Menghabiskan waktu bersama Celeste adalah cara Storm agar ia dapat berada di sekitar Chelementine yang terus menghindarinya sejak mereka berciuman di taman istana. Jika ditanya apakah Storm menyesal telah menciumnya? Maka jawabannya adalah tidak. Hanya saja reaksi yang Chelementine tunjukan sejak mereka berciuman membuat Storm berpikir kalau tindakannya sangat gegabah.
Suara tawa Celeste dan para dayangnya membuat Storm berhenti memandangi Chelementine yang duduk membisu di antara mereka. Sepanjang hari wanita itu menundukkan wajah dan tak berani menatap Storm yang berusaha mencari cara agar mereka dapat bicara berdua. Storm ingin meminta maaf atas sikapnya yang lancang tempo hari, ia juga ingin mengungkapkan perasaan yang ia miliki untuk gadis itu, Storm ingin menyatakan bahwa dia mencintai Chelementine dengan sepenuh hatinya.
Storm tahu ini bodoh, menyatakan cinta kepada Chelementine sementara dia masih terikat perjodohan dengan saudari tirinya adalah perbuatan yang tidak pantas. Namun, akan lebih tidak pantas lagi apabila Storm memendam perasaan ini dan membuat Chelementine berpikir kalau Storm hanya ingin bermain-main dengannya.
"Coba belai kainnya, Pangeran"
Storm menyentuh kain sutra sewarna darah yang Celeste sodorkan ke arahnya. Permukaan kain itu halus dan lembut, mengingatkan Storm pada pipi Chelementine yang merona saat mereka berciuman di taman istana, "Lembut" ucapnya. Lagi, tatapan Storm kembali tertuju pada gadis itu. Hari ini Chelementine mengenakan gaun berwarna hijau gelap dengan sulaman benang emas di bagian dadanya. Ia tak mengenakan perhiasan apapun, selain tindik matahari yang bertengger di hidungnya sepanjang waktu. Dengan penamilan yang sangat sederhana saja Chelementine mampu membuat Storm terpesona.
"Aku akan membelinya untuk bahan kain gaun pengantinku. Sebenarnya aku menginginkan warna putih atau merah muda yang pucat, tapi sudah menjadi tradisi pengantin Klan Redmoon harus mengenakan warna merah di hari pernikahannya"
Storm mengangguk-anggukan kepalanya menanggapi celotehan Celeste walau ia tak benar-benar peduli. Perhatian Storm hanya terpaku pada Chelementine, gadis itu menyadari kalau Storm terus memandanginya sehingga ia merasa tidak nyaman dan meminta izin kepada suadarinya untuk kembali ke kamar.
Storm merutuk pelan karena lagi-lagi dia membuat Chelementine merasa ketakutan. Storm hendak menyusul Chelementine untuk meminta maaf sekaligus mengatakan hal yang ingin ia katakan sejak tadi, tapi sialnya dia terjebak bersama Celeste yang mendesaknya untuk memilih salah satu dari sekian banyak perhiasan yang cocok untuk gadis itu kenakan pada hari pernikahan mereka.
Sementara itu, Chelementine merasa lega setelah dia berhasil melarikan diri dari pengawasan Storm yang membuat dadanya terasa sesak sejak tadi. Namun Chelementine tidak benar-benar kembali ke kamar seperti yang dia katakan kepada Celeste, dia pergi menuju ke danau yang berada di padang hijau di belakang istana dan duduk di sana sendirian untuk memenangkan pikirannya.
Chelementine menyesal karena telah mencuri ciuman yang seharusnya menjadi milik saudarinya. Dan ia merasa semakin bersalah karena ia menikmati ciuman itu, bagaimana cara Storm mencumbu bibirnya dan mendekap erat tubuhnya membuat Chelementine sulit untuk melupakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood Of The Redmoon (Tamat)
RomanceWarning : Adult and explicit sensual content! Chelementine pergi ke Redtown untuk menghadiri pernikahan saudari tirinya, Celeste, dengan pangeran mahkota Storm Redmoon. Klan Redmoon telah menjadi penguasa Sixtendecies sejak kerajaan ini berdiri, nam...