Pasal 02.

1.6K 239 55
                                    

Setting Time: Setelah Epilog The Wedding Agreement. (Dua Tahun setelah Part 01)

Bimasena berdiri di sebuah ruangan kecil berukuran 3x3 meter, dengan cat putih yang sudah pudar, dan mengelupas.

Meski ruangannya agak gelap, karena memakai bohlam warna kuning, tapi ia tahu pasti ini bangunan apa.

Ini rumah kontrakan lamanya. Yang dulu ia tinggali bersama mbak Raras.

Ada rasa takut yang tiba-tiba hadir, mengusik hatinya.

Bagaimana mungkin rumah ini masih ada?

Tempat ini sudah lama diratakan menjadi tanah dan sekarang berganti menjadi Nedha, rumah makan milik Niel.

Bima memandang sekitar, meneliti satu demi satu isi ruangan, menyentuh lemari usang dan kursi reyot didekatnya.

Semua terasa begitu nyata.

Cklek..

Awalnya Bima hanya menolehkan kepala, tapi tubuhnya langsung ikut berputar ketika ia melihat siapa yang datang.

Senyum terbentang lebar diwajah, ketika sosok itu melangkah mendekat.

"Mbak.." Panggilnya tak percaya.

Benar! Itu kakaknya, mba Raras.

"Ya Tuhan mbak.. akhirnya.." Lanjutnya setengah berteriak. Antara girang dan kaget.

Bima tidak tahu apakah ini nyata, halusinasi, atau hanya bunga tidur. Tapi yang ada di hadapannya saat ini memang benar mbak Raras, kakak kandungnya.

Sama sekali tak menua, masih sangat cantik dengan rambut terurai panjang dan gaun berwarna hitam.

Namun berbeda dengan Bima, mbak Raras sama sekali tak tersenyum. Hanya diam menatap adiknya dengan wajah sendu.

"Mbak sangat kecewa sama kamu." Sang kakak berkata setelah lama terdiam.

"Mbak masih marah sama aku?" Bima bertanya getir.

"Maaf mbak.. Maaf.." Ia langsung memohon ampun.

"Ampuni aku mba.."

Mbak Raras menggeleng, bibirnya bergetar menahan tangis.

"Bagaimana bisa kamu melakukannya dek?" Kakaknya bertanya sedih.

"Maaf mbak.." Bima hanya bisa meminta maaf.

Bayangan pertengkaran mereka dulu kembali hadir di kepala. Seketika ketakutan menghampiri dirinya. Takut kehilangan mbak Raras yang sekarang ada di hadapan.

"Aku janji nggak akan ngulangin lagi. ---Ampuni aku mbak.." Bima mengiba.

"Benarkah?" Mbak Raras bertanya tak percaya.

"Nggih mbak. Saestu. Aku sekarang udah jauh jauh dari judi sama narkoba mbak." Bimasena meyakinkan kakaknya.

"Aku tidak sedang bicara tentang judi dan narkoba." Tukas mbak Raras cepat.

"I'm talking about my only son, Sage!" Lanjutnya, lembut namun penuh penekanan.

Mata Bimasena terbelalak lebar, begitu kaget. Tak bisa dicegah, ia jatuh terduduk, wajahnya pucat pasi.

Meski sudah disembunyikan, disimpan rapat-rapat, jauh di lubuk hatinya. Namun tetap saja seseorang akan tau.

"Bagaimana bisa kamu melakukannya?" Mbak Raras bertanya, mulai menangis.

"Bisa-bisanya kamu tega! Dia keponakanmu sendiri."

"How could you?" Mbak Raras mulai berteriak marah, dengan jari telunjuk yang menunjuk ke arahnya.

THE WEDDING AGREEMENT S2 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang