Pasal 16.

2.9K 236 90
                                    

"Kok malah duduk situ, belum ngantuk?" Bima yang baru keluar kamar mandi bertanya heran melihat Tian bukannya naik ke kasur malah duduk dikarpet, deket kado-kado yang tadi didapat.

Setelah makan malam, dan santai ngobrol nggak jelas, mereka baru pulang sekitar pukul sembilan, ketika resto sudah hampir tutup.

Reino dan Bintang ikut mengantar pulang dan mampir sebentar, karena kado yang didapat tak cukup masuk semua di bagasi mobil Bima.

"Mas Bima udah mau bobok ya?" Tian balas bertanya.

"Nggak juga sih. -----Mau buka kado sekarang?" Bima jelas tau apa yang diinginkan bocah kecilnya.

"Boleh?" Tian bertanya penuh harap.

Tuh kan bener!

Anggukan Bima membuat senyum lebar seketika hadir menghiasi wajah.

"Butuh bantuan nggak? Apa mau di unboxing sendiri semua?" Bima menawarkan diri, melangkah mendekat ke arah pria yang lebih muda lalu duduk disebelahnya.

Tian menggeleng ragu.

"Kayaknya nggak bakal cukup waktu semalem kalo harus buka sebanyak ini sendirian." Tukasnya.

"Gue rasa rasanya belum pernah dapet kado sebanyak ini mas. Jaman dulu kecil pas ulang tahun dirayain pun nggak sebanyak ini." Cetus Tian, tangan sambil menimang beberapa kado yang ada dalam jangkauan.

"Happy?"

"Banget.." Ucapnya disertai cengiran yang teramat lebar.

Bima mengulurkan tangan untuk menggusak gemas rambut Tian, nggak tahan liat ekspresinya si bocil yang seneng banget cuma perkara kado. Note buat diinget di kepala, harus sering-sering ngasih Tian hadiah biar dia happy.

"Itu tandanya sekarang ada banyak orang yang sayang sama elu cil. Ada banyak yang peduli." Ia menasehati.

"Jadi jangan sedih lagi, jangan pernah noleh ke belakang lagi. Lu udah sukses jadi Tiandaru yang baru. Tiandaru di dunia baru, yang punya banyak temen dan dapet banyak cinta." Tambahnya bijak.

Tian mengangguk, senyum masih tersungging di bibir.

"Makasih mas.." Ucapnya manis.

"Kok makasih ke gue?" Bima bertanya heran.

"Selama dua bulan ini elu nggak cuma ngelindungin gue, tapi juga nunjukin cara berpikir yang berbeda. Biar gue lebih bersyukur, lebih menghargai apa yang gue punya sekarang daripada tenggelam dalam kubangan masa lalu."

Bima mendengus, menutupi salah tingkahnya.

"Buseeeeet, dalem banget kata-katanya bapak Tiandaru Russell." Ia pilih merusak suasana daripada mendadak mellow.

"Nggak nyangka, mulut yang biasanya maki-maki malam ini lancar banget bikin kalimat motivasi. Jangan-jangan efek samping minum parasetamol nih." Imbuhnya menggoda.

"Iiiih mas Bima.. Gue lagi manis, elu malah ngancurin momen!" Tian memekik kesal. Mencekal tangan sang suami, ia kemudian menggigit lengan yang tak tertutup piyama.

"Elah, kanibal juta ni bocil! Kurang ya tadi makan steaknya?" Bima sama sekali tak marah ataupun meraung kesakitan.

"Iyaa, gue pengen makan elu mas." Tian membalas geregetan.

Bima pura-pura terkesiap, penuh dramatisasi.

"Nggak mau. Lu ngajakin making lovenya nggak romantis." Tolaknya kemudian.

"Sapa yang mau ngajak begituan?" Tian memekik, semakin kesal.

"Lah itu tadi, katanya pengen makan gue.." Jawab Bima sambil menaik-naikkan alisnya genit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE WEDDING AGREEMENT S2 (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang