#5

528 32 3
                                    

"Apa?" Shikamaru asal mengeluarkan satu kata acak setelah dia mendengar cerita panjang lebar Naruto yang sepanjang dia dengar tidak ada satupun yang berhubungan dengan kehidupannya yang selalu terbebani dengan tugas sebagaimana seorang asisten hokage.

"Kenapa cuma ngomong apa? Ikutan komentar atau apa gitu dong" Naruto tak puas. Melupakan sama sekali fakta bahwa pria nanas itu sedang disibukkan dengan kertas dokumen yang masih dia bawa sampai kedai Ichiraku. Dengan satu tangan menumpu dagunya, matanya sama sekali tidak merubah arah pandangannya. Tetap membaca dengan khidmat kertas itu.

"Aku harus komentar apa?" Shikamaru malah balik nanya.

"Ya apa gitu. Terserahlah, yang penting jangan buat cerita panjangku ini jadi percuma" Kata Naruto dengan mata disipitkan.

"Aku tidak bertanya tentang hal yang kau ceritakan, Naruto. Terlebih aku bosan topikmu sama terus dari tadi,"

"Sama apanya? Ceritaku bervariasi tahu!" Naruto membalas dengan ekspesi yang masih sama, untuk kali ini Shikamaru menghela nafas kemudian menoleh ke arah Naruto.

"Ya...beda darimanya? Yang kau bahas dari tadi cuma Sasuke dan Sakura." Kata Shikamaru membuat Naruto terdiam sebentar. Ya, ya, ya, dia tahu kok kalau mereka berdua itu sahabat teristimewa Naruto yang mungkin sudah merangkap seperti saudaranya sendiri. Tapi, ya telinga juga punya kapasitas batas untuk mendengarkan satu topik cerita. Kalau topiknya diulang-ulang terus, jelas jenuh.

"Itu topik yang HOTS akhir-akhir ini" Naruto membalas seadanya. Tak bisa menyangkal hal itu, dia terlalu sibuk, terlalu fokus dengan mereka berdua sehingga isi ceritanya itu semua, sekaligus diselingi beberapa hal tentang Hinata.

"Lagipula, bagaimana menurutmu supaya hubungan mereka bisa maju?" Kali ini Naruto bertanya, Shikamaru mengernyit.

"Memangnya nggak bisa kalau kita biarin aja mereka kayak begitu?"

"Tentu saja nggak mungkin!! Padahal Sasuke sudah pulang ke desa, tapi hubungan mereka belum maju barang seuprit! Apalagi, Sasuke itu punya gengsi yang terlalu menjulang tinggi! Kalau begini terus, masalah mereka nggak akan bisa selesai-selesai! Bukankah kau juga merasa prihatin?!" Naruto menjelaskan.

Dia sendiri yang mendaulat dirinya sendiri secara sepihak sebagai sahabat tiada akhir (?) mereka juga merasa heran akan hal itu. Tampak seperti ada sesuatu hal yang selalu menghalangi mereka berdua kalau hubungan mereka maju sedikit. Maju sedikit pasti langsung berhenti. Maju sedikit langsung berhenti. Maju sedikit langsung macet lagi. Nggak tahu kenapa. Kehidupan mereka berdua memang aneh. Dan, Naruto juga lupa mengaca bahwa kehidupannya lebih aneh lagi.

"Kenapa kau malah menanyakan hal merepotkan itu padaku?" Shikamaru mengeluh sambil meletakkan penanya ke meja. Bukannya apa-apa dia semalas ini ditanyai hal semacam itu. Dia bukannya tak mau mereka berdua (yang selalunya punya masalah) akhirnya bisa bersatu. Bukan, dia bukannya syirik, itu perbuatan khilaf. Bagaimanapun juga Nara Shikamaru juga teman mereka, walaupun hubungan dirinya dengan Sasuke nggak deket-deket amat mengingat bagaimana catatan masa lalunya dan sifat dari pria dingin itu, tetap saja dia akan turut senang kalau ada temennya senang. Itu sifat alami manusia.

Hanya saja,...dia memang sukanya males ditanyai hal kayak gini. Terlebih lagi, buat apa dia jawab pertanyaan ini untuk kemajuan hubungan orang lain sedangkan kehidupannya aja sedang terpusingi oleh masalah yang sedang menimpa Konoha saat ini?

"Ah...sudahlah. Aku tak punya waktu untuk memikirkan orang lain. Saat ini aku sendiri sedang ada banyak masalah dengan pekerjaanku sendiri," keluh Shikamaru tak mau terlalu banyak memikirkan kekhawatiran Naruto ini. Keluhannya tentu membuat Naruto tak paham.

"Hm? Memangnya ada apa? Kau memang kelihatan sibuk sekali sedari tadi," kata Naruto, baru menyadari akan kesibukkan Shikamaru. Meskipun pria ini datang ke Ichiraku nyatanya tangannya masih saja memegang pekerjaan sedari tadi.

CrushedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang