2

14 4 0
                                    

"Kakak, Aksa mau pulang... Ian tidur, pas belajar, Ian tertidur," adu Aksa pada Radit, ia mengerucutkan bibirnya kesal.

Radit yang sedang mendengar celotehan Naufal, segera mengalihkan perhatiannya pada adik tercinta. Naufal reflek ikut menatap Aksa.

"Yaudah, lo nimbrung aja, duduk sebelah abang lo pun ga masalah," kata Naufal.

Aksa mengangguk. Ia justru duduk di pangkuan sang kakak. Tenang, lagi-lagi Radit sudah terbiasa dengan sifat manja adiknya.

"Kakak, Aksa juga mengantuk," Radit mengangguk. Ia mengelus surai sang adik. Membantu adiknya agar cepat tertidur.

Hm, badan Aksa selain pendek, anak itu juga kurus. Jadi muat muat saja ketika duduk di pangkuan Radit. Mereka kalau mau pulang sekarang ga bisa. Jalan raya terlalu licin, dan juga sangat dingin. Radit malas menyetir. Lagian ia dan Naufal sudah menjadi teman.

"Nanti kakak bangunin pas hujan udah reda," Radit terus mengelus surai adiknya dengan lembut.

Naufal cukup iri. Ia dan adiknya sama sama tak memiliki sifat manja. Eh tidak ding, Naufal bisa manja kalau udah sama bunda. Kalau sang adik, ia memang lebih suka menjadi orang besar yang sudah tak bermanja manja lagi.

"Adek lo manja bet," Radit tersenyum dan mengangguk. Posisi mereka berdua kini sangat dekat. Mungkin karena Naufal juga tak sengaja mendekatkan diri pada Radit, mencari kehangatan.

"Lo jangan diem terus dong, gue pusing ini ngeliat lo cuma ngangguk sama senyum. dikira senyum lo ga buat hati gue berantakan, apa,"

"Maaf. Aku emang jarang bicara," balas Radit lirih. Ia sibuk mengecup pucuk kepala Aksa berulang kali. Rambut Aksa wangi, jadi ia betah.

"Yaudah deh, ga papa,"

Hening, tak ada  yang memulai obrolan. Karena Aksa sudah tertidur pulas. Naufal dan Radit tak tega untuk membangunkannya bila mereka terlibat obrolan lagi.

Lama kelamaan, Naufal ikut mengantuk. Ia terus menjatuhkan kepalanya karena mengantuk. Hujan masih sangat deras, bahkan petir ikut menyambar di mana mana.

Ketika kepala Naufal benar benar akan terjatuh tak bisa menahan kantuk, Radit terkejut. Ia dengan gerakan cepat menahan kepala Naufal. "Ssh, di sini aja," ia perlahan mengatur kepala Naufal untuk bersandar di pundaknya.

Naufal terlihat lebih tinggi, meski tubuh Radit lebih besar. Anak itu suka sekali iseng pergi ke gym.

Dilihat dari jarak dekat, Naufal ini manis. Namun wajahnya terlihat kotor, mungkin terkena debu. Ia juga mempunyai kulit cokelat yang eksotis.

Adiknya mendengkur, Naufal juga mendengkur. Ia bahkan semakin mendekatkan dirinya agar bisa memeluk Radit, tak sadar tentunya.

Radit bingung ingin melakukan apa. Jantungnya berdetak cepat, dikelilingi orang manis.

Lama sekali, hujan tak kunjung reda, badannya juga sudah pegal akibat menahan bobot Aksa. Sedangkan Naufal, ia tak sengaja terjatuh dan berbaring di sofa. Radit hanya membiarkan itu terjadi, kasian Naufal kalau ia suruh terus berada di pundaknya.

•○●

Sekarang jam sudah menunjukkan angka enam, maghrib. Naufal sudah bangun, Aksa juga sudah bangun, Ian pun begitu.

Keadaan di luar, masihlah hujan. Tadi sempat reda sekitar jam lima, namun Aksa belum bangun, jadi Radit memilih untuk tetap tinggal, karena pikirnya, hujan reda dalam waktu lama. Tapi sayang, tak sampai tujuh menit, hujan kembali deras.

"Oh ya Dit, kita belom tuker tukeran nomor wea loh," ujar Naufal dari dapur. Anak itu sedang membuat susu untuk orang orang yang ada di rumahnya sekarang. Susu yang dibuatnya memiliki rasa stroberi. Mudah saja, Naufal suka warna merah muda, jadi ia senang meminum susu rasa stroberi.

Radit menghampiri Naufal ke dapur. Ia sembari membawa ponselnya dan ponsel Naufal.

"Buka aja hp gue, ga disandi kok," katanya. Naufal masih sibuk mengaduk susu merah muda itu.

Radit mengangguk. Membuka ponsel Naufal, memasukkan nomornya di aplikasi Chat lelaki itu. "Udah,"

"Sip, ntar kalo gue minta tolong anter ke sekolah, lo harus mau ya," Radit mendengus. Kenapa begitu? Memangnya ia tukang ojek.

Tapi tak apalah, itung itung nganter lelaki manis.

"Susunya udah jadi," Radit tercengang, stroberi? "Kamu suka stroberi?" Tanyanya pelan.

Naufal menggeleng, sedangkan mulutnya sibuk meminum susu merah muda yang sudah jadi itu. Ia minum sampai habis setengah, lalu menjawab, "gue suka warna pink. Jadi ya, susu stroberi kalo rasa stroberi warnanya pink, gue suka."

Radit mengernyit, aneh sekali teman barunya itu.

•○●

Keesokan harinya, Radit mendapat pesan dari Naufal. Pesannya terketik, 'jemput gue di rumah, ya,' begitu.

Baiklah, Radit tak akan menolak. Malah ia dengan senang hati menerimanya.

Selama perjalanan menuju rumah Naufal, Radit terus tersenyum mengingat mimpinya. Ia bermimpi, berkencan romantis dengan Naufal. Astaga, pipinya lagi-lagi tersipu.

Tak lama, Radit sampai di rumah Naufal. Ia memencet bel rumah di depannya. Dan tak perlu ditunggu pun, Naufal sudah keluar rumah dengan menggigit roti tawar polos.

"Makasih ya," Radit mengangguk. Ia berjalan duluan menuju motornya di halaman rumah Naufal. Menaiki motor tersebut, dan menunggu Naufal duduk di jok belakangnya.

Naufal bingung, bagaimana bisa ia menaiki motor besar? Jok nya saja setinggi pantatnya ketika ia berdiri. Ia menghentakkan kakinya kesal. "Ck! Kenapa lo bawa motor besar? Lo kira gue bisa naik beginian?!"

Radit mengernyit. "Emang ga bisa?" Naufal semakin kesal. "Ga bisa, ganti motor gue aja!" Radit menghela napas. Ia turun dari motor ninjanya, tak lupa distandar terlebih dahulu. Kemudian, ia mengangkat tubuh Naufal, gerakan itu terasa cepat, karena tau tau Naufal sudah berada di jok belakang.

"Udah ya, jangan protes, keburu telat." Radit naik lagi ke motornya, dan tak perlu menunggu lama, Radit sudah menjalankan motornya.

Di jalan raya, Radit menaiki motor dengan ugal ugalan. Naufal terus berteriak, meminta pelan saja, tapi Radit menghiraukan permintaan Naufal, ia malah semakin mengegas motornya.

"Radiiiitttt!!!! Pelan aja woiiii!!!" Naufal memeluk Radit erat, pantatnya sedikit menungging akibat motor Radit adalah motor ninja.

"Gue ga mau mati dulu, sialan!!!" Lima menit, Radit sudah menghentikan motornya. Mereka sampai di tempat parkir sekolahan.

Radit menepuk punggung tangan Naufal yang masih saja memeluknya. "Udah sampai, ga usah takut lagi," katanya dengan suara pelan. Naufal membuka matanya. Ia mendesah lega.

"Dah lah, besok besok ga mau lagi gue minta tolong lo buat nganterin gue." Naufal mengerucutkan bibirnya merajuk. Radit terkekeh. Ia mempersilahkan Naufal untuk turun pertama. Ketika dilaksanakan, Naufal malah terjatuh dari motor Radit.

Radit terkejut, ia segera turun dan membantu Naufal. "Kan! Motor lo tuh sialan banget!" Naufal menerima uluran tangan Radit. Ia juga memukul lengan Radit sedikit kuat karena saking kesalnya.

"Sakit ga?" Naufal mendengus, ia mengelus pantatnya pelan. "Sakitlah! Pake nanya." Berakhir Radit ditinggal sendirian oleh Naufal.

"Ada ada aja."

Sunshine Becomes YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang