#8

407 31 2
                                    

Bara api menyebar. Api menjalar, dan bukan hanya itu. Bola-bola api juga melesat kesana kemari. Di sini dan sana adalah api. Banyak shinobi yang sudah ditaklukan, terlihat bergeletakkan di tanah dengan luka melepuh di kulit mereka. Beberapa orang yang lain berusaha menyelamatkan beberapa teman mereka itu sembari berusaha keras tidak terkena sambaran api yang meluncur kea rah mereka. Di sana, diantara manusia-manusia es buatan, seorang wanita berdiri tanpa bergerak. Semua api yang muncul berasal darinya. Ketika dia merapal segel, sambaran api kembali muncul. Terus muncul.

"Ya ampun. Ini sangat merepotkan" Keluhnya dengan kesal.

"Bagaimana bisa dua pria itu meninggalkan seorang perempuan sepertiku untuk mengurus hal ini sendirian? Mereka kejam sekali," Dia bicara dengan dirinya sendiri lagi. Dia memang agak kesal dengan bagiannya yang harus dia lakukan sendiri tanpa bantuan lain selain manusia buatan rekannya ini. Terlebih lagi, dia tak tahu apakah rekannya itu tidak bisa membuat manusia jadi-jadian yang bentuknya lebih bagus sedikit? Kenapa tidak ada satupun dari manusia buatannya yang enak dipandang sedikit?

"Tapi, satu jam? Apa itu cukup?" Suruki mulai berfikir dengan tak yakin. Satu jam bukanlah waktu yang lama. Itu sangatlah singkat, terlebih lagi dengan tujuan yang sedang ingin mereka capai saat ini. Tapi, selanjutnya dia hanya terdiam tanpa memikirkan kembali kecemasannya itu.

"Biarkan saja duo bodoh itu yang mengurusnya. Aku mengurus yang disini. Walau hanya bermain-main," Kata Suruki dengan senyuman di wajah. Dia kembali memusatkan perhatiannya ketika beberapa orang kembali muncul. Sambaran api pun juga mengikuti. Sekejap, Konoha mungkin akan jadi lautan api (?).

.....

"Aku tak mengerti kenapa kita harus mendapatkan bagian untuk melakukan kekacauan di sini," Pria bertopeng aneh itu bicara sambil melihat ke sekitar. Arro melipat kedua tangannya di depan dada. Tampak bosan dan tak tertarik bahkan setelah dia membuat kekacauan besar di sini.

"Jangan banyak mengeluh. Lagipula, Suruki yang harus membuat kekacauan di tempat lain sendirian saja melakukannya," Kali ini rekannya yang berwajah flat, Sinzou, bicara tak peduli dengan keluhan temannya. Arro meliriknya sedikit kesal sebelum dirinya memperhatikan lagi pemandangan bangunan yang berdiri di hadapannya.

"Dia juga kubantu dengan manusia buatanku. Jadi, setelah ini dia harus berterimakasih. Tapi, di sini sepertinya-" Dia tak melanjutkan ucapannya lebih lanjut ketika beberapa shinobi lain datang. Raut mereka berubah begitu terkejut begitu melihat bagaimana kondisi di sini sekarang. Mengesampingkan tentang rumah sakit yang sudah kosong, di sini benar-benar berantakan. Ada banyak shinobi yang sudah terkapar tak berdaya di tanah. Bahkan, mereka tak perlu untuk ragu lagi bahwa ini semua adalah ulah si dua orang di sana.

"Oh. Apa ini? Ada lagi ya?" Arro bergumam santai, raut mukanya berbanding terbalik dengan wajah-wajah terkejut yang ada di hadapannya saat ini. Tak perlu menunggu apapun lagi, salah satu shinobi di sana langsung berteriak dengan lantang.

"Serang mereka!" dia memberi aba-aba, menghasilkan serangan bersamaan dari yang lainnya. Arro menyunggingkan sebuah senyum tipis sebelum ikut maju ke depan. Sedangkan, rekannya masih berdiri diam di tempat.

Arro bukan orang yang dengan pamer dan sok beraninya maju. Nyatanya, dia sangat ahli dalam taijutsu dan pertarungan jarak dekat. Hanya dengan tangan kosong dan pada beberapa waktu menggenggam kunai, dia berhasil merobohkan beberapa shinobi sendirian. Walaupun jelas di pinggangnya terpajang dengan rapi sebuah pedang di sana, dia sama sekali belum menariknya dari tadi.

Berbanding terbalik dengan Sinzou yang diam di tempat, bahkan ketika beberapa orang menyerangnya. Hanya menggerakkan jari telunjuknya sedikit saja orang-orang itu langsung berhenti bergerak.

"A...Apa ini?" Mereka bertanya dengan kebingungan. Di antara sinar matahari, sebuah kilatan memantul. Sebuah benang tipis transparan yang berwarna hitam tampak mengambang di udara. Menahan gerak mereka.

CrushedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang