Sabtu di rumah Radit.
Sesuai perkataan Radit hari di mana Naufal membolos untuk yang kedua kalinya di minggu ini, ia menyambut dengan senyuman lebar kedatangan Naufal di rumahnya.
"Cepet banget datengnya," Radit merapihkan anak rambut Naufal yang cukup berantakan ketika mereka sudah berada di jarak yang dekat. Naufal diam sejenak, memperbolehkan rambutnya ditata oleh Radit.
"Soalnya mau ketemu Aksa," ujar Naufal ketika Radit sudah selesai merapikan rambutnya. Ia tanpa kata menyelonong begitu saja masuk lebih dalam ke rumah Radit.
"Ortu lo di rumah ga?" Tanyanya sembari menerima sebungkus yupi berbentuk beruang dari Radit. "Pergi ke pasar, sepertinya," Radit tersenyum lagi ketika Naufal memakan yupi pemberiannya dengan ekspresi senang.
"Besok besok beliin gue aneka manisan kek gini lagi, ya," ketika yupinya sudah tak tersisa, Naufal memberikan bungkusan kosong itu pada Radit. Simpelnya, ia tak ingin susah susah untuk membuang sampah itu.
"Bakal ku turuti kalo kamu bilang, 'Radit ganteng'" Radit memasukkan sampah yupi yang diberikan Naufal ke dalam sakunya. Biarkan saja, ia akan membuang plastik itu nanti.
"Gantengan gue anjir, narsis bet lo," Naufal membalas dengan menatap Radit sinis. Ia seakan tak ikhlas bahwa Radit berkata seolah olah ketampanannya itu tersaingi oleh lelaki lain.
"Fine. Aneka manisan melayang~" Radit terkekeh halus. Ketika Naufal akan membalas perkataan Radit, tiba-tiba bel rumah berbunyi. Radit bangkit dari sofa, meninggalkan Naufal sendiri di sana.
Pagi Naufal datang adalah jam delapan, dan sekarang sudah jam delapan lewat lima belas menit. Lalu, di mana Aksa? Adik Radit itu sepertinya ikut orang tua mereka ke pasar, jadi presensi Aksa tidak ada di rumah ini sekarang.
Wajah Naufal seketika mengeluarkan ekspresi masam setelah melihat siapa yang datang. Fara. Perempuan pick me itu sudah datang.
"Loh? Naufal, ngapain kamu di sini?" Tanya Fara dengan nada yang sok imut itu. Apalagi ia bergelayutan manja di lengan Radit.
Radit menanggapinya dengan biasa saja, karena teman teman perempuannya yang lain pun juga suka sekali menggoda dirinya, meski tak separah Fara sih.
"Suka suka gue lah anjing, gada urusannya sama lo," Naufal berdiri dari duduknya, ia berjalan menghampiri Radit serta Fara yang masih berdiri. Dan kalian pasti sudah tau apa yang terjadi selanjutnya.
"Minggir, badan lo bau, kasian temen gue harus nahan bau badan lo," katanya sinis. Naufal menghempaskan tangan Fara yang dengan seenaknya menggandeng Radit romantis.
Ia mana ikhlas.
"Ih apaan sih, aku udah mandi pake segala ritual ya, memang dasarnya anak orang kere tuh ya kaya kamu gini, ga tau segala macam wangi wangian," sembari mengoceh, Fara berpindah posisi menjadi berada di sisi kiri Radit setelah sebelumnya ada di posisi kanan.
Rasa ingin menonjok Fara semakin menjadi. Naufal kesal, kenapa Fara harus berkata kalau ia anak orang kere? Meski tampang kere gini juga hartanya sebelas dua belas dengan Radit. Cuman memang minus keharmonisan keluarga aja.
Naufal melepas genggaman tangannya pada lengan Radit. Ia berjalan menjauhi mereka dengan kaki yang dihentakkan kesal.
"Fara, kalau kamu masih waras, ada baiknya kalau tidak berkata soalan pribadi," Radit tak terima ketika Naufal menjadi kesal dan mungkin sedih. Ia menatap Fara datar lalu melepaskan tangannya dari genggaman Fara.
"Kamu duduk di sana dulu, aku mau ke dapur sebentar," ujar Radit pada Fara. Ia menunjukkan tempat yang memang khusus untuk belajar. Tanpa meja belajar sih, karena tempat itu memakai karpet dan sudah tersedia papan tulis mini. Aksa sering belajar di sana, di tempat itu dan diajari oleh Radit.
Sebelum ke dapur, Radit sempat menghampiri Naufal di sofa yang masih memasang wajah masam. Ia tersenyum, lalu mengelus surai Naufal penuh perhatian. "Ku buatin susu ya? Tapi rasa vanila, ga papa kan?" Naufal mengangguk. "Ikut," kini gantian Radit yang mengangguk.
Di dapur, Naufal terus saja memakan bubuk susu warna putih itu. Padahal belum dikasih air, namun Naufal selalu memakannya. "Fal, nanti lama lama bubuk susunya habis," Radit terkekeh sejenak melihat wajah cemong Naufal. Ia membersihkan area mulut temannya itu hingga bersih.
"Aku ambil ya," setelah membersihkan mulut Naufal, Radit mengambil bungkusan berisi bubuk susu. Naufal merengek meminta bubuk itu kembali. "Jangan diambil, gue masih mau makan," Naufal mencoba meraih bungkus bubuk susu itu yang terhalang oleh badan besar Radit. Ia akan terus gagal karena bubuk susu itu sudah dijauhkan di tempat yang benar benar tak bisa dicapai tangan Naufal.
"Itunya besok lagi, nih nih, minum susunya aja," selesai mmengaduk susu, Radit segera memberikan segelas berisi susu hangat kepada Naufal.
Mau tak mau Naufal menerima susu itu. Wajahnya juga sudah bahagia kembali.
"Hei, kenapa kalian lama banget sih? Aku nunggunya sampe lumutan loh ini," baru saja Naufal akan meminum susu buatan Radit, tiba-tiba Fara mengintrupsi kegiatannya. Ia menukikkan alisnya sebal.
"Alay," ia sempatkan untuk berkomentar karena kegiatan selanjutnya adalah meminum susu perisa vanila buatan Radit itu.
"Jangan cerewet deh. Ayo Radit, kita mulai," Radit menghela napas kemudian ia mengangguk, sedikit tak ikhlas.
"Minum susunya sambil duduk, manis," ketika Naufal sudah tidak minum susu itu, tanpa aba-aba Radit merebut gelas susu buatannya dari tangan Naufal. "Ayo," ia berjalan sembari membawa segelas susu Naufal ke sofa.
"Aku ke sana dulu ya, kalo kangen hampiri aja. Sebentar lagi Aksa juga pulang," Radit tersenyum tampan, ia mengusak rambut Naufal dan selanjutnya ia mengikuti Fara untuk mengajari perempuan itu.
Selang beberapa menit, Aksa dan orang tua Radit pulang. "Kami pulang~" sapa Aksa ceria. Ia membinarkan matanya ketika melihat atensi Naufal berada lurus tepat di depannya.
Naufal ikut tersenyum. Ia sedang menahan muak mendengar celotehan Fara yang sangat alay itu, dan untungnya Aksa sudah kembali. "Aksaaa, abang kangen tau," Naufal bangkit dari duduknya di sofa, ia berlari menuju Aksa dan segera memeluk adik Radit tersebut.
"Aksa juga kangen sama abang Pal," Naufal mengangguk. Tak sengaja matanya bersitatap dengan orang tua Radit yang masih berada di depan pintu masuk. Ia sempatkan senyum ramah, dan lanjutkan memeluk Aksa untuk waktu sebentar lagi.
"Hai tante, halo om," setelah puas memeluk Aksa, Naufal lanjut menyapa orang tua Radit. Dengan senyuman manis andalannya, ia menyalimi tangan kedua orang tua Radit. Berbeda dengan Fara yang hanya berdiri menatap orang tua Radit. Perempuan itu memang tersenyum, namun bukan senyuman ikhlas sesungguhnya.
"Siapa nama kamu nak? Manis banget, sih," Ibu Radit tak kuasa menahan rasa gemasnya pada Naufal. Ia mencubit pipi gembil Naufal pelan, dan terpekik gemas. "Naufal, tante, hehe," ibu Radit tersenyum manis. Ia sepertinya senang kedatangan tamu se-gemoy Naufal.
"Kamu nona, siapa namamu?" Tanya ibu Radit seramah mungkin. "Ah, hai tante, aku Fara," Ibu Radit hanya mengangguk saja. "Okedeh, tante sama om ke atas dulu ya. Kalo butuh bantuan, panggil aja," Naufal mengangguk. Dan yang lainnya juga ikut mengangguk.
Sebelum pergi ke lantai atas, ayah Radit sempat membisikkan sesuatu. "Kamu saya restuin," dan Naufal hanya bisa tersenyum. Tersenyum malu, tersipu hingga seperti tomat busuk. Ia mengangguk, mencoba menghiraukan bisikan ayah Radit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Becomes You
RomansaRadit yang terus memikirkan Naufal, dan Naufal yang selalu rindu pada Radit. • • • • • • • • bxb.