ia berubah?

5 0 0
                                    

"Dasar pick me, bilangnya selalu aja nggak ada uang!"

"Gue udah muak sama keluhan dia."

"Sok banget mau dikasihani."

"Guru aja muak sama kelakuan dia."

Di meja pojok paling belakang sana, Rara hanya diam tak menanggapi omongan mereka yang secara terang-terangan tertuju ke arah nya.

Rara tak tau penyebab mereka secara tiba-tiba berkata seperti itu. 

Wajah Rara yang tertutupi rambut panjangnya yang tergerai niscaya ia tak bisa melihat wajah-wajah mereka. Namun telinganya seakan tak bisa untuk tuli dan tidak mendengar omongan mereka.

"Ar teman sebangku lo tuh." 

Arkan hanya mengendikan bahu menanggapi perkataan temannya tadi padanya. Ia berada jauh dari tempat Rara berada tak berniat untuk menuju di mana bangku nya berada.

Melihat teman-temannya menyoraki Rara, namun gadis itu hanya diam saja. Entah yang Arkan tak tau. Gadis itu tak tau atau pura-pura tak tau.

Rara yang fokus mengerjakan soal di bukunya, kaget seketika saat salah satu temannya mengebrak mejanya.

"Lo bisa nggak sih stop nggak malu-maluin kelas ini!" Begitulah teriaknya pada Rara. Sepertinya ia sangat benci pada Rara.

"M-maaf." Rara mendongak, ia takut sangat takut. Namun sebisa mungkin ia mencoba tak menunjukkannya.

Pintu kelas tiba-tiba di tutup oleh salah satu murid di kelas ini. Beberapa orang yang lain berjalan ke arah mejanya.

Kedua tangan nya di cekal. Dan beberapa dari mereka membuka tasnya dan mengeluarkan semua isinya.

"Jangan!" Teriak Rara namun teredam oleh suara tawa murid lain di kelas ini.

"Biar-biar lo kapok dan keluar dari kelas ini."

Baru saat bel pulang berbunyi mereka berhenti dengan apa yang mereka lakukan. Satu per satu dari mereka pergi setelah puas dengan apa yang mereka lakukan. 

Rara memunguti buku-bukunya, beberapa telah sobek tidak bisa di gunakan lagi.

"Lo emang nggak tau atau pura-pura nggak tau sih Ra?" 

Pertanyaan itu muncul dari Arkan saat Rara memunguti barang-barangnya.

Rara hanya diam tak menjawab pertanyaan pemuda itu, ia takut Arkan akan melakukan hal serupa. 

Rara terdiam saat Arkan menunjukan padanya tampilan chat grup kelasnya.

Rara membaca lamat-lamat, dimana dalam grup chat itu, wali kelas mereka marah karena salah satu muridnya yaitu dirinya tak juga membayar uang sekolah, wali kelas itu berkata malu mempunyai murid sepertinya.

Rara termenung sesaat. Kembali  mengingat kejadian tadi,

"Lo gimana sih Ra? Lo nggak tau atau cuma pura-pura." Arkan menghela nafas, mendapati Rara hanya diam ia lebih baik pergi.

Dan meninggalkan Rara sendiri di dalam kelas ini

***

"Halo,"  ujar Arkan menjawab panggilan dari seseorang di sebrang sana.

"Gimana keadaan kamu di sana?" ucap seseorang di sebrang telepon sana.

Arkan menghela nafas. Menaruh tas nya begitu saja di meja belajar miliknya. "Bayu belum tau daerah sini Pah. Arkan masih beradaptasi."

"Maafkan Papah, keadaan mengharuskan kamu seperti ini kamu juga harus meninggalkan teman-teman kamu yang ada di sini,"" ujar pria paruh baya itu. 

"Arkan ngerti Pah, Arkan bukan anak kecil lagi yang apa-apa harus ke orang tuanya," ujar Arkan.

first sit mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang