#1

1.5K 53 2
                                    

"Oh. Oh. Lihatlah...!!" Pria itu bicara sambil menunjuk dengan semangat ke atas langit. Mata biru saphirenya bersinar-sinar, membuat seorang anak laki-laki di sampingnya bingung sendiri. Ikut-ikutan melihat ke arah tunjukkan dengan wajah tak mengerti.

"Apanya yang disuruh lihat, Kak?" Tanya anak itu masih dengan kebingungan di wajahnya. Tidak ada yang aneh, hanya langit biru yang terhampar luas dan awan yang melayang-layang. Sungguh, semuanya normal. Tapi, kenapa senior di sampingnya ini masih saja memasang ekspresi seakan ada jerapah terbang di atas sana?

"Langitnya..." 

"Apa?"

"Langitnya..."

"Iya! Langitnya kenapa, kak?!"

"...Warna biru!" Rasanya ingin sekali terjungkal begitu mendengar jawaban disertai cengiran tak bersalah pria itu.

"Yaelah, Kak Naruto! Dari zaman bahula juga udah kayak gitu, kali!"Kata junior itu sewot banget. Pingin banget gampar seniornya itu pake sepatu.

"Hehehe...Bercanda kok, Konohamaru" Uzumaki Naruto nyengir makin lebar begitu tahu kalau bercandaannya kena sasaran. Sarutobi Konohamaru, juniornya, cuma bisa cemberut dijahilin begitu.

"Lagipula, dibanding kita nggak punya kerjaan kayak orang pengangguran gini, bagaimana menurut Kak Naruto kalau kita bertanding lagi? Rasanya sudah lama sekali kita tidak berkompetisi tentang sesuatu, kan? " Kata Konohamaru mulai merubah topik. Bicara dengan semangat dan cengiran di wajah.

"Apa...kita perlu bertarung lagi tentang sesuatu?" Naruto mengusap-usap dagunya, berfikir.

"Bagaimana dengan adu rasengan?" 

"Hei. Kau mau merusak fasilitas? Kerusakannya besar sekali kalau kita adu rasengan di desa," 

"Kalau begitu. Bagaimana dengana adu makan ramen?" Perkataan Konohamaru yang selanjutnya sukses membuat Naruto sumringah sendiri.

"Nah. Itu baru bagus!"

"Kalau begitu, nanti Kak Naruto yang bayarin ya?" Kata Konohamaru hampir melesat pergi, hendak mendahului ke kedai ramen favorit dan langganan mereka, sebelum dirinya ditahan oleh Naruto.

"Apa maksudmu dengan 'bayarin' ? Aku yang nraktir begitu?" 

"Ya iya dong. Kan Kak Naruto yang lebih tua. Masa' aku yang nraktir sih? Nanti harga dirinya Kak Naruto sebagai seorang senior hancur berkeping-keping, lo" Kata Konohamaru dengan kedua tangan dilipat di belakang kepala. Menatap Naruto dengan watadosnya.

"Enak aja! Nanti aku dong yang habis uangnya! Nggak jadi! Nggak jadi! Aku sedang di tengah usah nabung, nih. Kau ingin seniormu ini jadi melarat gitu?" 

"Yaelah, Kak. Nggak usah sampai segitunya. Lagian cuma ramen aja kok. Nggak mahal, kan?" Kata Konohamaru merasakan omelan Naruto terlalu berlebihan cuma untuk ramen. Kayak ramen harganya 1.000.000 perporsi aja.

"Kau itu tak tahu bagaimana kehidupan seorang shinobi sepertiku sehabis menikah. Terlalu banyak pengeluaran tahu!" Kata Naruto masih setia dengan omelannya. Dan, memang baru juga beberapa minggu sejak pernikahannya dengan Hyuuga Hinata. Seorang putri pemimpin Klan Hyuuga yang terpandang sekaligus temannya juga yang sekarang sudah berganti nama menjadi Uzumaki Hinata. Mengingat itu membuat Naruto rasanya mau mesam-mesem sendiri.

"Lagian sepertinya Kak Hinata nggak sampai segitunya juga" Kata Konohamaru dengan ekspresi cemberutnya akan kepelitan seniornya.

"Pokoknya nggak ada acara traktiran" 

"Ya udah deh" Dengan bibir yang mengerucut, Konohamaru bergumam-gumam kesal. Memasang ekspresi cemberutnya. Tapi, tak lama, Naruto kelihatan melihat sesuatu yang menarik perhatiannya.

CrushedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang