"Tolong Pah, untuk kali ini aja. Rara janji bakal kerja lebih rajin lagi."
Walaupun anaknya ini bersujud dan memohon-mohon padanya, pria paruh baya itu tetap tak perduli. "Sudah berkali-kali papa bilang. Papa tidak mau membiayai biaya sekolah kamu lagi."
"Kamu sekolah atas keinginan kamu sendiri karena membantah sama papa. Sekarang tanggung sendiri akibatnya."
Minggu pagi. Seolah semua orang dirumah harus menyaksikan Rara yang memohon-mohon pada papanya, seperti sekarang.
"Papa sudah berapa kali bilang sama kamu. Papa tidak akan mau menafkahi hidup kamu lagi. Termasuk membiayai sekolah kamu."
"Papa juga sudah memberi keringanan untuk kamu, dengan papa membayar uang sekolah kamu tapi dengan syarat kamu harus mengganti uang itu secepatnya," ujarnya. "Kamu benar-benar anak nggak tau diri, kerja apa susahnya?"
Namun Rara tak mau menyerah begitu saja. "Tolong pah, untuk kali ini aja. Rara janji bakal cepat bayar hutang-hutang Rara ke papa. Rara janji bakal cari kerjaan lagi."
"Tapi tolong Pah kasih Rara waktu."
***
"Ayo Kak, lemot banget sih lo kalau jalan." Teriak Rania. "Gue udah di tunggu teman-teman gue," ujarnya pada Rara yang berjarak beberapa langkah darinya.
Rara, gadis itu berlari menyamakan langkahnya dengan Rania. "Kenapa ke Mall lagi sih Ran? Seminggu ini lo berapa kali aja? Baru kemarin lo habis belanja?"
"Hust diam! Kenapa lo jadi ngurusin urusan gue sih? Gue disini cuma mau ketemu teman-teman gue." Rania merasa kesal dengan pertanyaan beruntun Rara tadi yang tak ada habisnya.
"Terus kenapa gue harus ikut? G-gue balik aja deh Ran," ujar Rara hendak berbalik meninggalkan gadis itu.
Namun tangan Rara dengan cepat di cekal oleh Rania. "Nggak kak, lo lupa janji lo ke papa kalau lo harus jagain gue."
Rara menghela nafa. "Tapi lo jangan perlakuin gue aneh-aneh."
Rania tampak menimbang sesuatu. "Jadi babu seharian gimana?"
"Gue bukan babu lo," jawab Rara dengan cepat.
"Lo lupa-"
"Gue disuruh jagain lo, bukan buat jadi babu lo," ujar Rara.
***
Rara telah menunggu Rania hampir tiga jam lamanya. Di tempat makan sebuah pusat perbelanjaan. Ia menunggu diluar sendirian.
Jika seperti ini lebih baik ia menghabiskan waktunya untuk mencari kerja. Pikirnya.
Rara linglung, yang ia lakukan hanya duduk dan memperhatikan sekitar. Ia selalu tak suka dengan tatapan-tatapan orang yang melihatnya, begitu juga saat ini. Yang ia inginkan hanyalah pulang.
Beberapa saat kemudian segerombolan teman-teman Rania keluar. Ternyata teman yang Rania maksud tidak hanya perempuan namun ada beberapa laki-laki juga.
Teman Rania cukup banyak, dan Rara yakin dari cara berpakaian mereka menunjukan mereka berasal dari kelas atas.
"Ini kan yang datang sama lo tadi kan Ran?"
Rania merasa kesal, untuk apa temannya ini menanyakan hal seperti itu, "iya, udah yuk kita belanja aja," ia menjawabnya dengan cepat dan melewati Rara begitu saja.
Sedangkan Rara. Ia merasa malu ketika berjalan bersisihan dengan mereka, untuk itu ia lebih memilih berjalan paling belakang.
"Ran yang benar belanjaan kita lo suruh bawain dia semua," tanya salah satu gadis teman Rania.