7

7 4 0
                                    

Netra milik Radit melihat dengan jelas apa yang terjatuh dari saku milik Naufal, saat Naufal hendak mengambil benda tersebut, Naufal kalah cepat dengan gerakan Radit yang terlebih dahulu mengambil bungkus rokok milik Naufal.

Radit mengangkat tangannya yang menggenggam benda tersebut. "Kamu ngerokok?" Tanya Radit kepada Naufal dengan nada suara yang tetap tenang tetapi dengan wajah yang datar, sama sekali tidak ada senyuman yang terukir di bibir milik Radit.

Naufal menjadi gugup sendiri melihatnya, tetapi ia tidak ingin terlihat lemah dimata Radit, jadi ia memberanikan diri untuk melawan Radit walaupun nada bicaranya sedikit bergetar.

"Y-ya wajar dong, gue kan udah gede! Kayak lo nggak pernah ngerokok aja!" Ucap Naufal dengan nada yang sedikit bergetar, ia sebenarnya sangat payah untuk menyembunyikan rasa gugupnya, dengan melihat netra Naufal yang bergerak ke sana sini saja, Radit sudah bisa memastikan jika Naufal benar benar gugup.

"Aku tau, merokok sudah menjadi kebiasaan yang lumrah bagi sebagian orang, tetapi tidak jika berada di lingkungan sekolah." Jelas Radit sambil menurunkan tangannya yang tadi sempat terangkat saat memperlihatkan bungkus rokok milik Naufal.

"Emang lo siapa?! Ngatur ngatur gue aja." Naufal menjawab sarkas kepada Radit, ah sepertinya Naufal belum ingin mengalah dan mengakui kesalahannya.

Radit yang mendengar itu hanya menghela nafas dan kembali berucap. "Mungkin saat ini kita masih hanya sebatas teman biasa."

Radit mendekatkan dirinya ke arah Naufal dan berbicara setengah berbisik tepat di samping telinga Naufal yang membuat Naufal sedikit meremang geli, karena nafas milik Radit yang menerpa bulu kuduknya secara langsung. "Kita nggak tau kan, kedepannya bakal jadi apa." Radit menyeringai tipis sebelum meniup telinga Naufal dan berlalu pergi dengan membawa bungkus rokok yang tentunya masih berisi rokok milik Naufal.

Naufal masih sama sekali tidak bergeming dari tempatnya berdiri, ia masih melamun karena sedikit shock atas perlakuan Radit terhadapnya, sebelum ia tersadar dan berteriak dengan suara nyaringnya.

"Woi! Rokok gue jangan dibawa anjing!" Tetapi naas, bahkan punggung Radit sudah tidak terlihat lagi dipandangannya. Naufal beralih menatap kantung plastik transparan yang berada di genggamannya.

Naufal menghela nafas dan bergumam. "Untung masih  ada permen." Naufal merogoh kantung plastik transparan tersebut lalu mengeluarkan lolipop rasa stroberi vanila di sana.

Naufal membuka plastik tipis yang merekat pada lolipop tersebut, lalu memasukkan lolipop tersebut ke dalam mulutnya, ia tersenyum senang, saat rasa manis mulai menyerang inra perasanya tersebut, seakan melupakan semua yang baru saja terjadi.

"Ini sangat manis!" Ucap Naufal dengan senyum yang masih terpatri diwajahnya. Oh sepertinya dia melupakan bahwa definisi manis yang sesungguhnya adalah dirinya sendiri!

𖥔 ˑ 𝓢𝓾𝓷𝓼𝓱𝓲𝓷𝓮 𝓑𝓮𝓬𝓸𝓶𝓮𝓼 𝓨𝓸𝓾 ֗ ʚɞ


Saat ini Naufal sudah berada di dalam kelasnya dan sedang duduk manis di dalam kelas, mendengarkan apa yang dijelaskan gurunya di depan kelas, mencoba mematuhi apa yang dikatakan Radit padanya, ekhem maksudnya mencoba untuk menjadi siswa yang lebih baik!

Di jam pelajaran kali ini mata pelajarannya adalah matematika, kelas Naufal kali ini mempelajari materi logika matematika.

"Contohnya, angka 2 adalah bilangan genap merupakan pernyataan yang benar. Bilangan genap merupakan bilangan bulat dan habis dibagi 2. Angka 2 termasuk bilangan bulat dan akan habis jika dibagi 2." Pak Surya (salah satu guru matematika yang mengajar di kelas 11) menerangkan di depan kelas.

Sedangkan di barisan keempat dari depan, tepatnya di meja yang sedang diduduki Naufal, Naufal mencoba memahami apa yang Pak Surya katakan hingga alisnya menukik saking seriusnya.

Sunshine Becomes YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang