Pasal 06.

1.7K 232 199
                                    

Bima yang lagi in a good mood karena semalam habis quality time sama keluarganya, hari ini lebih semangat menapaki hari.

Setelah deep talk berdua sama Rega sore kemarin, ia jadi semakin dekat dengan suami Niel. Dan perasaannya sekarang jauh lebih ringan. Bima bahkan semalam bisa tidur dengan nyenyak. Tak ada mimpi buruk.

Saat sarapan tadi juga lumayan menyenangkan melihat Niel yang mendapatkan banyak afeksi. Tak hanya Gunawan Adiwaskita yang menganggap Niel layaknya anak sendiri. Ada Alfred, asistennya yang juga teramat menyayangi pria cantik itu.

Bima untuk pertama kalinya merasa bersyukur, hidup mereka sudah jauh lebih baik. Mbak Raras pasti bahagia diatas sana melihat anaknya dilimpahi banyak kasih sayang.

"Cerah amat wajah lu mas? ---Abis deal proyek apa?" Reino yang baru masuk ke ruangannya menyapa.

"Nggak ada. Sabun cuci muka gue baru. Beli yang agak mahalan." Bima menjawab asal jeplak.

Reino mendengus. Tidak termakan umpan.

"Akhir-akhir ini wajah lu butek ya mas, kek air bekas rebusan ayam. ----Gue diem nungguin elu ngomong, eh ampleng aja pura-pura bahagia. Nggak capek lu hidup kek gitu?" Ujarnya savage sembari menarik kursi didepan Bima untuk duduk.

Bima menghela nafasnya kasar.

"Kampret! Beneran ngerusak mood lu emang! ---Kemaren Rega, sekarang elu!" Makinya kesal. 

"Rega kenapa?" Reino bertanya bingung.

"Nyuruh gue curhat juga kalo butuh bantuan."

"Ya emang harusnya kek gitu! Kebanyakan dipendem jadi stress sendiri ntar lu.." Reino menakuti.

Bima nggak ada mendem sendiri ya! Curhat kok, tapi sama Tiandaru.

Nggak tau kenapa, padahal biasanya enak banget curhat segala masalah sama Reino. Sahabatnya ini tahu gelap terangnya kelakuan Bima, luar dalam.

Tapi untuk masalah Niel, entah kenapa Bima tidak bisa mengatakannya. Malah lebih lancar pas curcol galau bareng Tian. ---Apa karena mereka memiliki masalah yang sama? Sama-sama punya hopeless unrequited love.

"Lu dari kemaren galau gegana gara-gara si bocah barbar kan?" Tembak Reino, tepat sasaran.

"Nggak!" Sanggah Bima cepat. Matanya pura-pura fokus pada laptop, sibuk neliti laporan kas, padahal aslinya takut. 'Jangan-jangan Reino juga udah tau tentang perasaannya pada Niel?'

"Heleh! Nggak usah ngeles lu kalo sama gue.." Reino laju ngedesak.

"Siapa yang ngeles? ----Galau sama Bimasena itu nggak mungkin ada dalam satu kalimat. Kalau gulai, nah itu bisa jadi. Gulai ayam bikinan gue banyak yang suka." Bima berkelit mulus.

Reino memutar bola matanya. Wajah sok tahunya bikin Bima pengen mites.

"Asal lu tau ya mas, nggak cuma Rega aja yang sadar. Gue sama Bintang juga tau lu nggak sekedar uncle complex ama Niel!"

"Lu keliatan jelas kalo ngebucin, jadi nggak usah ngelak." Tandas Reino. 

Sial! Bima bisa apa kalo udah ketangkep basah gini?

"Menurut lu, gue harus gimana?" Kadung ketahuan, mending curhat sama nanya advice sekalian kan?

"Move on lah jelas! Sana nyari pacar, jangan diem-diem bae, sembunyi dalem ruangan ngitungin duit. ---Atau mau gue cariin?" 

Hah! Reino ini sebelas dua belas sama dirinya. Kalau sesi curhat nggak ada alus-alusnya, langsung to the point. Bima kan pengen ditenangin dulu biar hatinya nggak galau.

THE WEDDING AGREEMENT S2 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang