang terasa dingin.
Chelementine meneguk ludahnya dengan susah payah, tak mampu menyaksikan penderitaan di wajah suaminya tapi Storm harus mengetahui tentang apa yang sudah Chelementine lakukan di tepi tebing tadi, "Raja Tarquin, ayahmu"
Pisau dingin seakan menikam jantung Storm berulang kali setelah ia mendengar pengakuan tentang kekejaman Chelementine. Storm ingin menangis, tapi air mata tak mau muncul. Kesedihan dan kemarahan yang membeku dalam dirinya membuat Storm tak dapat bereaksi. Itu adalah ayahnya yang telah Chelementine bunuh, seorang ayah yang telah mendidik dan membesarkannya.
"Bloody moon terkutuk!" umpat Storm, alih-alih memaki istrinya.
Derai air mata membanjiri wajah Chelementine, "Maafkan aku Storm, aku terlalu takut untuk mengakuinya....aku takut semua yang telah terjadi dan kuperbuat di luar kendaliku akan merusak pernikahan kita"
"Ya" sahut Storm. Chelementine tak mengerti apa maskud dibalik kata 'ya' yang Storm ucapkan. Apakah lelaki itu memaafkannya atau membenarkan kecemasan Chelementine bahwa dia telah merusak pernikahan mereka.
Bagaikan menabur garam di atas luka yang menganga, itulah yang Storm rasakan ketika dia menatap wajah istrinya. Wajah seseorang yang telah membunuh saudara dan ayahnya. Memalingkan wajah, Storm meninggalkan kamar setelah memberikan perintah, "Berkemaslah, kita berangkat ke Redtown sekarang juga"
- TBC -
Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apa pun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Of The Redmoon (Tamat)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Chelementine pergi ke Redtown untuk menghadiri pernikahan saudari tirinya, Celeste, dengan pangeran mahkota Storm Redmoon. Klan Redmoon telah menjadi penguasa Sixtendecies sejak kerajaan ini berdiri, nam...