#7

394 28 2
                                    

"Senpai~" Suara memanggil ini sudah cukup membuat Sakura yang sedang beres-beres mejanya teralih. Saat itulah matanya dengan mudah bisa menemukan sesosok manusia yang ngintip dari balik pintu. Tami, juniornya yang sangat riang ini, entah sejak kapan telah melihatinya dari sana. Jujur saja, Sakura tak mengerti mengapa junirnya ini begitu suka ngintip-ngintip ke dalam ruangan senior-seniornya. Sebenarnya, biasanya bukan hanya Sakura sih yang jadi korbannya, tapi mungkin hari ini dia saja yang kena apesnya.

"Ada apa?" Sakura bertanya akan tingkah aneh Tami. Anak itu sendiri sudah melangkah masuk ke dalam ruangan.

"Aku bawa sedikit pertanyaan untuk senpai. Ekslusif dari Sorona Tami, junior senpai yang cantik ini," Tami mengulur-ulur banyak waktu hanya untuk pujian diri sendiri tak berarti darinya, membuat Sakura menghela nafas dan menggulirkan matanya bosan. N

"Aku dengar dari 'senpai sebelah'..." ini panggilan darimana lagi ada acara 'senpai sebelah' segala?

"...senpai mau cutikah? Shift senpai udah selesai?" Tanya Tami melanjutkan ucapannya, tak peduli panggilannya yang absurd itu.

"Bukan cuti juga sih. Aku hanya dapat tugas tersendiri dari hokage. Jadi, mungkin aku akan lepas tugas perawatan di rumah sakit untuk sementara waktu dan jam kerjaku di sini juga akan berkurang banyak. Setelah ini juga aku akan selesai," Jelas Sakura. Tami mengangguk-angguk paham. Jelas saja saat ini Sakura sudah berkemas-kemas padahal masih jam segini.

"'Tugas tersendiri'? Dimanapun aku dengar kata-kata itu, itu terdengar sangat keren. Apakah itu tugas yang sangat penting? Oh. Aku mengerti. Ini ada hubungannya dengan masalah Konoha akhir-akhir ini kan? Aku pikir senpai sudah selesai dengan laporan pemeriksaannya?" katanya. Tentu yang sedang dia maksud adalah ketika Sakura ijin keluar rumah sakit untuk menyerahkan laporan pemeriksaan ke Kakashi waktu itu. Sakura menghela nafas.

"Ya, memang. Tapi, hokage keenam terlalu banyak permintaannya. Dia terus-terusan memintaku untuk memeriksa ini dan itu jadi aku tak bisa untuk menolak terlalu banyak," Kata Sakura, mengingat bagaimana senyum menyebalkan mantan senseinya itu yang sewaktu-waktu ingin sekali dia lempar sama sepatu.

"Senpai ngata-ngatain hokage kayaknya gampang banget ya? Apa gara-gara dia mantan sensei senpai jadinya begitu?" Tami tampak keheranan akan bagaimana Sakura bisa dengan enteng nan gampangnya mengata-ngatai sang hokage keenam yang bermuka seperti orang baru lembur 7 hari 7 malam itu. Sakura hanya tersenyum sepat mendengar itu.

Justru, karena dia adalah mantan gurunya, itu malah membuatnya bisa dengan tanpa sungkan nan santainya minta bantuan seperti itu. Dan anehnya, orang-orang yang disuruhnya juga mau-mau saja melakukan apa yang dimintanya, Sakura sendiri misalnya? Padahal, Kakashi sama sekali tidak memaksa. Dia juga tidak memohon-mohon sampai bersujud-sujud di lantai. Tidak juga mengingatkan bahwa dia adalah hokage. Tidak, yang dia lakukan hanyalah apa? Hanya tersenyum dengan begitu ramahnya. Entahlah apakah karena kharismanya sudah memancar keluar begitu besarnya atau bagaimana namun hal ini membuat Sakura tiba-tiba curiga kalau senseinya itu sebenarnya diam-diam bisa menghipnotis orang.

"Aku juga berfikir-fikir lagi tentang pembicaraan yang waktu itu. Senpai setim sama Uzumaki Naruto yang terkenal, dan Uchiha Sasuke yang keren. Sensei senpai juga...lumayanlah...walau udah umur 30-an tapi kayaknya awet muda ya? Jadi, aku merasa bahwa pasti menyenangkan sekali bisa setim dengan mereka," Tami mungkin sama seperti ribuan orang diluar sana yang salah mengerti dan salah mengartikan pernah menjadi satu tim dengan nama yang melegenda seperti mereka itu menyenangkan. Nyatanya, Sakura harus menguras keringat dan air mata hanya untuk bisa bertahan selama bertahun-tahun dalam tim ini. Bahkan, hanya untuk berjalan 'sejajar' saja sama sekali tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan. Dia merasa seperti menantang dunia saking sulitnya.

CrushedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang