10

10 3 0
                                    

Naufal sedang bermain game di ponselnya. Layar gepeng berbentuk persegi panjang tersebut menampilkan orang dengan bola di kaki mereka. Ya, Naufal sedang bermain game bola.

Ketika akan menendang bola menuju gawang, Radit menelepon dirinya. Naufal menggeram kesal, gagal sudah men-suting bola kali ini.

Naufal mengangkat telepon itu dengan ogah-ogahan. Gara gara Radit, tim nya menjadi kalah. "Apa?" Tanyanya pada telepon yang menghubungkan dengan Radit.

"Mau jalan jalan ga?" Naufal mengernyit. "Kemana?"

Di seberang, terdengar kekehan lembut yang tak lain dan tak bukan adalah Radit sendiri. "Beli anak ayam yang warna warni, gimana?" Setelah mendengar ajakan Radit, Naufal berdecak, ia pikir kegiatan itu sangatlah tidak berfaedah karena hanya anak kecil yang akan melalukan hal tersebut.

"Nggak, terima kasih."

"Ku beliin cake rasa cheese deh," Naufal kembali menimbang ajakan Radit. Sebenarnya lumayan, dapat kue gratis. Tapi masa harus beli anak ayam sih?! Apa tidak ada kegiatan lain gitu.

"Selain beli ayam, emang ga ada Dit?" Naufal mulai tergiur oleh iming imingan dari Radit. "Ke rumah ku aja dulu, mau ku jemput apa datang sendiri?" Naufal kembali berdecak. Ia sangat sangat malas pergi kemana mana pada hari Minggu ini. Rasanya ingin rebahan saja di atas ranjang empuknya.

"Tapi gue males," di sana, Radit mengangguk pelan. "Yaudah, ga jadi aja ya?" Naufal mengernyit, kenapa tiba tiba dibatalkan?

"Yakin Dit?"

"Iya,"

"Oke deh kalo itu mau lo." Naufal mematikan sambungan telepon sepihak tanpa menunggu balasan Radit lagi. Ia akan bermain game bola kesukaannya sampai menang.

Setelah setengah jam bermain, Naufal mulai bosan. Ia menyenderkan kepalanya sejenak pada punggung sofa. Saat ingin memejamkan mata, bel rumahnya berbunyi, tanda ada seseorang yang datang.

Naufal membuang nafas kasar. Siapa sih yang bertamu se-pagi ini?!

"Siap- lah, Radit? Ngapain lo kesini?" Radit tersenyum tampan. Ia membenahi tas punggungnya agar lebih nyaman dipakai. "Siap siap sana," kata Radit mendorong masuk Naufal ke dalam rumah lelaki itu. Sedangkan dirinya sendiri akan menunggu di luar.

Naufal menuruti perintah dari Radit. Ia berjalan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Padahal tadi bilangnya ga jadi," monolognya pelan.

Naufal pergi ke kamarnya, ia berganti pakaian dengan yang lebih sopan. Seperti celana bahan yang panjang serta kaos putih lengan pendek. Sekiranya sudah selesai, Naufal kembali ke luar menghampiri Radit.

"Itu lo bawa bawa tas begitu buat apaan," setibanya Naufal di hadapan Radit, Radit langsung menggandeng tangan Naufal lembut, membawanya ke motornya. Naufal yang digandeng Radit pun tak protes sama sekali.

"Tas? Hiraukan saja, kita akan pergi ke mall hari ini," Radit juga memasangkan helm pada Naufal, ia naik ke motornya duluan, melihat Naufal apakah temannya itu sudah bisa naik ke jog belakang sendiri.

"Ga bisa naik," Naufal menatap protes pasa Radit. Radit hanya terkekeh. "Coba aja dulu. Kamu tu tinggi, buat apa ga bisa," Naufal memukul lengan Radit kesal. Karena merasa tertantang, Naufal berusaha menaiki motor ninja milik Radit sendiri. Percobaan ketiga, akhirnya ia berhasil meski akan jatuh lagi. Radit sigap, ia segera menahan tubuh Naufal yang akan terjatuh walau sudah ada di jog belakang.

"Sudah siap?" Naufal mengangguk. Ia terus tersenyum karena merasa bangga dengan apa yang ia capai, yaitu menaiki motor ninja Radit tanpa perlu bantuan lelaki itu.

Sunshine Becomes YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang