3

11 4 0
                                    

Sepulang sekolah, Naufal sudah terlebih dahulu berada di parkiran, tepat di samping motor ninja milik radit. Ia sudah menunggu di sana selama seperkian detik, tetapi menurutnya itu sudah sangat melelahkan.

Naufal merogoh saku celana abu abunya lalu mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam sakunya, ia mendial log panggilan pada kontak yang ia beri nama 'Radit🦁' Naufal menempelkan benda pipih tersebut ke daun telinganya.

Setelah beberapa saat panggilan tersambung dan suara Radit di seberang sana masuk ke dalam rungunya. "Lo dimana? Gue udah nunggu lama banget, lo mau buat gue jadi mati kutu kayak lo?" Naufal berbicara dengan tidak sabaran, sedangkan yang di seberang sana hanya menghela nafas lalu menjawab.

"Ada ekskul" jawaban itu semakin membuat naufal berkali kali lipat lebih kesal. "Sial! Kenapa nggak bilang kalau lo ada ekskul? Tau gitu gua udah naik helikopter dari tadi." Yang di seberang sana terkekeh dan menjawab. "Sini, aku di ruang seni."

Tanpa babibu lagi Naufal segera melangkahkan kaki jenjangnya ke ruang seni, seperti yang Radit ucapkan.

○●

Di depan ruang seni ia sudah melihat Radit yang berdiri di sana, menunggu Naufal. Setelah sampai di depan Radit, Naufal membuka suara. "Ayo pulang!" Naufal berbicara dengan nada setengah merengek dan wajah yang kesal.

Tetapi menurut Radit, itu malah menambah kadar manis Naufal bertambah berkali kali lipat! "Aku tidak bisa," jawab Radit. Setelahnya ia memegang kedua pundak Naufal. "Kalau mau pulang sekarang, duluan aja, aku ga mau absen dan ngebuat nilai ekskul aku turun."

Ini adalah kalimat terpanjang yang pernah Naufal dengar yang keluar dari bibir radit. "Gue mau nunggu lo aja." Final Naufal. "Yaudah, ayo masuk" ajak Radit dan hendak menarik tangan Naufal, tetapi Naufal menahannya. Radit menoleh dan memasang raut wajah bingungnya. Seolah bertanya 'kenapa?'

"Gue kan nggak ikut ekskul seni! Emang boleh ikut masuk?" Jawab Naufal seakan tau apa yang membuat Radit kebingungan.

"Boleh, hari ini yang ngajar bukan guru aslinya." Jelas Radit. Dan akhirnya Naufal mengikuti langkah Radit untuk masuk ke dalam ruang seni dengan tangannya yang berada di genggaman Radit.

○●

Naufal duduk tepat di samping Radit dan di setiap kursi di depannya terdapat easel stand yang menyangga kanvas putih.

Naufal mencondongkan tubuhnya kepada Radit dan berbicara setengah berisik. "Lo suka gambar?" Radit menoleh dan mengangguk sembari tersenyum hingga menampilkan eye smile miliknya. Naufal berdecak saat menerima balasan yang menurutnya kurang memuaskan.

Tidak lama kemudian guru pengampu ekskul seni masuk dan memberikan salam kepada semua siswa yang berada di ruangan tersebut lalu mulai memperkenalkan diri, karena ini adalah pertemuan pertama bagi siswa kelas sepuluh yang baru bergabung dengan ekskul seni.

"Perkenalkan nama saya Pradipta Ravindra, kalian bisa  panggil saya Pak Ravi, sebenarnya guru yang mengampu kalian di ekskul seni bukan saya, saya disini hanya bertugas sementara karena Pak Andre sedang berhalangan untuk hadir." Ucap Pak Ravi memperkenalkan diri.

"Di pertemuan kali ini kita akan melakukan perkenalan dengan alat alat lukis yang akan kita gunakan terlebih dahulu."

"Kita akan menggunakan beberapa kuas, salah satunya adalah kuas bright yang digunakan untuk membuat garis pendek dan tebal." Jelasnya.

Dan blablablabla,

Naufal sama sekali tidak berminat untuk memerhatikan apa yang dijelaskan oleh pak Ravi di depan sana, oh ini sengat membosankan, terlebih ini bukanlah bidangnya. Mengapa Radit ingin saja membuang waktunya hanya untuk mendengarkan hal seperti ini, di tengah lamunannya, ia merasakan ada elusan di pahanya, ia menoleh ke arah si pelaku, yang ternyata adalah Radit.

"Kamu sakit?" Tanya Radit kepada Naufal lalu segera menyentuh dahi Naufal dan membandingkan dengan miliknya. Tidak panas.

"Kapan ini berakhir, ini tidak menarik sama sekali, kapan kita pulang?" Tanya Naufal kepada Radit. "Sebentar lagi." jawab Radit sembari mengelus rambut Naufal yang tak setebal miliknya. Naufal hanya mengangguk dan menghela nafas.

○●

Ekskul seni berakhir pada pukul 4 sore. Dan itu tidak seperti apa yang Radit katakan pada Naufal yaitu 'sebentar lagi'. Rasanya pantatnya kebas karena duduk terlalu lama.

Sepanjang perjalanan di koridor sampai di parkiran Naufal tetap tidak merubah raut kesalnya, sedangkan Radit, hanya diam dan terus menggenggam tangan Naufal.

Dan saat sudah berada di samping motor ninja milik Radit, Radit melepaskan genggaman tangannya dan menaiki motornya, ia melihat ke arah Naufal saat ia mendapati Naufal yang tak kunjung menaiki motornya, Radit akhirnya turun dari motornya dan menghampiri Naufal.

"Ah iya, kamu tidak bisa menaikinya," saat Radit hendak mengangkat Naufal seperti yang ia lakukan di pagi hari, Naufal dengan cepat menepis tangan radit.

"Kenapa?" Tanya Radit kepada Naufal, tetapi Naufal tidak menjawabnya dan malah memalingkan mukanya dan mencebikkan bibirnya. "Kamu marah?" Radit lagi lagi bertanya dan lagi lagi tidak mendapatkan jawaban.

Radit menghela nafas, dan ia teringat sesuatu. "Bagaimana jika aku membelikanmu susu stroberi, es krim stroberi, macaron berwarna pink,  pocky strawberry, yupi stroberi, hello panda stroberi, tini wini biti warna pink-" 

Ucapan panjang yang Radit ucapkan kedua kalinya pada Naufal terpotong saat Naufal tiba tiba menyela dan berkata dengan matanya yang berbinar "YA YA YA, ekhem maksud gue okelah kalo lo maksa!" Radit hanya terkekeh mendengarnya, ternyata tidak sulit membujuk Naufal yang sedang kesal.

Lalu setelahnya Radit mendudukkan Naufal di jog penumpangnya seperti yang dia lakukan tadi pagi.

•○●

Sesampainya di supermarket setelah Naufal turun terlebih dahulu, Radit mengikuti langkah Naufal yang berada di depannya, dan membiarkannya mengambil apapun yang diinginkan, tidak apa, hitung hitung sebagai ucapan maaf.

Setelah selesai memilih dan membayar semuanya, sekarang mereka berdua bukannya berada di rumah tetapi malah pergi ke kedai ramen samping supermarket karena Naufal yang menginginkannya.

Sambil menunggu, Naufal memakan es krim yang tadi ia beli saat berada di supermarket. Naufal memakan eskrim tersebut dengan tidak rapi dan menyisakan lelehan eskrim di sudut bibirnya.

Ibu jari milik Radit bergerak untuk mengusap sudut bibir Naufal yang belepotan, lalu ia mencicipi es krim yang berada di ibu jarinya tersebut. Yang membuat Naufal terdiam sepersekian detik.

Tetapi Naufal tidak ingin ambil pusing, dan hanya mengendikkan bahu, dan melanjutkam acara 'mari makan es krim'.

Sedangkan radit hanya tersenyum dan membatin. 'ternyata lebih enak memakan es krim dari sudut bibirnya, bagaimana jika dari bibirnya langsung?'

Oh tidak tidak! Apa yang ia pikirkan. Ia segera menepis jauh jauh pikirannya yang tidak tidak itu.

Dan saat ramen milik mereka sudah sampai, mereka memakannya dan Radit memulangkan Naufal pada pukul 5 lewat 15 menit.

Sore itu, di saat matahari hampit terbenam, mereka memiliki pengalaman yang menyenangkan!

Doakan semoga mereka bisa merasakannya lagi.

Sunshine Becomes YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang