Rara dan putih biru

6 1 0
                                    

di dunia ini. aku. cuma punya diri aku sendiri

***

"Nggak bisa Rara." Sudah seberapa sering wanita itu mengatakannya, ia harus sabar meladeni anak didik-nya yang keras kepala ini.

"Tolong Bu, terus saya harus bagaimana? orang tua saya beneran nggak bisa datang. Saya enggak bohong Bu." Yakinya.

Mata guru itu memincing. "Ini bukan alasan kamu buat enggak nunjukin hasil raport kamu kan?"

"Enggak Bu, ngapain saya bohong sama ibu."

"Emang orang tua kamu kemana Ra? Kamu bilang dong sama Ibu."

Rara tak menjawab pertanyaan wanita itu. "Maka dari itu kalau sekarang aja gimana? rapot saya ambil saya sendiri, apa bedanya sih Bu?" Jawab Rara mengalihkan pertanyaan.

"Ini terima raport terakhir Rara. Orang tua harus konsultasi dengan guru secara langsung." Perkataan guru itu mengakhiri Rara untuk membantah.

Koridor ramai dengan murid berseragam putih biru dengan para orang tuanya. Di sisi lain gadis berkuncir satu itu merenung dengan bersandar pada dinding koridor. 

Hal ini sudah biasa ia rasakan. Tapi untuk kali ini ia tak tau harus apa. Biasanya ia meminta tolong pada bibi, namun bibi di rumah sedang sakit. Tak sanggup hati Rara meminta tolong.

Dirinya sendiri. Dan bingung. 

Sebentar lagi. Ya sebentar lagi. Ia akan pergi dari sekolah ini.

***

"Rara. Kamu masih disini? Enggak pulang?"

Rara meringis. Ia di sapa oleh teman satu kelasnya. Pandangan Rara tak sengaja mengarah pada sebelah tangan temannya  yang bertaut dengan tangan ibunya.

Duh, pasti enak punya mama kayak mamanya Ratih .

"Kamu kok enggak pulang kenapa? Orang tua kamu mana?" Tanya Mama Ratih pada Rara. Sebenarnya wanita itu belum pernah tau gadis yang sekarang dengan kasihanya duduk sendirian ini.

"Eeee...belum dateng tante, eh nggak bisa dateng eh..." Rara bingung.

Kedua alis wanita itu menukik tampak curiga degan jawaban yang Rara berikan. "Yaudah Tante sama Ratih pulang dulu ya."

Nayu tampak menimbang pemikiranya saat kedua orang itu sudah berjalan jauh dari tempatnya berada.

"Tante!"

***

"Terimakasih ya Tante," ujar Rar dengan nada tidak enak.

"Kamu kok nggak bilang dari tadi sih Ra. Untungya aku sama mama belum pulang." Seperti itulah kata Ratih temannya.

"Untung gurunya Enggak ingat kalau Tante itu ibunya Ratih loh."

Dan Rara tersenyum lebar karena itu. "Iya tante makasih ya sekali lagi."

***

"Rara itu orangnya gimana sih kalau di sekolah? Kok kayaknya kasihan gitu. Orang tuanya kemana lagi?"

Ratih bingung mengapa saat di perjalanan pulang ibunya tiba-tiba terus membahas temannya tadi. Memberikan rentetan pertanyaan tentang Rara padanya.

 "Dia pendiam sih Ma. Nggak punya teman. Kita semua juga enggak pernah tau kayak gimana orang tuanya."

"Kamu temenin dong...eh tapi kan kalian udah nggak satu sekolah lagi kan ya?"

"Ratih enggak mau mah temenan sama dia. Tapi kadang kasihan juga sih."

first sit mateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang