pertemuan tak terduga

4 0 0
                                    

"Kamu nggak usah aneh-aneh Ra, kamu harus sadar dengan kondisi ekonomi kamu saat ini. Kamu buat makan sehari-hari aja susah, pilih setelah lulus SMA mau kuliah itu hal yang mustahil."

Rara menunduk lesu. Bukan, bukan perkataan itu yang ingin Rara dengar.

"Tapi mbak-"

"Tapi apa Ra? Kamu udah bilang ke orang tua kamu? mbak yakin enggak kan? Orang tua kamu mana mau mengurusi kamu, apalagi sama hal yang seerti ini."

Beberapa saat gadis yang notabenya teman kerja Rara itu pulang setelah mendapati telepon mengatakan bahwa sudah malam sekali seperti ini adik-adiknya berada di rumah sendirian.

Rara melipat kertas itu dengan cepat, dan memasukanya langsung kedalam tas. 

Mengapa sulit sekali baginya merasakan apa yang orang lain rasakan?

Ia juga gadis pada umumnya.  Ia juga manusia yang memiliki mimpi, menjadikan hidupnya ini lebih baik dari pada saat ini.

Tapi perkataan orang-orang sekitarnya menyadarkan dirinya.

***

"Lo mau pilih jurusan apa?"

Rara langsung menyembunyikan kertas  nya saat Arkan tengah ingin tau. "Gue belum tau ." Hanya itu yang bisa ia katakan.

Arkan menegakan tubuhnya. "Bisa-bisanya lo belum tau? Bentar lagi mau lulus juga."

Rara meruntuki nasib nya, mendengar perkataan Arkan rasanya ia ingin menangis sekarang. "Gue belum tau."

"Emang lo nggak ada cita-cita Ra? Lo nggak ada gambaran mau kerja apa gitu?"

Ini pertama kalinya, mereka berbicara lagi setelah kejadian-kejadian itu, berminggu-minggu lamanya Arkan tak pernah lagi mengobrol dengan gadis itu. 

Ketika berbicara gadis itu hanya menjawab seadanya. Tak pernah mengungkit-ungkit permasalahan itu.

Mengetahui Rara hanya diam melihatnya. "Emang lo nggak diskusi sama orang tua lo?"

"Jujur gue belum tau, mending-lo tanya yang lain aja mereka pasti udah pada tau."

Nggak kayak gue. Batin Rara

***

Tubuhnya masih gemetar karena ia lupa kapan terakhir ia bisa makan. Dan kini lagi-lagi ia ketahuan makan-makanan sisa tanpa seizin Mama nya.

Ia di seret oleh pembantu rumah nya menuju ruang keluarga dimana Mama nya berada. Ia mengusap mulut nya karena terang-terangan makan tanpa seijin. "Maaf mah," ujarnya.

Wanita itu mengalihkan padang dari ponsel pada Rara sepenuhnya. "Kamu sekarang mama suruh sulit nya minta ampun, bisa kamu cuma membantah aja selalu."

"Rara lapar Mah, maaf Rara belum bilang dulu."

Wanita itu terlalu lelah dengan Rara yang suka melakukan hak seenaknya dirumah ini. "Terus bagaimana dengan hutang-hutang kamu itu?"

Dugaan Rara benar, pembahasan itu akan selalu ada selama Rara masih hidup dengan mereka. "Rara bakal bayar secepatnya Mah, maaf Rara telat terus."

"Kamu harus tau diri serumah sama kami."

"Tapi kalian keluarga Rara Mah, dari kecil yang Rara ku tau kalian itu keluarga Rara. Gimanapun kalain memperlakukan aku, aku cuma punya keluarga aku cuma di rumah ini."

"Apa kamu lupa, mama ini mama tiri kamu?!" ujarnya. "Kamu bukan anak kandung Mama."

Rara menggeleng. "Rara nggak bisa ma, Rara nggak bisa menerima fakta itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

first sit mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang