"Bukan yang ini ya?" Seorang pria dengan topeng menutupi sebagian dari wajahnya bertanya dengan tenang sambil memandang santai tubuh yang terbaring kaku di tanah dingin.
"Sepertinya bukan" Rekannya yang satunya bicara. Tampak bekas-bekas luka di setengah bagian wajahnya.
"Jadi, kita harus mencari yang lain?" Tanya si pria bertopeng itu lagi, namun anehnya bukannya bicara pada rekannya, dirinya kali ini justru mengarahkan pandangannya di dalam gua yang gelap. Seperti sedang bicara dengan seseorang di sana ketika nyatanya tak ada apapun yang bisa dilihat selain kegelapan yang mencekam. Tapi, keanehan belum selesai, karena dengan tiba-tiba suara misterius muncul dari sana.
"Tentu saja. Ini belum cukup sama sekali," terdengar seperti suara seorang gadis namun bahkan sampai saat ini belum tampak sama sekali sosoknya. Suara itu terdengar bergema, memantul di antara dinding-dinding gua.
"Kali ini, kalian harus carikan yang lebih baik," Lanjutnya lagi.
"Itu sedikit merepotkan," helaan nafas disertai dengan suara yang lain kali ini ikut terdengar. Di sudut gua yang lain, seorang wanita dengan senyumnya mulai angkat bicara. Dia memainkan percikan-percikan api kecil yang muncul dari tangannya.
"Tapi, kalau demi tujuan yang tercapai. Kenapa tidak?" lanjutnya, menghentikan permainan tangannya kemudian ikut menatap ke arah suara misterius tadi berasal.
"Yah...Benar juga. Kali ini, kalian mau cari kemana lagi?"Tanya pria bertopeng pada kedua rekannya, disahut oleh rekan wanitanya.
"Aku akan kembali mencari di Tsuna,"
"Kenapa kau kelihatannya terlihat terobsesi sekali dengan Tsuna?"
"Di sana sedikit panas. Cocok dengan kesukaanku,"
"Kalau begitu, aku akan ke Kurogakure" Kali ini ganti pria satu lagi yang bicara.
"Bukankah...itu desa kecil?"
"Memang. Tapi, apa salahnya mencari di sana?"
"Yah sudahlah. Kalau begitu, mungkin aku akan ke desa kemarin lagi," Kata pria bertopeng itu.
"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang" Kata si pria dengan bekas luka sebelum benang-benang hitam transparan muncul begitu banyak, memutari dirinya hingga kemudian menghilang tanpa sosok.
"Aku juga akan pergi,"
"Hei. Tunggu dulu. Siapa yang akan menyingkirkan orang mati ini kalau kalian semua pergi duluan?"Tanya si pria topeng, mencegah si wanita api ketika mau pergi. Dirinya menunjuk ke arah mayat yang sudah terbujur kaku itu.
"Aku sih nggak mau banget, nanti tanganku yang indah dan lembut ini rusak kalau disuruh buat megang mayat. Kau aja deh yang menyingkirkannya, lagipula itu kan sudah tugasmu. Mengangkati orang mati. Sudah, aku pergi dulu," Kata si wanita api tak peduli, dan kemudian dengan seenak jidat langsung pergi begitu saja entah kemana, meninggalkan si pria topeng tadi sendirian untuk menyingkirkan mayat tadi. Merasa ditipu, si pria topeng langsung protes.
"Kenapa harus aku dan selalu aku?"Gerutunya kesal, tapi bagaimana lagi cuma ada dia yang tersisa di sini. Sehingga, dengan raut buruknya, dia terpaksa untuk membawa mayat itu.
"Sial. Bisa-bisanya jadi tukang ngangkut mayat. Kali ini, harus diletakkan kemana?" Dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya bingung.
Cih, lihat saja. Dia akan menjadi yang pertama menemukan orang yang tepat dari yang lainnya.
.....
Berkali-kali, pria bermasker itu mendesah dengan frustasi. Matanya dengan tajam memandang terus sebuah gulungan di depannya. Beberapa kali bergumam 'bagaimana kalau mereka saja?' sebelum melanjutkan dengan 'tidak. Tidak. Tidak'. Begitu seterusnya tanpa henti. Entah apa yang sedang dipikirkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crushed
FanfictionKonoha tiba-tiba dihantam oleh sebuah teror aneh. Lagi? Bahkan setelah perang dunia shinobi keempat? Iya. Ini adalah satu-satunya masalah yang harus dipikirkan jawabannya oleh semua orang, tapi tidak untuk Haruno Sakura. Selain teror ini, dia juga...